6..2.. Fungsii dan
Peranan Kemasan
Fungsi paling mendasar dari
kemasan adalah untuk mewadahi
dan melindungi produk dari
kerusakan-kerusakan, sehingga
lebih mudah disimpan, diangkut
dan dipasarkan. Secara umum
fungsi pengemasan pada bahan
pangan adalah :
a. Mewadahi produk selama
distribusi dari produsen hingga
kekonsumen, agar produk tidak
tercecer, terutama untuk
cairan, pasta atau butiran
b. Melindungi dan mengawetkan
produk, seperti melindungi dari
sinar ultraviolet, panas,
kelembaban udara, oksigen,
benturan, kontaminasi dari
kotoran dan mikroba yang
dapat merusak dan
menurunkan mutu produk.
c. Sebagai identitas produk,
dalam hal ini kemasan dapat
digunakan sebagai alat
komunikasi dan informasi
kepada konsumen melalui label
yang terdapat pada kemasan.
d. Meningkatkan efisiensi, misalnya:
memudahkan penghitungan
(satu kemasan berisi 10, 1
lusin, 1 gross dan seterusnya),
memudahkan pengiriman dan
penyimpanan. Hal ini penting
dalam dunia perdagangan.
e. Melindungi pengaruh buruk dari
produk di dalamnya, misalnya
jika produk yang dikemas
berupa produk yang berbau
tajam, atau produk berbahaya
seperti air keras, gas beracun
dan produk yang dapat
menularkan warna, maka
dengan mengemas produk
dapat melindungi produkproduk
lain di sekitarnya.
f. Memperluas pemakaian dan
pemasaran produk, misalnya
penjualan kecap dan sirup
yang semula dikemas dalam
botol gelas, namun sekarang
berkembang dengan menggunakan
kemasan botol plastik.
g. Menambah daya tarik calon
pembeli
h. Sebagai sarana informasi dan
iklan
i. Memberi kenyamanan bagi
konsumen.
Fungsi f, g dan h merupakan fungsi
tambahan dari kemasan, akan tetapi
dengan semakin meningkatnya
persaingan dalam industri pangan,
fungsi tambahan ini justru lebih
ditonjolkan, sehingga penampilan
kemasan harus betul-betul menarik
bagi calon pembeli. Beberapa cara
untuk meningkatkan penampilan
kemasan:
Kemasan dibuat dengan
beberapa warna dan mengkilat
sehingga menarik dan
berkesan mewah
Pengemasan dan Penyimpanan Hasil Pertanian Pangan dan Produknya
233
Kemasan dibuat sedemikian
rupa sehingga memberi kesan
produk yang dikemas bermutu
dan mahal
Desain kemasan dibuat
sedemikian rupa sehingga
memudahkan bagi konsumen
Desain teknik wadahnya selalu
mengikuti teknik mutahir
sehingga produk yang dikemas
terkesan mengikuti
perkembangan terakhir.
Di samping fungsi-fungsi di atas,
kemasan juga mempunyai peranan
penting dalam industri pangan,
yaitu :
sebagai identitas produk
media promosi
media penyuluhan, seperti
memberikan informasi tentang
petunjuk cara penggunaan dan
manfaat produk yang ada di
dalamnya
bagi pemerintah kemasan
dapat digunakan sebagai
usaha perlindungan konsumen
bagi konsumen kemasan dapat
digunakan sebagai sumber
informasi tentang isi/produk,
sebagai dasar dalam mengambil
keputusan untuk membeli
produk tersebut atau tidak.
Kemasan juga mempunyai
beberapa kelemahan, seperti:
Pengemasan bisa
disalahgunakan oleh produsen
karena digunakan untuk
menutupi kekurangan mutu
atau kerusakan produk,
mempropagandakan produk
secara tidak proporsional atau
menyesatkan sehingga menjurus
kepada penipuan atau
pemalsuan. Sehingga sering
disalahgunakan oleh produsen
Pengemasan bahan pangan
akan meningkatkan biaya
produksi
6..3.. Kllasiifiikasii
Pengemasan
Menurut Syarief et al (1989),
kamasan dapat digolongkan
berdasarkan: frekuensi pemakaian,
struktur sistem kemasan, sifat
kekakuan bahan kemasan, sifat
perlindungan terhadap lingkungan
dan tingkat kesiapan pakai.
Berdasarkan frekuensi pemakaian,
maka kemasan digolongkan
menjadi tiga, yaitu:
kemasan sekali pakai
(disposable), merupakan
kemasan yang langsung
dibuang setelah digunakan.
Contoh: daun pisang, daun
waru, untuk membungkus
tempe, daun jati untuk
membungkus daging segar,
kantong plastik untuk es.
kemasan yang dapat
digunakan beberapa kali (multi
trip), seperti botol kecap, botol
bir, botol teh dalam kemasan,
peti telur, peti kemas dll.
kemasan yang tidak dibuang
atau digunakan kembali oleh
konsumen (semi disposal).
Wadah atau kemasan produk
biasanya tidak dikembalikan ke
produsen melainkan digunakan
untuk wadah sesuatu oleh
konsumen atau dibuang begitu
saja. Contoh: kaleng susu
bubuk dan beberapa jenis
botol yang menarik bagi
konsumen.
Pengemasan dan Penyimpanan Hasil Pertanian Pangan dan Produknya
234
Berdasarkan struktur sistem
kemas, maka bahan kemasan
dapat dibedakan menjadi tiga,
yaitu:
kemasan primer, merupakan
bahan kemasan yang
digunakan untuk mengemas
langsung produk makanan,
seperti bungkus tempe, botol
atau kaleng minuman, kantong
keripik dll.
kemasan sekunder, merupakan
kemasan yang berfungsi
melindungi produk yang sudah
dikemas menggunakan
kemasan primer. Kemasan ini
akan membantu memudahkan
kegiatan pengangkutan dan
penyimpanan. Contoh: kardus
untuk mengemas minunan
dalam kaleng/botol/kardus,
kaleng untuk mengemas
permen dll.
kemasan tersier, merupakan
kemasan yang digunakan
untuk mengemas produk
setelah dikemas dalam
kemasan primer dan sekunder.
Kemasan ini memudahkan
kegiatan pengangkutan,
terutama untuk jarak jauh.
Contoh: peti kemas.
Berdasarkan kekakuan bahan
kemas, maka bahan kemasan dapat
dibedakan menjadi tiga, yaitu:
kemasan fleksibel, bahan jenis
ini mudah dilenturkan atau
dibentuk sesuai keinginan,
contoh plastik, kertas,
aluminium foil.
kemasan kaku, kemasan ini
tidak dapat ditekuk-tekuk atau
tidak dapat dilenturkan, contoh
bahan kemasan dari bahan
gelas, kayu dan logam.
kemasan semi kaku atau semi
fleksibel, contoh botol plastik.
Berdasarkan sifat perlindungan
terhadap kemasan, maka bahan
kemasan dapat dibedakan menjadi
tiga, yaitu:
kemasan hermetis (kemasan
tahan uap dan gas),
merupakan wadah yang
secara sempurna tidak dapat
dilewati oleh udara maupun
uap air. Selama kemasan ini
masih dalam keaadaan
hermetis, maka kemasan tidak
dapat ditembus oleh bakteri,
kapang dan debu. Akan tetapi
bila pada proses penutupan
tidak sempurna atau salah
akan mengakibatkan wadah
tidak lagi hermetis. Dengan
kata lain bakteri, kapang atau
debu dapat masuk dalam
kemasan, akibatnya produk
pangan yang dikemas menjadi
cepat rusak. Memberikan
kemasan hermetis yang tidak
berenamel dapat memberikan
bau (odor) terhadap produk
yang dikemas. Contoh
kemasan hermetis: kaleng dan
botol gelas.
Kemasan tahan cahaya,
wadah ini tidak transparan atau
tidak tembus cahaya.
Kemasan ini sangat cocok
untuk mengemas produk yang
banyak mengandung lemak
dan vitamin tinggi dan
makanan hasil fermentasi.
Produk pangan yang
mengandung lemak dan
vitamin tinggi bila terkena
cahaya langsung akan cepat
mengalami oksidasi sehingga
produk akan cepat mengalami
Pengemasan dan Penyimpanan Hasil Pertanian Pangan dan Produknya
235
penurunan mutu. Disamping itu
cahaya dapat mengaktifkan
reaksi kimia dan reaksi
enzimatis. Contoh: kemasan
dari kertas, kardus, botol yang
tidak tembus cahaya, plastik
tidak tembus cahaya atau
aluminium foil.
Kemasan tahan suhu tinggi.
Jenis kemasan ini banyak
digunakan untuk mengemas
produk yang memerlukan
proses pemanasan,
pasteurisasi atau sterilisasi.
Berdasarkan tingkat kesiapan pakai,
maka bahan kemasan dibedakan
menjadi dua, yaitu wadah siap
pakai dan wadah siap dirakit.
6..4.. Jeniis-jjeniis bahan
pengemas
Bila diperhatikan di pasaran maka
untuk jenis produk yang berbeda
umumnya jenis bahan pengemas
yang digunakan berbeda pula,
meskipun ada pula jenis produk
yang sama maka jenis bahan
pengemas yang digunakan bisa
lebih dari satu jenis. Sebagai
contoh: produk susu bubuk, ada
yang dikemas langsung dalam
aluminium foil, ada juga setelah
dikemas dalam aluminium foil
kemudian dikemas lagi dalam
kardus, tetapi ada pula susu bubuk
yang dikemas dalam kaleng.
Contoh lain: produk keripik atau
chips, produk ini ada yang dikemas
dalam kantong plastik, ada pula
yang dikemas dalam aluminium
foil, ada juga setelah dikemas
dalam aluminium foil kemudian
dikemas lagi dalam kardus, tetapi
ada pula yang dikemas dalam
kaleng yang terbuat dari kertas
dengan diberi lapisan plastik tipis.
Menurut Griffin et al. (1985), bahan
pengemasan dikelompokkan
menjadi empat, yaitu:
Keramik, yang termasuk dalam
kelompok jenis ini adalah
bahan-bahan dari gelas, dan
keramik
Logam, termasuk plat/
lempengan timah (tinplate),
aluminium
Bahan alami (dari tanaman),
seperti: kayu, serat tanaman
dan karet
Plastik
6.4.1. Keramik
Keramik diartikan sebagai bahan
yang berasal dari partikel tanah
termasuk dari pasir dan lempung.
Bahan pengemas dari keramik
merupakan bahan pengemas
tertua. Umumnya bahan pengemas
tersebut dalam bentuk botol, guci,
pot atau vas bunga. Untuk
fermentasi pada pembuatan kecap
dan tauco biasanya digunakan
wadah yang berasal dari tanah
lempung. Biasanya guci juga
digunakan untuk wadah minuman
beralkohol.
6.4.2. Gelas/kaca
Bahan gelas terbuat dari 10%
tanah lempung, 15% soda abu dan
pasir silika sekitar 75%, kadangkadang
digunakan pula sedikit
tambahan aluminium oksida,
kalium oksida, magnesium oksida
dan dicairkan pada suhu 1540 0C.
Pengemasan dan Penyimpanan Hasil Pertanian Pangan dan Produknya
236
Pembentukan menjadi berbagai
bentuk wadah dari gelas ini
dilakukan pada saat adonan masih
dalam kondisi semi padat,
sehingga memudahkan
pembentukan sesuai dengan
keinginan (Griffin et al, 1985).
Adapun bagian-bagian dari botol
dapat dilihat pada Gambar 6.1
berikut ini.
Gambar 6.1. Bagian-bagian botol
Wadah atau bahan pengemas dari
bahan gelas umumnya digunakan
untuk mengemas bahan cair
seperti parfum, bahan kosmetik
(pelembab dan pembersih wajah),
pickle (asinan), jam (selai), jelly
dan lain-lain. Saat ini juga banyak
digunakan untuk mengemas
produk-produk padat untuk hiasan
ruangan, contoh beberapa macam
biji-bijian dikemas dalam satu botol
gelas yang sama, biasanya produk
ini untuk hiasan atau ornament
penataan meja makan. Gambar
berikut ini merupakan beberapa
contoh produk dengan
menggunakan kemasan botol dari
bahan gelas.
Pengemasan bahan/produk dengan
menggunakan bahan gelas,
memiliki beberapa keuntungan,
yaitu: bersifat inert terhadap bahan
kimia, jernih/transparan, tahan
terhadap tekanan dari dalam,
tahan panas dan relatif murah
harganya.
Gelas bersifat inert terhadap
bahan kimia
Gelas bersifat inert (lambat
bereaksi) terhadap bahan kimia
dan hampir tidak bereaksi dengan
bahan/produk yang dikemas. Sifat
inert dari bahan gelas memang
relatif, namun hampir setiap bahan
gelas tidak bereaksi dan tidak
menimbulkan efek dengan bahan
kimia. Kecuali asam hidroflorik
berbentuk cair dapat bereaksi
dengan cepat pada suhu kamar
(Paine dan Paine, 1992).
Disamping itu kemasan gelas
dapat digunakan untuk mengemas
bahan/produk berbentuk cair,
padat dan gas karena mampu
mencegah penguapan, kontaminasi
bau atau flavor dari luar.
Pada suhu kamar, air dan larutan
dapat bereaksi dengan gelas tetapi
kecepatan reaksinya sangat
rendah. Reaksi terjadi akibat
adanya ion hydrogen dari air
digantikan oleh natrium dari bahan
gelas dalam jumlah yang sama.
Akibatnya membentuk sodium
hidroksida sehingga air atau cairan
sedikit bersifat basa. Pada kondisi
normal, pembentukan reaksi basa
yang sangat kecil tersebut
diabaikan, reaksi makin cepat
dengan adanya kenaikan suhu,
dan proses sterilisasi berulang
Pengemasan dan Penyimpanan Hasil Pertanian Pangan dan Produknya
237
dengan suhu tinggi menyebabkan
pembentukan ion sodium semakin
tinggi. Oleh karena itu, untuk
produk-produk yang sensitif
terhadap basa, seperti obat-obatan
atau cairan transfus maka
digunakan kemasan gelas yang
yang diberi perlakuan sulphating
dengan cara memasukkan sulfur
dioksida ke dalam bahan gelas
pada suhu 5000C. Dengan
demikian gas yang bersifat asam
akan cepat bereaksi dengan
sodium pada permukaan bahan
gelas membentuk sodium sulfat.
Sodium sulfat akan mudah tercuci
oleh air.
Selain bersifat inert terhadap
bahan kimia, gelas juga merupakan
barrier (dapat melindungi)
penguapan air dan gas. Namun
kehilangan uap air dan gas masih
dapat terjadi pada saat terjadi
proses penutupan botol gelas.
Gelas memiliki sifat jernih
Bahan kemasan dari gelas
memiliki keunggulan karena bahan
gelas bersifat jernih. Dengan
demikian pada saat pemasaran
produk (terutaman makanan dan
minuman), maka konsumen dapat
melihat langsung isi/produk dalam
botol/wadah gelas. Untuk produkproduk
yang tidak tahan terhadap
cahaya, maka digunakan botol
gelas berwarna, umumnya
menggunakan warna coklat.
Gelas bersifat kaku/kokoh (rigid)
Sifat kemasan gelas yang
kaku/kokoh (rigid) hampir bisa
digunakan untuk mengemas
berbagai jenis produk. Hal ini
dikarenakan bahan kemasan gelas
lebih mudah dalam
penanganannya selama proses
pengisian, tahan terhadap tekanan
dari luar. Kemasan gelas juga
sangat baik untuk mengemas
produk dengan kondisi vacuum.
Sifat kemasan gelas yang
kaku/kokoh (rigid) kurang baik
untuk mengemas produk powder,
seperti bedak dan produk cair
untuk bahan saniter, seperti sabun
tangan cair, pengharum pakaian
cair, lantai cair dan bahan-bahan
yang sejenis. Hal ini dikarenakan
kemasan gelas tidak dapat
berfungsi sebagai dispenser bagi
produk-produk tersebut.
Tahan terhadap tekanan dari
dalam
Bahan kemasan gelas memiliki
sifat tahan terhadap tekanan dari
dalam. Oleh karena itu kemasan
gelas sangat sesuai untuk
mengemas minuman berkarbonat,
seperti soft drink, bir dan bahanbahan
yang mengandung aerosol.
Tahan terhadap panas
Ketahanan bahan kemasan
terhadap panas merupakan sifat
yang penting selama proses
pengemasan. Bahan gelas dapat
tahan pada suhu 5000C. Ketahanan
gelas terhadap panas ini akan
menguntungkan selama proses:
Pengisian dalam kondisi panas
(hot filling).
Pengisian dalam kondisi panas
diperlukan untuk mengemas
produk-produk yang berbentuk
Pengemasan dan Penyimpanan Hasil Pertanian Pangan dan Produknya
238
pasta pada suhu kamar,
seperti selai kacang (peanut
butter), atau untuk
menghasilkan hasil kemasan
steril. Contoh: pengemasan
jam (selai) dilakukan dalam
kondisi panas untuk mencegah
pertumbuhan kapang.
Pemasakan atau sterilisasi
produk dalam kemasan.
Bir biasanya dilakukan
pasteurisasi dalam kemasan,
dengan demikian untuk
mengemas produk ini
digunakan bahan kemasan
gelas karena tahan terhadap
panas.
Sterilisasi kemasan kosong
baik menggunakan uap panas
maupun udara panas.
Meskipun bahan kemasan gelas
dapat tahan terhadap suhu tinggi,
namun perbedaan suhu yang
mencolok di dalam dan di luar
kemasan dapat menyebabkan
kemasan gelas retak atau pecah.
Ketahanan terhadap perbedaan
suhu tersebut dipengaruhi oleh
bentuk dan ketebalan kemasan
gelas. Adapun kisaran perbedaan
suhu antara di luar dan di dalam
kemasan tanpa mengalami retak
atau pecah dapat dilihat pada
Tabel 6.1.
Tabel 6.1. Perbedaan suhu di luar botol dan di botol untuk menghindari
botol retak atau pecah
Jenis botol Perbedaan suhu
Botol kecil untuk obat-obatan (vial)
60 – 80 0C
Botol ukuran sedang, ringan, seperti botol jam,
pickle
50 – 70 0C
Botol ukuran sedang, dinding kemasan tebal,
seperti botol wine/anggur dan bir
45 – 60 0C
Botol ukuran sedang, seperti botol untuk susu,
bir
30 – 40 0C
Sumber: Paine dan Paine (1993)
Harga kemasan gelas murah
Harga kemasan gelas relatif
murah, karena botol habis pakai
masih bisa digunakan untuk
mengemas ulang produk yang
sama atau dapat digunakan untuk
mengemas produk lain.
Akan tetapi pengemasan dengan
bahan gelas juga memiliki
kelemahan karena bahan gelas
bersifat transparan maka produk
dalam kemasan harus disimpan
pada tempat yang tidak terkena
cahaya matahari langsung (untuk
menghindari oksidasi), kemasan
gelas relatif berat dan mudah pecah
sehingga diperlukan kemasan
sekunder untuk melindunginya,
bahan gelas merupakan konduktor
yang buruk sehingga tidak dapat
didinginkan dengan cepat. Bahan
kemasan gelas yang mengalami
Pengemasan dan Penyimpanan Hasil Pertanian Pangan dan Produknya
239
retak atau pecah dapat
membahayakan pekerja maupun
konsumen. Misalnya saja kemasan
gelas selama proses pengolahan
mengalami pecah, kemudian ada
serpihan/potongan kaca kemasan
gelas masuk dalam produk, karena
sulit untuk mendeteksi ada
tidaknya potongan/serpihan kaca
dalam produk, maka produk
tersebut akan sangat berbahaya
bila tertelan olah konsumen.
6.4.3 Logam
Bahan logam yang dimaksud
termasuk bahan kemasan yang
menggunakan bahan tembaga,
perak dan emas atau campuran
dari bahan-bahan tersebut. Bahan
tersebut dibuat sedemikan rupa
sehingga mudah dilakukan
pembentukan. Karena emas dan
perak relatif mahal maka digunakan
pula bahan dari timah, seng,
kuningan dan besi tahan karat
(stainless steel). Bahan kemasan
dari stainless steel banyak
digunakan dalam industri pangan
karena bahan ini hampir tidak
bereaksi dengan bahan pangan.
Bahan stainless steel yang beredar
di pasaran juga memiliki berbagai
kualitas, tergantung dari jenis
bahan baku yang digunakan.
Pemilihan peralatan atau bahan
kemasan dari stainless steel harus
hati-hati, karena saat ini banyak
peralatan terbuat dari seng atau
logam lain kemudian dilapisi
dengan stainless steel. Bahan
demikian biasanya mudah
mengalami korosi atau berkarat
terutama pada bagian sambungan
atau setelah kontak dengan bahan
asam dalam jangka waktu lama.
Keuntungan wadah kaleng untuk
makanan dan minuman :
mempunyai kekuatan mekanik
yang tinggi
barrier (pelindung/penahan)
yang baik terhadap gas, uap
air, jasad renik, debu dan
kotoran sehingga cocok untuk
kemasan hermetis.
Toksisitasnya relatif rendah
meskipun ada kemungkinan
migrasi unsur logam ke bahan
yang dikemas.
Tahan terhadap perubahanperubahan
atau keadaan suhu
yang ekstrim
Bentuk kemasan dari bahan logam
yang digunakan untuk bahan
pangan yaitu : bentuk kaleng
tinplate, kaleng alumunium, bentuk
alumunium foil. Kaleng tinplate
banyak digunakan dalam industri
makanan dan digunakan sebagai
komponen utama untuk tutup botol
atau jars. Kaleng alumunium
banyak digunakan dalam industri
minuman. Alumunium foil banyak
digunakan sebagai bagian dari
kemasan bentuk kantong bersamasama/
dilaminasi dengan berbagai
jenis plastik, dan banyak
digunakan oleh industri makanan
ringan, susu bubuk dan
sebagainya.
6.4.4 Aluminium
Bahan pengemas dari aluminium
banyak diaplikasikan sebagai
bahan kaleng, bahan pengemas
yang agak kaku dan bahan
pengemas yang fleksibel. Contoh
bahan pengemas dari aluminium
yang fleksibel adalah aluminium
Pengemasan dan Penyimpanan Hasil Pertanian Pangan dan Produknya
240
foil. Bahan pengemas dari
aluminium foil memiliki kelebihan
karena bersifat impermeable (tidak
dapat ditembus) oleh cahaya, gas,
air, bau dan bahan pelarut yang
tidak dimiliki oleh bahan pengemas
fleksibel lainnya. Aluminium foil
banyak digunakan untuk
mengemas produk coklat, bahanbahan
bakery, produk olahan susu,
keripik dan lain-lain.
Aluminium merupakan logam yang
memiliki beberapa keunggulan
yaitu lebih ringan
daripada baja, mudah dibentuk,
tidak berasa, tidak berbau, tidak
beracun, dapat menahan
masuknya gas, mempunyai
konduktivitas panas yang baik dan
dapat didaur ulang. Tetapi
penggunaan aluminium sebagai
bahan kemasan juga mempunyai
kelemahan yaitu kekuatan
(rigiditasnya) kurang baik, sukar
disolder sehingga sambungannya
tidak rapat akibatnya dapat
menimbulkan lubang pada
kemasan, harganya lebih mahal
dan mudah berkarat sehingga
harus diberi lapisan tambahan.
Reaksi aluminium dengan udara
akan menghasilkan aluminium
oksida yang merupakan lapisan
film yang tahan terhadap korosi dari
atmosfir. Penggunaan aluminium
sebagai wadah kemasan,
menyebabkan bagian sebelah dalam
wadah tidak dapat kontak dengan
oksigen, hal ini menyebabkan
terjadinya pengkaratan di bagian
dalam kemasan. Untuk mencegah
terjadinya karat, maka di bagian
dalam dari wadah aluminium ini
harus diberi lapisan enamel.
Secara komersial penggunaan
aluminium murni tidak
menguntungkan, sehingga harus
dicampur dengan logam lainnya
untuk mengurangi biaya dan
memperbaiki daya tahannya
terhadap korosi. Logam-logam
yang biasanya digunakan sebagai
campuran pada pembuatan wadah
aluminium adalah tembaga,
magnesium, mangan, khromium
dan seng (pada media alkali).
6.4.4.1. Aluminium foil
Aluminium foil adalah bahan
kemasan berupa lembaran logam
aluminum yang padat dan tipis
dengan ketebalan <0.15 mm.
Kemasan ini mempunyai tingkat
kekerasan dari 0 yaitu sangat
lunak, hingga H-n yang berarti
keras. Semakin tinggi bilangan H-,
maka aluminium foil tersebut
semakin keras. Ketebalan dari
aluminium foil menentukan sifat
protektifnya. Jika kurang tebal,
maka foil tersebut dapat dilalui oleh
gas dan uap. Pada ketebalan
0.0375 mm, maka
permeabilitasnya terhadap uap air
= 0, artinya foil tersebut tidak dapat
dilalui oleh uap air. Foil dengan
ukuran 0.009 mm biasanya
digunakan untuk permen dan susu,
sedangkan foil dengan ukuran 0.05
mm digunakan sebagai tutup botol
multitrip.
Sifat-sifat dari aluminium foil
adalah hermetis, fleksibel, tidak
tembus cahaya sehingga dapat
digunakan untuk mengemas
bahan-bahan yang berlemak dan
bahan-bahan yang peka terhadap
cahaya seperti margarin dan
Pengemasan dan Penyimpanan Hasil Pertanian Pangan dan Produknya
241
yoghurt. Aluminium foil banyak
digunakan sebagai bahan pelapis
atau laminan. Kombinasi aluminium
foil dengan bahan kemasan lain
dapat menghasilkan jenis kemasan
baru yang disebut dengan retort
pouch. Syarat-syarat retort pouch
adalah harus mempunyai daya
simpan yang tinggi, teknik penutupan
mudah, tidak mudah sobek bila
tertusuk dan tahan terhadap suhu
sterilisasi yang tinggi.
Retort pouch mempunyai
keunggulan dibanding kaleng,
yaitu:
Memliki luas permukaan lebih
besar dibandingkan kaleng dan
kemasannya tipis sehingga
memungkinkan terjadinya
penetrasi
Memiliki sifat perambatan
panas yang lebih cepat dan
lebih efisien. Dengan demikian
waktu sterilisasi akan
berkurang, maka mutu produk
dapat diperbaiki, karena nilai
gizinya lebih tinggi dan sifatsifat
sensori seperti rasa,
warna dan tekstur dapat
dipertahankan.
retort pouch lebih disukai
konsumen karena praktis dan
awet,
produk yang telah disterilisasi
dalam kemasan retort pouch
dapat langsung dikonsumsi
tanpa harus dipanaskan.
pemanasan cukup mudah,
yaitu dengan cara
memasukkan kemasan retort
pouch ke dalam air mendidih
selama 5 menit.
dapat dipanaskan dalam
microwave oven.
6.4.4.2. Penggunaan Aluminium
untuk Kemasan Bahan
Pangan
Aluminium dapat digunakan untuk
mengemas produk buah-buahan
dan sayuran, produk daging, ikan
dan kerang-kerangan, produk susu
dan minuman. Beberapa hal yang
perlu diperhatikan dalam
penggunaan kemasan aluminium
adalah :
Untuk produk buah. Aluminium
yang digunakan untuk
mengemasan produk buahbuah
harus dilapisi dengan
enamel untuk mencegah
terjadinya akumulasi gas
hidrogen yang dapat
menyebabkan terbentuknya
gelembung gas dan karat.
Penyimpangan warna pada
saus apel yang dikemas
dengan aluminium, dapat
dicegah dengan
menambahkan asam askorbat
Produk daging. Pengemasan
daging dengan wadah
aluminium tidak menyebabkan
terjadinya perubahan warna
sebagaimana yang terjadi
pada logam lain. Produk yang
mengandung asam amino
dengan sulfur seperti daging
dan ikan dapat bereaksi
dengan besi dan membentuk
noda hitam. Penambahan
aluminium yang dipatri pada
kaleng tin plate dapat mencegah
pembentukan noda karat.
Ikan dan kerang-kerangan.
Pengemasan ikan sarden
dalam minyak atau saus tomat
dan saus mustard degan
kemasan aluminium yang
berlapis enamel, maka pH nya
Pengemasan dan Penyimpanan Hasil Pertanian Pangan dan Produknya
242
tidak boleh >3.0, karena jika
lebih besar maka enamel tidak
dapat melindungi produk.
Pengemasan lobster dengan
kaleng aluminium tidak
memerlukan kertas perkamen
yang biasanya digunakan
untuk mencegah perubahan
warna pada kaleng tinplate.
Produk susu. Kemasan
aluminium untuk produk susu
memerlukan lapisan pelindung,
terutama pada susu kental
yang tidak manis. Penggunaan
aluminium untuk produkproduk
susu seperti margarin
dan mentega bertujuan untuk
melindungi produk dari cahaya
dan O2.
Minuman. Pengemasan
minuman dengan wadah
aluminium harus diberi pelapis,
epoksivinil atau epoksi jernih
untuk bir dan epoksivinil atau
vinil organosol untuk minuman
ringan atau minuman
berkarbonasi. Pengemasan teh
dengan aluminium yang tidak
diberi pelapis dapat
menyebabkan terjadinya
perubahan warna dan flavor.
6.4.5 Kayu
Kayu umumnya digunakan sebagai
container (peti kemas). Kayu
banyak digunakan sebagai peti
kemas karena dapat dibuat sesuai
dengan ukuran yang diinginkan,
meskipun tidak sekuat peti kemas
yang terbuat dari logam (untuk
ketebalan bahan yang sama).
Disamping sebagai peti kemas,
kayu juga dibuat untuk wadah atau
kemasan telur, tomat, buaahbuahan
dan lain-lain. Wadah dari
kayu juga masih banyak dijumpai
untuk menyimpan bahan-bahan
yang akan difermentasi, dan whey
(limbah tahu). Saat ini juga
berkembang kemasan produkproduk
eksklusif menggunakan
bahan kayu dengan bentuk yang
unik dan menarik.
Bahan kayu untuk kemasan ada
yang berasal dari papan kayu,
triplek atau dari bahan potongan
kayu yang dilem sedemikian rupa
sehingga menyerupai papan.
Kayu merupakan bahan pengemas
tertua yang diketahui oleh manusia,
dan secara tradisional digunakan
untuk mengemas berbagai macam
produk pangan padat dan cair
yang sudah dikemas seperti buahbuahan
dan sayuran, teh, anggur,
bir dan minuman keras. Kayu juga
digunakan sebagai bahan baku
dalam pembuatan pallet, peti atau
kotak kayu di negara-negara yang
mempunyai sumber kayu alam
dalam jumlah banyak. Tetapi saat
ini penyediaan kayu untuk
pembuatan kemasan juga banyak
menimbulkan masalah karena
makin langkanya hutan penghasil
kayu.
Penggunaan kemasan kayu baik
berupa peti, tong kayu atau pallet
sangat umum di dalam transportasi
berbagai komoditas dalam
perdagangan internasional.
Pengiriman botol gelas di dalam
peti kayu dapat melindungi botol
dari resiko pecah. Kemasan kayu
umumnya digunakan sebagai
kemasan tersier untuk melindungi
kemasan lain yang ada di
dalamnya. Kelebihan kemasan
kayu adalah memberikan
Pengemasan dan Penyimpanan Hasil Pertanian Pangan dan Produknya
243
perlindungan mekanis yang baik
terhadap bahan yang dikemas,
memberikan bentuk tumpukan
yang baik. Penggunaan kemasan
kayu untuk anggur dan minumanminuman
beralkohol dapat
meningkatkan mutu produk karena
adanya transfer komponen aroma
dari kayu ke produk. Penggunaan
peti kayu untuk kemasan teh di
beberapa negara juga masih lebih
murah dibandingkan bahan
pengemas lain.
Kelemahan dari penggunaan kayu
sebagai kemasan adalah
pengetahuan tentang struktur
kayu, metode perakitan masih
lemah. Hingga saat ini perakitan
kemasan kayu masih dilakukan
dengan cara yang sederhana, dan
jarang sekali dilakukan
pengamatan terhadap kandungan
air kayu, rancang bangun/disain
yang efisien, pengikatan/ pelekatan
tidak dengan jenis pengikat dan
ukuran yang benar, sehingga
dihasilkan kemasan kayu dengan
kekuatan yang rendah. Akibatnya
nilai ekonomis kemasan kayu
menjadi rendah.
Walaupun mempunyai kelemahan,
tetapi kemasan kayu tetap
digunakan pada industri-industri
alat berat dan mesin. Kemasan
kayu juga tetap merupakan
alternatif untuk mengemas buahbuahan,
sayur-sayuran dan ikan
yaitu dengan kemasan kayu beratringan
(light-weigh wooden).
Peranan kemasan kayu di masa
depan masih tetap baik terutama
pada aplikasi pallet, dan
merupakan salah satu alernatif
penting disamping kertas dan
plastik.
6.4.5.1. Aplikasi Kemasan Kayu
Untuk Bahan Pangan
Kemasan kayu yang berbentuk
peti, krat atau tong kayu
merupakan bentuk kemasan yang
umum untuk pengangkutan
berbagai komoditas dalam
perdagangan inernasional.
Penggunaan peti kayu untuk
transportasi botol minuman baik
untuk melindungi botol agar tidak
pecah. Pengemasan buah segar
dalam transportasi hingga saat ini
juga masih banyak dilakukan.
Kemasan kayu biasanya digunakan
sebagai kemasan tersier yaitu
kemasan yang digunakan untuk
mengemas kemasan lain yang ada
di dalamnya.
Tanda atau label pada kemasan
kayu harus berisi informasi tentang:
Nama barang yang dikemas
Ukuran
Isi (jumlah atau volume bahan)
Mutu Kayu
Jenis Kayu
Identitas dan nama
perusahaan
6.4.5.2. Pallet Kayu
Pallet kayu banyak digunakan
untuk transportasi barang dari satu
departemen ke departemen lain
dalam suatu perusahaan, atau dari
produsen ke konsumen. Pallet
kayu dapat dibagi menjadi 2
kelompok yaitu : pallet untuk satu
kali perjalanan (expendable
pallets) dan pallet yang bersifat
permanen atau untuk beberapa
kali perjalanan.
Pengemasan dan Penyimpanan Hasil Pertanian Pangan dan Produknya
244
Pallet permanen bisa tahan sampai
15 bulan. Bagian bawah dari pallet
kayu terdiri atas dasar dan kaki
kemasan yang biasanya berbentuk
datar dan terbuat dari papan yang
tersusun teratur dan memiliki jarak
tertentu. Kayu pada pallet
mempunyai minimum 2 kaki
penyangga yang sesuai dengan
panjang kemasan. Dasar alas
kemasan berupa papan kering dan
kuat berukuran tebal. Kaki alas
kemasan bisa dilepas atau diikat
bersama kemasannya dengan
paku.
6.4.6 Kertas atau Karton
Bahan kertas atau karton banyak
digunakan sebagai bahan
pengemas. Produk bakery (kue,
roti dan pastry) biasanya dikemas
dalam kertas atau karton. Karton
jarang digunakan langsung
sebagai bahan pengemas.
Biasanya sebelum dikemas dalam
karton, produk pangan dikemas
dahulu dalam kemasan plastik,
kemasan kaleng, kemasan botol
atau kemasan dalam tetra pack.
Penggunaan karton sebagai
kemasan sekunder biasanya
ditujukan untuk melindungi produk
dari kerusakan mekanis dan fisis.
Disamping itu juga bertujuan untuk
memudahkan dalam proses
pengangkutan atau transportasi
dan penyimpanan.
Kemasan kertas merupakan
kemasan fleksibel yang pertama
sebelum ditemukannya plastik dan
aluminium foil. Saat ini kemasan
kertas masih banyak digunakan
dan mampu bersaing dengan
kemasan lain seperti plastik dan
logam karena harganya yang
murah, mudah diperoleh dan
penggunaannya yang luas. Selain
sebagai kemasan, kertas juga
berfungsi sebagai media
komunikator dan media cetak.
Kelemahan kemasan kertas untuk
mengemas bahan pangan adalah
sifatnya yang sensitif terhadap air
dan mudah dipengaruhi oleh
kelembaban udara lingkungan.
Sifat-sifat kemasan kertas sangat
tergantung pada proses
pembuatan dan perlakuan
tambahan pada proses
pembuatannya. Kemasan kertas
dapat berupa kemasan fleksibel
atau kemasan kaku. Beberapa
jenis kertas yang dapat digunakan
sebagai kemasan fleksibel adalah
kertas kraft, kertas tahan lemak
(grease proof). Glassin dan kertas
lilin (waxed paper) atau kertas
yang dibuat dari modifikasi kertaskertas
ini. Wadah-wadah kertas
yang kaku terdapat dalam bentuk
karton, kotak, kaleng fiber, drum,
cawan-cawan yang tahan air,
kemasan tetrahedral dan lain-lain,
yang dapat dibuat dari paper board
(kertas berbentuk papan), kertas
laminasi, corrugated board dan
berbagai jenis board/papan dari
kertas khusus. Wadah kertas
biasanya dibungkus lagi dengan
bahan-bahan kemasan lain seperti
plastik dan foil logam yang lebih
bersifat protektif.
6.4.6.1. Jenis-jenis Kertas
Ada dua jenis kertas utama yang
digunakan, yaitu kertas kasar dan
Pengemasan dan Penyimpanan Hasil Pertanian Pangan dan Produknya
245
kertas lunak. Kertas yang
digunakan sebagai kemasan
adalah jenis kertas kasar,
sedangkan kertas halus digunakan
untuk buku dan kertas sampul.
Kertas kemasan yang paling kuat
adalah kertas kraft dengan warna
alami, yang dibuat dari kayu lunak
dengan proses sulfatasi. Ada
beberapa jenis kertas, antara lain:
Kertas glasin dan kertas tahan
minyak (grease proof). Kertas
ini dibuat dengan cara
memperpanjang waktu
pengadukan pulp sebelum
dimasukkan ke mesin pembuat
kertas. Penambahan bahanbahan
lain seperti plastisizer
bertujuan untuk menambah
kelembutan dan kelenturan
kertas, sehingga dapat
digunakan untuk mengemas
bahan-bahan yang lengket.
Penambahan antioksidan
bertujuan untuk memperlambat
ketengikan dan menghambat
pertumbuhan jamur atau
khamir. Kedua jenis kertas ini
mempunyai permukaan seperti
gelas dan transparan,
mempunyai daya tahan yang
tinggi terhadap lemak, oli dan
minyak, tidak tahan terhadap
air walaupun permukaan
dilapisi dengan bahan tahan air
seperti lak dan lilin. Kertas
glasin digunakan sebagai
bahan dasar laminasi.
Kertas Perkamen, digunakan
untuk mengemas bahan
pangan seperti mentega,
margarine, biskuit yang
berkadar lemak tinggi, keju,
ikan (basah, kering atau
digoreng), daging (segar,
kering, diasap atau dimasak),
hasil ternak lain, teh dan kopi.
Sifat-sifat kertas perkamen
adalah: tahan terhadap lemak,
mempunyai kekuatan basah
(wet strength) yang baik
walaupun dalam air mendidih,
permukaannya tidak berserat,
tidak berbau, tidak berasa,
transparan sehingga sering
disebut kertas glasin, tidak
mempunyai daya hambat yang
baik terhadap gas, kecuali jika
dilapisi dengan bahan tertentu.
Kertas lilin merupakan kertas
yang dilapisi oleh lilin parafin.
Kertas ini dapat menghambat
air, tahan terhadap minyak/oli
dan daya rekat panasnya baik.
Kertas lilin digunakan untuk
mengemas bahan pangan,
sabun, tembakau dan lain-lain.
Daluang (Container board).
Kertas daluang banyak
digunakan dalam pembuatan
karton beralur. Ada dua jenis
kertas daluang, yaitu: line
board disebut juga kertas kraft
yang berasal dari kayu cemara
(kayu lunak) dan corrugated
medium yang berasal dari kayu
keras dengan proses sulfatasi.
Chipboard dibuat dari kertas
koran bekas dan sisa-sisa
kertas. Jika kertas ini dijadikan
kertas maka disebut bogus
yaitu jenis kertas yang
digunakan sebagai pelindung
atau bantalan pada barang
pecah belah. Kertas chipboard
dapat juga digunakan sebagai
pembungkus dengan daya
rentang yang rendah. Jika
akan dijadikan karton lipat,
maka harus diberi bahanbahan
tambahan tertentu.
Pengemasan dan Penyimpanan Hasil Pertanian Pangan dan Produknya
246
Kertas plastik dibuat karena
keterbatasan sumber selulosa.
Kertas ini disebut juga kertas
sintetis yang terbuat dari
lembaran stirena, mempunyai
sifat-sifat sebagai berikut: daya
sobek dan ketahanan lipat
yang baik, daya kaku lebih
kecil daripada kertas selulosa,
sehingga menimbulkan masalah
dalam pencetakan label, tidak
mengalami perubahan bila
terjadi perubahan kelembaban
(RH), tahan terhadap lemak,
air dan tidak dapat ditumbuhi
kapang, dapat dicetak dengan
suhu pencetakan yang tidak
terlalu tinggi, karena polistirena
akan lunak pada suhu 800C.
6.4.6.2. Bentuk kemasan kertas
Bentuk amplop sering digunakan
sebagai pembungkus dari kantong
kertas. Kantung kertas dapat
dibuat secara sederhana oleh
industri rumah tangga, tetapi dapat
juga dibuat secara fabrikasi.
Bentuk lain dari kemasan kertas
adalah karton lipat dan kardus.
Karton lipat dan kardus merupakan
jenis kertas yang populer karena
praktis dan murah. Dalam
perdagangan disebut juga folding
carton (FC) atau karton lipat.
Bahan yang banyak digunakan
untuk membuat karton lipat adalah
cylinder board yang terdiri dari
beberapa lapisan, dan bagian
tengahnya terbuat dari kertaskertas
daur ulang, sedangkan
kedua sisi lainnya berupa kertas
koran murni dan bahan murni yang
dipucatkan. Untuk memperbaiki
sifat-sifat karton lipat, maka dapat
dilapisi dengan selulosa asetat dan
polivinil klorida (PVC) yang
diplastisasi. Kasein yang
dicampurkan pada permukaan kertas
akan memberikan permukaan cetak
yang lebih halus dan putih.
Keuntungan dari karton lipat adalah
dapat digunakan untuk transportasi,
dan dapat dihias dengan bentuk
yang menarik untuk barang-barang
mewah. Tetapi kelemahannya
adalah kecenderungan untuk
sobek di bagian tertentu. Model
dasar yang paling umum dari
karton yang terdiri dari :
• lipatan terbalik (reverse tuck)
• dasar menutup sendiri (autolock
bottom)
• model pesawat terbang
(airplane style)
• model lipatan lurus
• model perekatan ujung (seal
end)
• model perkakas dasar (
hardware bottom)
Dari keenam model dasar ini
dikembangkan model-model lain
(Gambar 6.10 dan 6.11)
Gambar 6.2. Pola-pola dasar untuk
membuat kemasan karton lipat.
Pengemasan dan Penyimpanan Hasil Pertanian Pangan dan Produknya
247
Gambar 6.3. Model kotak karton lipat dari
pengembangan pola dasar
Garis putus-putus pada Gambar
6.2 dan 6.3, menunjukkan letak
lipatan.
Pemilihan jenis atau model karton
lipat yang akan digunakan sebagai
pengemas, tergantung pada jenis
produk yang akan dikemas dan
permintaan pasar. Pengujian mutu
kemasan karton lipat dapat berupa
uji jatuh bagi wadah yang sudah
diisi, pengujian tonjolan atau bulge,
pengujian kekuatan kompresi dan
daya kaku dalam hubungannya
dengan kelembaban udara.
Penggunaan karton tipis (folding
box atau cardboard box ) untuk
kemasan, mendapat tambahan
bahan-bahan tertentu dan kualitas
karton tipis yang dihasilkan
tergantung dari jenis bahan
tambahan tersebut. Misalnya: untuk
bahan pangan yang harus selalu
dalam keadaan segar yang
disimpan dalam lemari es, maka
digunakan karton tipis yang dilapisi
plastik (PE coated) atau dilapisi lilin
(wax coated). Jenis ini digunakan
untuk pengemasan udang, daging
atau ikan beku atau mangkuk untuk
es krim. Disain kemasan dibuat
menarik, maka karton tipis dapat
digunakan sebagai display box.
Corrugated box (karton kerdut)
disebut juga karton bergelombang
atau karton beralur terdiri dari 2
macam corrugated sheet, yaitu:
kertas kraft (kraft liner) untuk
lapisan luar dan dalam kertas
medium untuk bagian tengah yang
bergelombang.
Jenis karton bergelombang yang
paling umum adalah jenis RSC
(Regular Slotted Container) atau
wadah celah teratur. Jenis-jenis
kartton bergelombang dapat dilihat
pada Gambar 6.4.
Keterangan :
A = Wadah Celah Teratur (RSC)
B = Wadah Celah Terpusat (CSSC)
C = Wadah Celah Tumpang tindih (FOL)
D = Bliss Box
E = Pembungkus Buku
F = Kotak Laci Tiga
Gambar 6.4. Berbagai jenis kotak karton
kerdut
Pengemasan dan Penyimpanan Hasil Pertanian Pangan dan Produknya
248
Corrugated box tanpa inner
(individual box) digunakan sebagai
kemasan primer untuk mengemas
buah dan sayur, ikan beku dan
lain-lain. Untuk pengemasan buah
atau sayuran segar, maka pada
dinding kotak harus diberi lubang
ventilasi. Penggunaan karton
bergelombang pada produk yang
dikemas dengan botol gelas atau
plastik dapat memakai partition
divider atau pemisah untuk
mencegah terjadinya benturan.
6.4.7 Plastik
Penemuan dan pembuatan plastik,
pertama kali dilaporkan oleh
Dr.Montgomerie pada tahun 1843,
yaitu oleh penduduk Malaya
dengan cara memanaskan getah
karet kemudian dibentuk dengan
tangan dan dijadikan sebagai
gagang pisau. Pada tahun 1845
J.Peluoze berhasil mensintesa
sululosa nitrat. Cetakan bahan
plastik yang pertama, dipatenkan
oleh J.L.Baldwin pada tangal 11
Februari 1862 yang disebut
dengan molds for making
daguerreotype cases. Cetakan ini
kemudian digunakan secara luas
untuk membentuk bahan-bahan
plastik yang terdiri dari campuran
getah karet dengan berbagai
bahan pengisi, humektan dan
pemplastik.
Penemuan selulosa nitrat atau
seluloid pertama kali dilakukan
oleh Dr.John Wesley Hyatt dari
New York yaitu untuk
menggantikan bola bilyard yang
sebelumnya erbuat dari gading.
Seluloid digunakan juga untuk
mainan anak-anak, pakaian, cat
dan vernis, serta film untuk foto.
Tahun 1920 Dr.Leo Hendrik
Baekeland (Belgia) menemukan
reaksi antara fenol dan
formaldehida yang menghasilkan
bakelite, dan penemuan ini
dianggap sebagai awal industri
plastik. Berbagai jenis bahan
kemasan plastik baru bermunculan
sesudah perang dunia kedua usai.
Bahan pembuat plastik dari minyak
dan gas sebagai sumber alami,
dalam perkembangannya
digantikan oleh bahan-bahan
sintetis sehingga dapat diperoleh
sifat-sifat plastik yang diinginkan
dengan cara kopolimerisasi,
laminasi, dan ekstruksi (Syarief, et
al., 1989).
Komponen utama plastik sebelum
membentuk polimer adalah
monomer, yakni rantai yang paling
pendek. Polimer merupakan
gabungan dari beberapa monomer
yang akan membentuk rantai yang
sangat panjang. Bila rantai
tersebut dikelompokkan bersamasama
dalam suatu pola acak,
menyerupai tumpukan jerami maka
disebut amorp, jika teratur hampir
sejajar disebut kristalin dengan
sifat yang lebih keras dan tegar
(Syarief, et al., 1988).
Kemasan plastik dapat berbentuk
kemasan kaku maupun kemasan
yang mudah dibentuk atau
fleksibel. Untuk mengemas produk
padat dan tidak memerlukan
perlindungan khusus maka
digunakan plastik yang fleksibel.
Contoh produk yang dikemas
menggunakan plastik fleksibel
Pengemasan dan Penyimpanan Hasil Pertanian Pangan dan Produknya
249
yaitu keripik, tahu, tempe dan lainlain.
Sedangkan untuk mengemas
produk yang memerlukan
perlindungan seperti produk yang
berbentuk cair atau pasta maka
digunakan plastik yang kaku
namun bisa dibentuk, misalnya
kemasan dalam bentuk botol,
kotak atau jerigen plastik.
Kemasan plastik banyak
digunakan dengan pertimbangan
bahan tersebut mudah dibentuk
sesuai dengan keinginan, tidak
bersifat korosif (mudah berkarat),
tidak memerlukan penanganan
khusus. Dalam dunia perdagangan
dikenal ada plastik khusus untuk
mengemas bahan pangan (food
grade) dan plastik untuk
mengemas bahan bukan pangan
(non-food grade). Oleh karena itu
bila akan memilih plastik untuk
mengemas bahan dan produk
pangan maka harus dipilih yang
food grade.
Menurut Syarief et al (1989),
berdasarkan ketahanan plastik
terhadap perubahan suhu, maka
plastik dibagi menjadi dua, yaitu:
Thermoplastik, bila plastik
meleleh pada suhu tertentu,
melekat mengikuti perubahan
suhu, bersifat reversible (dapat
kembali ke bentuk semula atau
mengeras bila didinginkan).
Termoset atau
termodursisabel, jenis plastik
ini tidak tidak dapat mengikuti
perubahan suhu (tidak
reversible). Sehingga bila
pengerasan telah terjadi maka
bahan tidak dapat dilunakkan
kembali. Pemanasan dengan
suhu tinggi tidak akan
melunakkan jenis plastik ini
melainkan akan membentuk
arang dan terurai. Karena sifat
termoset yang demikian maka
bahan ini banyak digunakan
sebagai tutup ketel.
6.4.7.1 Jenis dan Sifat Plastik
1. Politen atau polietilen (PE)
Polietilen merupakan film yang
lunak, transparan dan fleksibel,
mempunyai kekuatan benturan
serta kekuatan sobek yang baik.
Dengan pemanasan akan menjadi
lunak dan mencair pada suhu
110OC. Berdasarkan sifat
permeabilitasnya yang rendah
serta sifat-sifat mekaniknya yang
baik, polietilen mempunyai
ketebalan 0.001 sampai 0.01 inchi,
yang banyak digunakan sebagai
pengemas makanan, karena
sifatnya yang thermoplastik,
polietilen mudah dibuat kantung
dengan derajat kerapatan yang
baik (Sacharow dan Griffin, 1970).
Jenis plastik ini paling banyak
digunakan dalam industri, karena
memiliki sifat mudah dibentuk,
tahan bahan kimia, jernih dan
mudah dilaminasi. PE banyak
digunakan untuk mengemas buahbuahan
dan sayuran segar, roti,
produk pangan beku dan tekstil.
Menurut Syarief et al (1989),
polietilen memiliki sifat:
Penampakan bervariasi, dari
transparan hingga keruh.
Mudah dibentuk, lemas dan
mudah ditarik.
Daya rentang tinggi tanpa
sobek.
Pengemasan dan Penyimpanan Hasil Pertanian Pangan dan Produknya
250
Meleleh pada suhu 1200C,
sehingga banyak digunakan
untuk laminasi dengan bahan
lain.
Tidak cocok untuk digunakan
mengemas bahan berlemak
atau mengandung minyak.
Tidak cocok untuk mengemas
produk beraroma karena
transmisi gas cukup tinggi.
Tahan terhadap asam, basa,
alkohol dan deterjen.
Dapat digunakan untuk
menyimpan bahan pada suhu
pembekuan hingga -500C.
Kedap air dan uap air.
Berdasarkan sifat kedap air
dan uap air, ada jenis yaitu:
HDPE (high-density
polyethylene), MDPE
(medium-density polyethylene),
LDPE (low-density
polyethylene) dan LLDPE (linier
low-density polyethylene).
HDPE memiliki titik lunak,
maupun sifat-sifat lainnya yang
lebih tinggi dibandingkan
LDPE. LLDPE umumnya lebih
kuat dibandingkan dengan
LDPE, tetapi sifat lainnya sama
dengan LDPE.
2. Poliester atau Polietilen
treptalat (PET)
PET banyak digunakan dalam
laminasi (pelapisan), terutama
untuk bagian luar suatu kemasan
sehingga kemasan memiliki daya
tahan yang lebih baik terhadap
kikisan dan sobekan. PET banyak
digunakan sebagai kantong
makanan yang memerlukan
perlindungan, seperti buah kering,
makanan beku dan permen. PET
memiliki sifat :
Transparan (tembus pandang),
bersih dan jernih.
Memiliki sifat beradaptasi
terhadap suhu tinggi (3000C)
yang sangat baik.
Permeabilitas uap air dan gas
sangat rendah.
Tahan terhadap pelarut
organic, seperti asam-asam
dari buah-buahan, sehingga
dapat digunakan untuk
mengemas produk sari buah.
Tidak tahan terhadap asam
kuat, fenol dan benzyl alkohol.
Kuat, tidak mudah sobek. Botol
plastik yang menggunakan
PET mampu menahan tekanan
yang berasal dari minuman
berkarbonat.
3. Polipropilen (PP)
Polipropilen sangat mirip dengan
polietilen dan sifat-sifat
penggunaannya juga serupa
(Brody, 1972). Polipropilen lebih
kuat dan ringan dengan daya
tembus uap yang rendah,
ketahanan yang baik terhadap
lemak, stabil terhadap suhu tinggi
dan cukup mengkilap (Winarno
dan Jenie, 1983).
Monomer polypropilen diperoleh
dengan pemecahan secara
thermal naphtha (distalasi minyak
kasar) etilen, propylene dan
homologues yang lebih tinggi
dipisahkan dengan distilasi pada
temperatur rendah. Dengan
menggunakan katalis Natta-
Ziegler polypropilen dapat
diperoleh dari propilen (Birley, et
al., 1988).
Polipropilen memiliki sifat-sifat
sebagai berikut:
Pengemasan dan Penyimpanan Hasil Pertanian Pangan dan Produknya
251
Ringan, mudah dibentuk,
transpasan dan jernih dalam
bentuk film. Tetapi dalam
bentuk kemasan kaku maka PP
tidak transparan.
Kekuatan terhadap tarikan
lebih besar dibandingkan PE.
Pada suhu rendah akan rapuh.
Dalam bentuk murni pada suhu
-300C mudah pecah sehingga
perlu ditambahkan PE atau
bahan lain untuk memperbaiki
ketahanan terhadap benturan
Tidak dapat digunakan untuk
kemasan beku.
Lebih kaku dari PE dan tidak
mudah sobek sehingga dalam
penanganan dan distribusi.
Permeabilitas uap air rendah,
permeabilitas gas sedang.
Tidak baik untuk mengemas
produk yang peka terhadap
oksigen.
Tahan terhadap suhu tinggi
sampai 1500C, sehingga dapat
digunakan untuk mengemas
produk pangan yang
memerlukan proses sterilisasi.
Tahan terhadap asam kuat,
basa dan minyak.
Pada suhu tinggi PP akan
bereaksi dengan benzene,
silken, toluene, terpentin asam
nitrat kuat.
4. Polistiren (PS)
Polistiren banyak digunakan untuk
mengemas buah-buahan dan
sayuran karena memiliki
permiabilitas yang tinggi terhadap
air dan gas. PS memiliki sifat
umum sebagai berikut:
Lentur dan tidak mudah sobek
Titik lebur 880C, akan melunak
pada suhu 90 - 950C.
Tahan terhadap asam dan
basa, kecuali asam
pengoksidasi.
Akan terurai dengan ester,
keton, hidrokarbon aromatik,
klorin dan alkoohol dengan
konsentrasi yang tinggi.
Memiliki permeabilitas yang
sangat tinggi terhadap gas dan
uap air, sehingga sanagt
sesuai untuk mengemas
bahan-bahan segar.
Memiliki afinitas yang tinggi
terhadap debu.
Baik untuk bahan dasar
laminasi dengan logam
(aluminium).
5. Polivinil Khlorida (PVC)
PVC banyak digunakan untuk
mengemas mentega, margarine,
dan minyak goreng karena tahan
terhadap minyak dan memiliki
permeabilitas yang rendah
terhadap air dan gas. PVC juga
digunakan untuk mengemas
perangkat keras (hardware),
kosmetik, dan obat-obatan. Sifat
lain dari PVC, yaitu: tembus
pandang, meskipun ada juga yang
memiliki permukaaan keruh, tidak
mudah sobek dan memiliki
kekuatan tarik yang tinggi.
6. Poliviniliden Khlorida (PVDC)
PVDC ini sifat permeabilitasnya
terhadap air dan gas rendah.
Sering digunakan untuk
mengemas (wrapping) produk
ternak, ham atau produk yang
sejenis termasuk keju. Dapat diseal
(direkatkan) dengan panas
akan tetapi tidak stabil bila
dipanaskan pada suhu >600C.
Pengemasan dan Penyimpanan Hasil Pertanian Pangan dan Produknya
252
7. Selopan
Selopan berasal dari cello =
cellulose dan diaphane =
transparan). Sellopan memiliki
sifat:
Transparan dan sangat terang.
Tidak bisa direkatkan dengan
panas.
Tidak larut dalam air atau
minyak.
Tidak dapat dilewati oksigen
dan aroma.
Mudah dilaminasi sebagai
pelapis yang baik.
Mudah sobek dan pada suhu
dingin akan mengkerut.
8. Selulose Asetat (CA)
Selulose asetat memiliki sifat:
Sensitif terhadap air
Akan terdekomposisi olah asam
kuat, basa kuat alkohol dan ester.
Tidak mudah mengkerut bila
dekat api
Sangat jernih, mengkilap, agak
kaku dan mudah sobek
Terhadap benturan maka
selulosa asetat lebih tahan
dibandingkan HDPE namun lebih
lebih lemah bila dibandingkan
dengan selulosa propionate
Tidak cocok untuk mengemas
produk beku karena CA mudah
rapuh pada suhu rendah
Tahan terhadap minyak atau oli
9. Selulosa Propionat
Selulosa propionate memliki
ketahanan terhadap benturan dua
kali lebih lebih besar daripada
selulosa asetat, transparan, mudah
dibentuk dan akan terurai oleh
asam kuat, basa alkohol, keton
dan ester.
10. Etil Selulosa
Etil selulosa memiliki sifat:
Stabil pada suhu tinggi
Tidak berwarna, tidak berbau
dan tidak berasa
Tidak dapat menahan uap air
dan gas
Tidak tahan terhadap pelarut
organik
Tahan terhadap minyak dan oli,
sehingga dapat digunakan
untuk mengemas mentega,
margarine dan minyak
Tidak banyak terpengaruh oleh
matahari.
11. Metil Selulosa
Metil selulosa banyak digunakan
untuk kapsul karena memiliki sifat
tahan terhadap minyak nabati dan
hewani, dalam keadaan lembab
tidak mudah rapuh. Akan tetapi
bahan ini bila kontak langsung
dengan air akan larut, semakin
tinggi suhu maka akan makin
banyak yang larut.
12. Nilon atau Polianida (PA)
Nilon atau polianinda memiliki sifat
sebagai berikut:
Tidak berasa, tidak berbau, dan
tidak beracun
Larut dalam asam formal dan
fenol
Cukup kedap terhadap gas
tetapi tidak kedap uap air
Tahan terhadap suhu tinggi,
sehingga sesuai untuk
mengemas produk yang
dimasak dalam kemasan
seperti nasi instant dan bahan
pangan yang mengalami proses
sterilisasi.
Dapat digunakan untuk
pengemasan vakum/hampa.
Pengemasan dan Penyimpanan Hasil Pertanian Pangan dan Produknya
253
13. Polikarbonat (PC)
Banyak digunakan untuk
mengemas jus atau sari buah, bir
dan minuman yang sejenis. PC
memiliki sifat:
Transparan dan tidak berbau
Sangat kuat dan tahan panas.
Cocok untuk produk yang
memerlukan proses sterilisasi
Tahan terhadap asam lemah,
zat pereduksi atau
pengoksidasi, garam, minyak,
lemak dan hidrokarbon alifatik
Akan terurai oleh alkali, amin,
keton, ester hidrokarbon
aromatic, dan beberapa
alkohol.
14. Pliofilm (Karet Hidrokhlorida)
Sifat dari pliofilm, yaitu:
Tahan terhadap asam, alkali,
lemak dan oli. Cocok untuk
mengemas daging dan hasil
olahannya.
Transmisi gas CO2 cukup tinggi
untuk sayuran segar
Tidak dapat menahan gas.
Tidak dapat digunakan untuk
mengemas produk yang
dipanaskan dalam kemasan.
15. Poliuretan
Poliuretan memiliki sifat tidak
berbau, tahan oksidasi, tahan
terhadap minyak, lemak dan
kapang. Poliuretan termasuk jenis
bahan kemasan yang fleksibel.
16. Politetra Fluoroetilen (PTFE)
Jenis bahan kemasan ini memiliki
sifat permukaan licin, bila dipegang
seperti ada lapisan lilin dan
memiliki kelebihan untuk saling
melekat satu sama lain, tahan
terhadap suhu dari -100 hingga
2000C. Disamping itu jenis
kemasan ini inert terhadap bahan
kimia dan tahan terhadap hampir
semua jenis bahan kimia.
1. Low Density Polyethylen
(LDPE)
Sifat mekanis jenis plastik LDPE
adalah kuat, agak tembus cahaya,
fleksibel dan permukaan agak
berlemak. Pada suhu di bawah
60OC sangat resisten terhadap
senyawa kimia, daya proteksi
terhadap uap air tergolong baik,
akan tetapi kurang baik bagi gasgas
yang lain seperti oksigen,
sedangkan jenis plastik HDPE
mempunyai sifat lebih kaku, lebih
keras, kurang tembus cahaya dan
kurang terasa berlemak.
2. High Density Polyethylen
(HDPE).
Pada polietilen jenis low density
terdapat sedikit cabang pada rantai
antara molekulnya yang
menyebabkan plastik ini memiliki
densitas yang rendah, sedangkan
high density mempunyai jumlah
rantai cabang yang lebih sedikit
dibanding jenis low density.
Dengan demikian, high density
memiliki sifat bahan yang lebih
kuat, keras, buram dan lebih tahan
terhadap suhu tinggi. Ikatan
hidrogen antar molekul juga
berperan dalam menentukan titik
leleh plastik (Harper, 1975).
Pengemasan dan Penyimpanan Hasil Pertanian Pangan dan Produknya
254
6.4.7.2. Pemilihan Kemasan
Plastik Untuk Bahan
Pangan
Sekarang telah terjadi perubahan
permintaan konsumen dan pasar
akan produk pangan, dimana
konsumen menuntut produk
pangan yang: bermutu tinggi,
dapat disiapkan di rumah, segar,
mutu seragam.
Hal ini menyebabkan kemasan
plastik merupakan pilihan yanng
paling tepat, karena dapat
memenuhi semua tuntutan
konsumen seperti di atas. Jenisjenis
plastik yang ada di pasaran
sangat beragam, sehingga perlu
pengetahuan yang baik untuk
dapat menentukan jenis kemasan
plastik yang tepat untuk
pengemasan produk pangan.
Kesalahan dalam memilih jenis
kemasan yang tepat, dapat
menyebabkan rusaknya bahan
pangan yang dikemas.
Beberapa pertimbangan yang perlu
diperhatikan sebelum memilih jenis
kemasan adalah: kemasan
tersebut harus dapat melindungi
produk dari kerusakan fisik dan
mekanis, mempunyai daya lindung
yang baik terhadap gas dan uap
air, harus dapat melindungi dari
sinar ultra violet, tahan terhadap
bahan kimia.
Berdasarkan pertimbanganpertimbangan
ini maka kita dapat
menentukan jenis kemasan yang
sesuai dengan produk yang akan
dikemas.
1. Produk Susu
Kemasan plastik yang sesuai untuk
produk-produk susu adalah LDPE
dan HDPE. Kemasan yang baik
untuk keju harus yang bersifat
kedap terhadap uap air dan gas
yang baik, misalnya nilon/
Polietilen, Selulosa, polietilen dan
PET/PE.
2. Daging dan Ikan
Daging segar dikemas dengan
PVC yang permeabilitasnya
terhadap uap air dan gas tinggi.
Daging beku dikemas dengan
LDPE dan LDPE nilon.
Unggas dikemas dengan
kantung laminasi dari etilen
vinil asetat/polietilen (EVA/PE).
Daging masak dan bacon
dengan E/PVDC/PA/PT/PETT
atau kemasan vakum.
Ikan dan ikan beku dikemas
dengan HDPE atau LDPE
3. Produk Roti
Roti yang mengandung
humektan dikemas dengan
kemasan kedap air.
Roti yang bertekstur renyah
dengan kemasan kedap udara.
Cake (bolu) agar tidak kering
dan bau apek dikemas dengan
selulosa berlapis atau OPP
4. Makanan Kering dan Seralia
Untuk makanan kering dan
serealia dikemas dengan kemasan
kedap uap air dan gas seperti
LDPE berlapis kertas atau
LDPE/aluminium foil.
Pengemasan dan Penyimpanan Hasil Pertanian Pangan dan Produknya
255
5. Makanan Yang Diolah
Untuk makanan yang stabil
seperti selai dan acar kemasan
yang digunakan adalah plastik
fleksibel dan jika akan diolah
lagi digunakan gelas atau kaleng.
Konstruksi lapisan yang
dibutuhkan untuk retort pouch
adalah bahan-bahan seperti
poliester atau poliamida/
aluminium foil/HDPE atau PEPP
kopolimer.
Kemasan sekunder yang
digunakan untuk distribusi
adalah karton
6. Buah dan Sayur Segar
Kemasan yang dipilih adalah
kemasan yang mempunyai
permeabilitas yang tinggi terhadap
CO2 agar dapat mengeluarkan CO2
dari produk sebagai hasil dari
proses pernafasan. Jenis kemasan
yang sesuai adalah polistiren busa
seperi LDPE, EVA, ionomer atau
plastik PVC.
7. Kopi
Dikemas dengan kemasan
hampa seperti foil atau
poliester yang sudah
dimetalisasi dan PE
Untuk kemasan kopi instan
digunakan PVC yang dilapisi
dengan PVDC, tapi harganya
masih terlalu mahal
8. Lemak dan Minyak
Digunakan kemasan PVC yang
bersih dan mengkilap.
Pengemasan mentega dan
margarin dilakukan dengan
polistiren
9. Selai dan Manisan
Dahulu digunakan polistiren
dengan pencetakan injeksi.
Saat ini digunakan PVC
berbentuk lembaran
10. Minuman
Untuk minuman berkarbonasi
maka dipilih kemasan yang kuat,
tahan umbukan dan benturan,
tidak tembus cahaya dan
permeabilitasnya terhadap gas
rendah, sehingga jenis kemasan
yang sesuai adalah poliakrilonitril.
Untuk minuman yang tidak
berkarbonasi maka dipilih kemasan
berbentuk botol yang mengalami
proses ekstrusi yaitu Lamicon yang
berasal dari PE dan lamipet (bahan
yang mengandung 95% polivinil
asetat saponifiliasi).
11. Bahan Pangan lain
Garam dikemas dengan HDPE
karena sifat perlindungannya
terhadap kelembaban yang tinggi.
Bumbu masak dikemas dengan
LDPE yang fleksibel. Makanan
beku dengan LDPE dan EVA.
6.5. Pembotolan (Bottling)
Pengemasan didesign atau
dirancang sedemikian rupa untuk
melindungi produk dari kerusakan
dan untuk menjual produk lengkap
dengan wadah atau kemasan yang
digunakan. Dalam industri
pengolahan makanan yang besar,
biasanya diperlukan proses
pengemasan secara mekanis
Pengemasan dan Penyimpanan Hasil Pertanian Pangan dan Produknya
256
untuk mendapatkan teknik
pengemasan yang efisien. Salah
satu bentuk bahan pengemas yang
banyak digunakan adalah botol.
Botol yang digunakan ada yang
berbahan gelas dan ada pula dari
plastik.
Meskipun bahan yang digunakan
untuk mengemas produk dalam
bentuk yang sama yaitu botol,
namun untuk produk yang berbeda
maka teknik pembotolan yang
digunakan juga berbeda. Teknik
pembotolan juga dipengaruhi oleh
bentuk botol yang berbeda pula.
Sebagai contoh: teknik pembotolan
untuk mengemas produk susu
segar akan berbeda dengan teknik
pembotolan untuk mengemas
produk kopi instant.
Dibandingkan dengan pengalengan
maka pembotolan (pengemasan
dengan botol) di industri besar
dalam proses pembotolan
memerlukan tenaga kerja yang
lebih sedikit. Tahapan pembotolan
dalam industri meliputi:
memasukkan botol kosong dalam
alat (bottle feeding), pembersihan
botol (bottle cleaning), pengisian
(filling), penutupan (closing),
pelabelan (labeling), penyusunan
dan pengemasan untuk tranportasi
(collating and packing for transport).
6.5.1. Memasukkan Botol
Kosong Dalam Alat
(bottle feeding)
Sebelum botol-botol kosong
masung ke tempat pengisian,
maka botol kosong dimasukkan
dalam bottle feeder secara tidak
beraturan atau dituangkan begitu
saja tanpa menata dan
mengaturnya. Keluar dari bottle
feeder, maka botol akan berada
dalam posisi berdiri satu persatu
dan tidak saling menumpuk atau
posisi botol tidak boleh miring.
Untuk mengatur posisi botol tetap
tegak, maka perlu diatur kecepatan
alat, sebab bila terlalu cepat maka
akan terjadi botol keluar pada
posisi miring sehingga botol akan
roboh, seperti terlihat pada
Gambar 6.5 berikut ini.
A B
C D
Gambar 6.5 Pengaruh bentuk botol pada
saat pengisian.
Dari Gambar 6.5 terlihat bahwa
kemasan oval yang lancip lebih
sulit untuk dikontrol (A)
dibandingkan dengan kemasan
oval dengan dasar yang lebih datar
(B). Hindari penggunaan botol
dengan salah satu bagian
berbentuk lancip (C) karena pada
saat pengisian pada ban berjalan
menyebabkan botol berada pada
posisi miring (C). Bentuk botol (D)
lebih cocok digunakan pada proses
pengisian menggunakan mesin
(filling machine).
Pengemasan dan Penyimpanan Hasil Pertanian Pangan dan Produknya
257
6.5.2. Pembersihan Botol
(Bottle Cleaning)
Pembersihan botol dapat dilakukan
secara manual satu per satu.
Dalam industri besar, maka
pencucian botol secara manual
tidak mungkin dilakukan.
Pencucian botol bisa juga
dilakukan dengan menggunakan
bottle washer yang dilengkapi
dengan sikat elektrik. Industri yang
menggunakan botol plastik
umumnya menggunakan botol
baru. Botol-botol tersebut disimpan
di tempat kering dengan
kelembaban rendah. Penyimpanan
dalam ruang yang lembab
menyebabkan debu mudah
menempel pada bagian dinding
botol atau wadah/container.
6.5.3. Pengisian (Filling)
Tahap pengisian produk cair dan
produk dalam bentuk padat
kedalam kemasan botol memiliki
teknik yang berbeda. Teknik
pengisian produk cair ke dalam
kemasan botol dibagi menjadi
empat (Paine dan Paine, 1992)
yaitu:
6.5.3. Teknik Pengisian
Produk Cair
6.5.3.1. Vacuum filling
(Pengisian produk
hampa udara).
Teknik ini merupakan teknik
pengisian yang paling bersih dan
paling murah untuk berbagai jenis
produk. Teknik ini mampu
mendeteksi botol yang retak, botol
bocor atau botol yang sumbing.
Disamping itu pengisian dengan
vacuum filling dapat menekan
kehilangan produk dan mencegah
adanya tetesan produk yang
memberi kesan kotor. Setelah
pengisian, tidak diperlukan
pembersihan. Ada tiga jenis
vacuum filler, yaitu pengisian
secara rotary, tray dan secara
otomatis. Pada pengisian dengan
rotary vacuum filler, setiap botol
diangkat satu persatu kemudian
secara otomatis diisi dengan produk
dimana alat terus berputar. Pada
pengisian dengan tray vacuum filler
maka botol diletakkan berbaris di
atas tray dan dibawa oleh ban
berjalan kemudian langsung diisi
dengan produk. Pada pengisian
otomatis, maka setiap botol kosong
akan terisi secara otomatis setelah
melewati alat pengisi produk (filler).
Gambar 6.6 Pengisian produk dalam
kemasan botol dengan teknik
rotary vacuum filler.
Pengemasan dan Penyimpanan Hasil Pertanian Pangan dan Produknya
258
6.5.3.2. Measured dosing
(Pengisian produk
terukur)
Pada teknik ini setiap filler terdiri
atas silinder terkalibrasi dan piston.
Ketika piston menekan katup
pengisian, maka katup tersebut
akan membuka dan produk
mengalir dan mengisi silinder
dalam jumlah tertentu. Ketika botol
produk sampai pada tempat
pengisian maka katup akan
membuka dan mengalirkan produk
ke dalam botol, dan pada waktu
yang bersamaan katup pengisian
(yang berfungsi mengatur aliran
produk ke silinder) akan menutup.
6.5.3.3. Gravity-filling (Pengisian
berdasarkan gravitasi).
Ada dua tipe alat gravity-filling
yang sering digunakan, yaitu
berdasarkan waktu atau lama
pengisian dan berat botol yang
digunakan. Pada garvity-filling
berdasarkan lama pengisian, maka
katup pengisi yang berfungsi
mengisi produk akan membuka
dalam waktu tertentu sehingga
volume yang diinginkan tercapai.
Gambar 6.7 Pengisian produk cair dengan
teknik measured dosing.
Alat ini didasarkan pada
kekentalan produk dan diameter
pipa pengisian yang dikendalikan
secara mekanik oleh timer atau
elektronik. Sedangkan garvityfilling
berdasarkan berat botol,
sebelum dilakukan pengisian maka
botol ditimbang lebih dahulu.
Selanjutnya botol tersebut akan
menuju tempat pengisian produk,
kemudian katup pengisian
membuka untuk mengalirkan
produk ke dalam botol.
6.5.3.4. Pressure filling
(Pengisian berdasarkan
tekanan)
Pada dasarnya teknik ini hampir
sama dengan teknik pengisisan
garvity-filling berdasarkan lama
pengisian. Teknik ini hanya sesuai
untuk mengemas produk dengan
kecepatan sedang hingga tinggi,
seperti sari buah, susu segar dan
produk-produk yang sejenis.
Bila dibandingkan, dari keempat
teknik pengisian produk cair, maka
masing-masing teknik pengisian
memiliki kesesuaian jenis produk
yang berbeda, seperti tampak
pada Tabel 6.2.
Pengemasan dan Penyimpanan Hasil Pertanian Pangan dan Produknya
259
Tabel 6.2 Teknik pengisian produk cair
Teknik pengisian
Dosing Vacuum Grafity Pressure
1. Jenis
produk
Hampir semua
jenis produk
cair (encer
maupun kental)
Produk cair
yang encer
Hanya sesuai
untuk produk
yang encer
Produk cair
yang encer
maupun kental
2. Contoh
produk
Sup
Saos
Minyak
Flavouring
Saos
Flavouring
Essence
Sari buah
Bir atau
minuman
beralkohol
3. Batasan
aplikasi
produk
- Tidak cocok
untuk produk
berbusa
Hanya sesuai
untuk produk
yang encer
Produk yang
berbusa akan
menimbulkan
masalah
4. Tingkat
ketelitian
pengisian
± 0,1 -0,5 % Tergantung dari ketepatan volume botol, biasanya
sekitar 2%
Sumber : Paine dan Paine (1993).
6.5.3. Teknik Pengisian
Produk Padat
Pengisian produk padat (tepung
dan granular) ke dalam botol, ada
dua jenis yaitu pengisian
berdasarkan berat dan pengisian
produk berdasarkan volume. Pada
pengisian berdasarkan volume,
maka alat pengisi produk padat
biasanya dikeluarkan menggunakan
alat yang berulir. Sebaiknya alat
berulir ini tidak digunakan untuk
produk tepung yang sangat halus.
Hal ini untuk menghindari produk
yang ringan akan berterbangan
karena pengaruh tekanan dari ulir.
Jumlah volume produk yang
diisikan tergantung dari diameter
lubang pengisian (D), pitch ulir (P)
dan jumlah putaran ulir dalam satu
siklus pengisian (Gambar 6.8).
Gambar 6.8 Volumetric Auger Filler (paine
dan Paine, 1993).
Teknik pengisian produk padat
berdasarkan berat produk lebih
baik dibandingkan dengan teknik
pengisian produk padat
berdasarkan volume. Pada industri
pangan, teknik pengisian produk
padat berdasarkan berat produk
maka wadah/botol dilewatkan
dengan belt berjalan menuju
tempat pengisian (filler). Dari filler,
produk menuju ke tempat
Pengemasan dan Penyimpanan Hasil Pertanian Pangan dan Produknya
260
penimbangan. Hasil timbangan
produk yang tepat (memenuhi
standar) dan yang tidak tepat akan
dilewatkan pada jalur yang
terpisah. Secara skematis teknik
pengisian produk padat
berdasarkan berat dapat dilihat
pada Gambar 6.9 di bawah ini.
Kelemahan dari penggunaan satu
timbangan yaitu menghasilkan
berat produk yang kurang
seragam. Untuk menekan
keragaman berat produk, maka
dapat dilakukan modifikasi alat
pengisian seperti pada Gambar
6.10. Pada Gambar ini alat yang
digunakan biasanya menggunakan
lebih dari satu timbangan.
Timbangan pertama diatur
sedemikian rupa sehingga produk
yang diisikan mencapai 80-90%
berat total, kemudian produk
tersebut dilewatkan dengan ban
berjalan menuju timbangan ke dua.
Pada timbangan ke dua, maka
pengisian sisa produk dilakukan
secara perlahan-lahan sampai
mencapai berat produk yang
diinginkan.
Setiap alat industri memiliki tingkat
ketelitian yang berbeda-beda dan
sangat bervariasi, termasuk alat
filler, sehingga tidak menutup
kemungkinan terjadi kesalahan
mengisi, ada wadah yang isinya
kurang atau berlebih. Untuk
menghindari hal ini, maka operator
alat harus melakukan pengecekan
dan mengontrol jalannya alat yang
ada.
Gambar 6.9 Teknik pengisian berdasarkan berat otomatis sederhana (Paine dan Paine, 1993).
Gambar 6.10 Pengisian produk berdasarkan berat menggunakan alat yang dimodifikasi
(paine dan Paine, 1993)
Pengemasan dan Penyimpanan Hasil Pertanian Pangan dan Produknya
261
6.5.4. Penutupan botol
Penutupan botol hendaknya
dilakukan secara hermetis (rapat),
seperti penutupan botol untuk
mengemas produk jam, jelly, sirup,
sari buah, produk olahan daging
dan hasil olahan lainnya yang
diolah dengan menggunakan suhu
tinggi. Tujuan penutupan secara
hermetis yaitu untuk mencegah
produk dari kerusakan, terutama
yang disebabkan oleh mikroba.
Keadaan hermetis akan tercapai
bila tutup botol dan bagian luar
mulut botol dalam kondisi baik.
Tutup botol biasanya terdiri atas
dua bagian, yaitu: lapisan luar
yang terbuat dari logam dan
lapisan dalam (gasket) terbuat dari
karet atau PVC. Ada beberapa
jenis tutup botol, yaitu jenis screwon
cap closure, jenis crimp-on
closure (jenis mahkota), jenis rollon
closure dan jenis cork (sumbat).
Jenis screw-on cap closure,
memiliki ulir pada bagian tutup. Ulir
ini berfungsi untuk mengunci tutup
dengan ulir pada bagian mulut
botol. Biasanya penutupan
dilakukan dengan menekan dan
memutar 1-2 kali putaran. Jenis
tutup ini dapat dibuka dan ditutup
kembali dengan baik. Biasanya
jenis tutup ini banyak digunakan
untuk menutup produk berbentuk
pasta, sirup, dan yang sejenis.
Tutup jenis crimp-on closure
(mahkota), disebut mahkota karena
hasil penutupan botol menyerupai
mahkota yang menempel pada
bagian mulut botol. Umumnya
digunakan untuk menutup produk
kecap, sirup, bir, sari buah dan
produk yang sejenis.Biasanya
tutup jenis roll-on closure terbuat
dari aluminium lunak. Penutupan
dilakukan dengan cara mengepres
tutup pada bagian mulut botol
sehingga tercetak sesuai dengan
pola mulut botol. Untuk jenis cork
(sumbat), maka penutupan botol
dilakukan dengan menekan tutup
botol pada bagian mulut botol.
Meskipun kemasan botol merupakan
kemasan yang baik untuk
menahan gas, air dan bau, namun
produk dalam kemasan gelas yang
disimpan tetap dapat rusak apabila
penutupan wadah tidak memenuhi
syarat. Syarat-syarat penutupan
kemasan gelas yang baik adalah :
kemasan harus dapat melindungi
komponen penyusun produk, dapat
mencegah penetrasi senyawa dari
luar ke dalam wadah, tutup botol
tidak bereaksi dengan produk yang
dikemas, tidak lengket dengan
produk, design/rancangan bentuk
tutup sedemikian rupa sehingga
mudah dibuka.
6.5.5. Pelabelan botol
Setelah penutupan, maka langkah
berikutnya adalah memberi label
pada kemasan botol. Pemberian
label dapat secara manual atau
menggunakan alat.
6.5.6. Case Packing
Botol-botol yang sudah diisi, diberi
tutup dan diberi label biasanya
masih dikemas lagi dengan
menggunakan kardus. Kemudian
kardus-kardus tersebut dikemas
Pengemasan dan Penyimpanan Hasil Pertanian Pangan dan Produknya
262
dengan menggunakan plastik
wrapping (shrink-wrapping).
Pengemasan ini memudahkan
dalam distribusi produk untuk jarak
jauh.
Gambar 6.11 Pengemasan kardus
dengan shrink-wrapping.
6.5.7. Palletizing
Pallet dikenal sebagai alas untuk
menyimpan tumpukan kemasan
pada saat penggudangan. Bentuk
pallet datar, biasanya terbuat dari
kayu, pada bagian bawah terdapat
dua lubang/celah yang berfungsi
sebagai tempat kaki forklift.
Gambar 6.12 Palletizing untuk kemasan
kardus
6..6.. Pengallengan
Secara umum pengalengan produk
pangan terdiri atas delapan tahap,
yaitu: penangan kaleng kosong,
pembersihan kaleng kosong,
persiapan produk, pengisian,
penutupan, proses pengalengan,
pendinginan, penanganan dan
penyimpanan hasil pengalengan.
6.6.1. Penangan kaleng kosong
Kaleng kosong harus disimpan
dalam kemasan tertutup, ruang
penyimpanan tidak lembab dan
tidak berdebu, harus dihindari
adanya perubahan suhu yang akan
mempengaruhi kondensasi air
sehingga kaleng mudah berkarat.
Kaleng kosong yang belum
digunakan harus dijaga sedemikian
rupa sehingga permukaan/bibir
kaleng tidak rusak atau penyok
dan bagian sambungan tidak
rusak. Penyimpanan kaleng
kosong terhindar dari garam atau
air garam, karena garam dapat
menyebabkan kaleng berkarat.
6.6.2. Pembersihan kaleng
kosong
Meskipun pada saat penerimaan
kaleng kosong dari supplier dalam
keadaan bersih, namun
pembersihan kaleng kosong wajib
dilakukan sebelum digunakan.
Cara efektif untuk membersihkan
kaleng kosong dengan cara
mencuci kaleng pada posisi
terbalik menggunakan air panas
yang disemprotkan.
Pallllett
Pengemasan dan Penyimpanan Hasil Pertanian Pangan dan Produknya
263
6.6.3. Persiapan produk
Tahap awal yang penting pada
proses pengalengan yaitu
pembersihan dan persiapan
produk sebelum diisikan ke dalam
kaleng. Tahap persiapan produk
meliputi trimming, pengecilan
ukuran dan pencucian. Pencucian
bertujuan untuk mencegah
terjadinya kontaminasi silang.
6.6.4. Pengisian
Pengisian kaleng harus seragam
dan jumlah/berat produk relatif
sama. Teknik pengisian yang
benar harus dihindari adanya gas
terutama oksigen. Pengisian
produk dalam kondisi panas (hot
filling) atau dengan cara
memanaskan produk setelah
pengisian sebelum dilakukan
penutupan bertujuan untuk
mendapatkan kondisi hampa
udara. Pengisian produk ke dalam
kaleng tidak dilakukan sampai
penuh namun ada jarak antara
permukaan produk dengan
permukaan kaleng. Jarak ini
dikenal dengan head space. Tinggi
head space berkisar 6–9 mm.
Beberapa alasan mendapatkan
kondisi kemasan hampa udara,
yaitu: untuk mempertahankan
karakteristik flavor dan komponen
nutrisi yang peka terhadap
oksidasi, menyediakan ruang untuk
membebaskan gas-gas yang
terbentuk selama pemanasan,
menghindari atau meminimalkan
korosi akibat adanya oksigen.
6.6.5. Penutupan (seaming)
Pengalengan didasarkan pada
prinsip pemanasan dan penutupan
kaleng setelah produk diberi
perlakuan sterilisasi komersial.
Pada proses penutupan atau
dikenal pula dengan istilah double
seaming harus dipastikan bahwa
tidak terjadi kontaminasi ulang atau
kontaminasi silang (recontamination)
oleh mikroba. Kontaminasi silang
dapat terjadi baik selama proses
pendinginan, penanganan dan
penyimpanan produk hasil
pengalengan.
6.6.6. Proses pengalengan
Istilah yang umum digunakan dalam
proses thermal untuk pengalengan
makanan adalah pemasakan
(cooking), sterilisasi (retorting) dan
proses pengalengan (processing).
Proses pemasakan, pengalengan
dan sterilisasi menerapkan proses
pemansan pada suhu dan waktu
tertentu. Kegiatan tersebut
bertujuan untuk mendapatkan
produk steril komersial dan untuk
memasak produk yang dikalengkan.
Produk steril komersial artinya
produk memperoleh perlakuan
panas pada suhu dan waktu
tertentu yang dapat membunuh
mikroba penyebab penyakit
maupun penyebab kebusukan
pada suhu penyimpanan. Suhu
pemanasan harus mencukupi
untuk memasak produk namun
perubahan nutrisi serendahrendahnya.
Dengan demikian
pemberian panas pada proses
Pengemasan dan Penyimpanan Hasil Pertanian Pangan dan Produknya
264
pengalengan diharapkan tidak
hanya dapat membunuh mikroba
penyebab penyakit dan penyebab
kebusukan namun perubahan
flavor, tekstur, warna dan nilai
nutrisi produk tidak rusak.
Penggunaan suhu dan waktu yang
digunakan dalam sterilisasi
komersial didasarkan pada
kecukupan panas yang diberikan
sehingga dapat membunuh bakteri
Clostridium botulinum yang
berpotensi menimbulkan racun
botulin yang mematikan.
Kematian mikroba oleh panas dan
kemampuannya untuk berkembang
akan dipengaruhi oleh tingkat
keasaman produk yang akan
dikalengkan. Menurut Hariyadi
(2007), secara umum produk yang
memiliki pH > 4,5 dan aw (water
activity) 0,85, dikemas secara
hermetis dan tidak disimpan dalam
pendingin maka produk tersebut
harus dilakukan sterilisasi
komersial.
6.6.7. Pendinginan
Setelah produk dilakukan proses
pengalengan maka produk
tersebut didinginkan. Pendinginan
ini dimaksudkan untuk
mendinginkan tutup kaleng setelah
pengalengan, menghindari
terjadinya pemasakan produk
lewat masak (over cooking). Pada
produk yang lewat masak akan
menghasilkan produk yang terlalu
lunak, terjadinya perubahan flavor
dan aroma yang berbeda dari yang
dikehendaki. Air untuk pendinginan
harus bebas dari kontaminan
mikroba atau bisa juga
menggunakan air yang diklorinasi.
6.6.8. Penanganan dan
penyimpanan produk
hasil pengalengan
Penanganan produk hasil
penyimpanan yang salah dapat
menyebabkan terjadinya awal
kerusakan, akibatnya mikroba bisa
menembus kaleng dan merusak
produk. Penyimpanan produk
dalam kaleng pada suhu yang
tinggi atau di bawah kondisi yang
diinginkan akan menyababkan
kaleng berkarat.
6..7.. Tekniik Penutupan
Wadah
Penutupan wadah merupakan
bagian penting dalam proses
pengemasan. Bagian penutup
sering merupakan bagian terlemah
dari sistem perlindungan terhadap
gangguan dari luar. Cara
penutupan dapat menyebabkan
tutup (sumbat) sebagai pembawa
jasad renik. Bahan yang umum
digunakan sebagai penutup: besi
(kaleng), alumunium, gabus dan
plastik
Bahan-bahan penutup ini dapat
bersifat kaku atau flexibel. Sumbat
dari kaleng atau besi dilapisi
dengan sejenis vernis untuk
menghindari kontak langsung
dengan bahan pangan. Penutup
seperti ini digunakan untuk
menahan tekanan dalam minuman
bergas, bir dan makanan yang
dipanaskan dalam wadah tertutup.
Sumbat alumunium digunakan
untuk air mineral, minuman tanpa
Pengemasan dan Penyimpanan Hasil Pertanian Pangan dan Produknya
265
gas, susu, yoghurt dan
sebagainya. Sumbat dari plastik
digunakan untuk minuman yang
tidak mengandung gas dan
makanan dalam bentuk krim atau
tepung (powder).
Berdasarkan fungsinya penutup
wadah gelas dibagi atas 3
golongan, yaitu :
Penutup yang dirancang untuk
menahan tekanan dari dalam
wadah gelas (Pressure Seal).
Tipe ini digunakan untuk
minuman-minuman
berkarbonasi. Contoh tipe ini
adalah : sumbat gabus atau
penutup polietilen atau
penutup sekrup, penutup
mahkota (penutup dari timah
yang dilapisi dengan gabus
atau polivinil klorida) atau
penutup sekrup dari
aluminium.
Penutup yang dapat menjaga
keadaan hampa udara di
dalam wadah gelas (Vacuum
Seals).Tipe ini digunakan
untuk menutup kemasan
hermetis atau bahan-bahan
pangan yang diawetkan dan
untuk mengemas bahan
berbentuk pasta.
Penutup yang dirancang
semata-mata untuk
mengamankan produk pangan
yang ada di dalam wadah
(Normal Seals). Contoh
penutup tipe ini adalah gabus
atau gabus sintetis yang
dipasang pada penutup timah,
penutup polyetilen atau
alumunium, penutup plastik
atau logam dan alumunium foil.
6..8.. Labelllliing
(Pemberiian Labell)
Label atau disebut juga etiket
adalah tulisan, gambar atau
deskripsi lain yang tertulis, dicetak,
distensil, diukir, dihias, atau
dicantumkan dengan jalan apapun,
pada wadah atau pengemas. Etiket
tersebut harus cukup besar agar
dapat menampung semua
keterangan yang diperlukan
mengenai produk dan tidak boleh
mudah lepas, luntur atau rusak
karena air, gosokan atau pengaruh
sinar matahari.
Berdasarkan Undang-Undang RI
No. 7 tahun 1996 yang dimaksud
dengan label pangan adalah setiap
keterangan mengenai pangan
yang berbentuk gambar, tulisan,
kombinasi keduanya, atau bentuk
lain yang disertakan pada pangan,
dimasukkan ke dalam, ditempelkan
pada, atau merupakan bagian
kemasan pangan. Pada Bab IV
Pasal 30-35 dari Undang-Undang
ini diatur hal-hal yang berkaitan
dengan pelabelan dan periklanan
bahan pangan.
Tujuan pelabelan pada kemasan
adalah :
memberi informasi tentang isi
produk yang diberi label tanpa
harus membuka kemasan
sebagai sarana komunikasi
antara produsen dan
konsumen tentang hal-hal dari
produk yang perlu diketahui
oleh konsumen, terutama yang
kasat mata atau yang tidak
diketahui secara fisik
Pengemasan dan Penyimpanan Hasil Pertanian Pangan dan Produknya
266
memberi petunjuk yang tepat
pada konsumen sehingga
diperoleh fungsi produk yang
optimum
sarana periklanan bagi
konsumen
memberi rasa aman bagi
konsumen
Informasi yang diberikan pada
label tidak boleh menyesatkan
konsumen. Pada label kemasan,
khususnya untuk makanan dan
minuman, sekurang-kurangnya
dicantumkan hal-hal berikut
(Undang-Undang RI No. 7 tahun
1996 tentang Pangan) :
Nama produk. Disamping
nama bahan pangannya, nama
dagang juga dapat
dicantumkan. Produk dalam
negeri ditulis dalam bahasa
Indonesia, dan dapat
ditambahkan dalam bahasa
Inggris bila perlu. Produk dari
luar negeri boleh dalam
bahasa Inggris atau bahasa
Indonesia.
Daftar bahan yang digunakan.
Ingridien penyusun produk
termasuk bahan tambahan
makanan yang digunakan
harus dicantumkan secara
lengkap. Urutannya dimulai d
ari yang terbanyak, kecuali
untuk vitamin dan mineral.
Beberapa perkecualiannya
adalah untuk komposisi yang
diketahui secara umum atau
makanan dengan luas
permukaan tidak lebih dari 100
cm2, maka ingradien tidak
perlu dicantumkan.
Berat bersih atau isi bersih.
Berat bersih dinyatakan dalam
satuan metrik. Untuk makanan
padat dinyatakan dengan
satuan berat, sedangkan
makanan cair dengan satuan
volume. Untuk makanan semi
padat atau kental dinyatakan
dalam satuan volume atau
berat. Untuk makanan padat
dalam cairan dinyatakan dalam
bobot tuntas.
Nama dan alamat produsen
atau memasukkan pangan ke
dalam wilayah Indonesia.
Label harus mencantumkan
nama dan alamat pabrik
pembuat/pengepak/importir.
Untuk makanan impor harus
dilengkapi dengan kode
negara asal. Nama jalan tidak
perlu dicantumkan apabila
sudah tercantum dalam buku
telepon.
Keterangan tentang halal.
Pencantuman tulisan halal
diatur oleh keputusan bersama
Menteri Kesehatan dan
Menteri Agama No.
427/MENKES/SKB/VIII/1985.
Makanan halal adalah
makanan yang tidak
mengandung unsur atau bahan
yang terlarang/haram dan atau
yang diolah menurut hukumhukum
agama Islam. Produsen
yang mencantumkan tulisan
halal pada label, maka
produsen tersebut
bertanggung jawab terhadap
halalnya makanan tersebut
bagi pemeluk agama Islam.
Saat ini kehalalan suatu
produk harus melalui suatu
prosedur pengujian yang
dilakukan oleh tim akreditasi
oleh LP POM MUI, badan
POM dan Departemen Agama.
Pengemasan dan Penyimpanan Hasil Pertanian Pangan dan Produknya
267
Tanggal, bulan, dan tahun
kedaluwarsa. Umur simpan
produk pangan biasa dituliskan
sebagai: Best before date (produk
masih dalam kondisi baik dan
masih dapat dikonsumsi
beberapa saat setelah tanggal
yang tercantum terlewati), use
by date (produk tidak dapat
dikonsumsi, karena berbahaya
bagi kesehatan manusia
setelah tanggal yang
tercantum terlewati.
Permenkes 180/Menkes/Per/IV/
1985 menegaskan bahwa tanggal,
bulan dan tahun kadaluarsa wajib
dicantumkan secara jelas pada
label, setelah pencantuman best
before/use by. Produk pangan
yang memiliki umur simpan 3 bulan
dinyatakan dalam tanggal, bulan,
dan tahun, sedang produk pangan
yang memiliki umur simpan lebih
dari 3 bulan dinyatakan dalam
bulan dan tahun. Beberapa jenis
produk yang tidak memerlukan
pencantuman tanggal kadaluarsa:
sayur dan buah segar, minuman
beralkohol, vinegar/cuka, gula/
sukrosa, bahan tambahan
makanan dengan umur simpan
lebih dari 18 bulan, roti dan kue
dengan umur simpan kurang atau
sama dengan 24 jam.
Selain itu keterangan-keterangan
lain yang dapat dicantumkan pada
label kemasan adalah nomor
pendaftaran, kode produksi,
petunjuk atau cara penggunaan,
petunjuk atau cara penyimpanan,
nilai gizi serta tulisan atau
pernyataan khusus. Nomor
pendaftaran untuk produk dalam
negeri diberi kode MD, sedangkan
produk luar negeri diberi kode ML.
Kode produksi meliputi : tanggal
produksi dan angka atau huruf lain
yang mencirikan batch produksi.
Produk-produk yang wajib
mencantumkan kode produksi
adalah: produk susu pasteurisasi,
strilisasi, fermentasi dan susu bubuk,
makanan bayi, makanan kaleng
yang dilakukan sterilisasi komersial,
daging dan hasil olahannya.
Petunjuk atau cara penggunaan
diperlukan untuk makanan yang
perlu penanganan khusus sebelum
digunakan, sedangkan petunjuk
penyimpanan diperlukan untuk
makanan yang memerlukan cara
penyimpanan khusus, misalnya
harus disimpan pada suhu dingin
atau suhu beku.
Nilai gizi diharuskan dicantumkan
bagi makanan dengan nilai gizi
yang difortifikasi, makanan diet
atau makanan lain yang ditetapkan
oleh Menteri Kesehatan. Informasi
gizi yang harus dicantumkan
meliputi: energi, protein, lemak,
karbohidrat, vitamin, mineral atau
komponen lain.
Tulisan atau pernyataan khusus
harus dicantumkan untuk produkproduk
berikut: susu kental manis,
harus mencantumkan tulisan :
”Perhatikan, Tidak cocok untuk
bayi”, makanan yang mengandung
bahan dari babi harus diulis :
”Mengandung Babi”, susu dan
makanan yang mengandung susu,
makanan bayi, pemanis buatan,
makanan dengan Iradiasi ditulis:
Radura dan logo iradiasi, pada
makanan halal maka tulisan Halal
ditulis dalam bahasa Indonesia
atau Arab.
Pengemasan dan Penyimpanan Hasil Pertanian Pangan dan Produknya
268
Persyaratan umum tentang
pernyataan (klaim) yang
dicantumkan pada label kemasan
adalah :
Tujuan pencantuman informasi
gizi untuk memberikan informasi
kepada konsumen tentang jumlah
zat gizi yang terkandung (bukan
petunjuk berapa harus dimakan).
Tidak boleh menyatakan seolaholah
makanan yang berlabel gizi
mempunyai kelebihan daripada
makanan yang tidak berlabel.
Tidak boleh membuat
pernyataan adanya nilai khusus,
bila nilai khusus tersebut tidak
sepenuhnya berasal dari bahan
makanan tersebut, tetapi karena
dikombinasikan dengan produk
lain. Misalnya sereal disebut
kaya protein, yang ternyata
karena dicampur dengan susu
pada saat dikonsumsi.
Pernyataan bermanfaat bagi
kesehatan harus benar-benar
didasarkan pada komposisi dan
jumlahnya yang dikonsumsi per
hari.
Gambar atau logo pada label
tidak boleh menyesatkan dalam
hal asal, isi, bentuk, komposisi,
ukuran atau warna. Misalnya:
gambar buah tidak boleh
dicantumkan bila produk pangan
tersebut hanya mengandung
perisa buah, gambar jamur utuh
tidak boleh untuk
menggambarkan potongan jamur,
gambar untuk memperlihatkan
makanan di dalam wadah harus
tepat dan sesuai dengan isinya.
Saran untuk menghidangkan
suatu produk dengan bahan lain
harus diberi keterangan dengan
jelas bila bahan lain tersebut
tidak terdapat dalam wadah.
6..9.. Peraturan-peraturan
Dalam Kemasan
Pangan
Kemasan produk pangan selain
berfungsi untuk melindungi produk,
juga memudahkan dalam
penyimpanan, informasi dan
promosi produk serta pelayanan
kepada konsumen. Mutu dan
keamanan pangan dalam kemasan
sangat tergantung dari mutu
kemasan yang digunakan, baik
kemasan primer, sekunder
maupun tersier. Oleh karena itu
diperlukan adanya peraturanperaturan
mengenai kemasan
pangan, yang bertujuan untuk
memberikan perlindungan kepada
konsumen.
Soall Latiihan:
1. Sebutkan minimal lima (5)
fungsi pengemasan pada
bahan pangan yang anda
ketahui!
2. Sebutkan jenis-jenis bahan
pengemas!
3. Sebutkan persyaratan umum
tentang pernyataan (klaim)
yang dicantumkan pada label
kemasan!
4. Sebutkan teknik-teknik
pengisian produk cair!
5. Sebutkan 3 golongan penutup
wadah gelas (berdasarkan
fungsinya)!
Limbah
269
VIIII.. LIIMBAH
7..1.. Pendahulluan
Limbah adalah buangan yang
dihasilkan dari suatu proses
produksi baik industri maupun
domestik (rumah tangga), yang
kehadirannya pada suatu saat dan
tempat tertentu tidak dikehendaki
lingkungan karena tidak memiliki
nilai ekonomis. Bila ditinjau secara
kimiawi, limbah ini terdiri atas
bahan kimia organik dan
anorganik. Dengan konsentrasi
dan kuantitas tertentu, kehadiran
limbah dapat berdampak negatif
terhadap lingkungan terutama bagi
kesehatan manusia, sehingga
perlu dilakukan penanganan
terhadap limbah. Tingkat bahaya
kera-cunan yang ditimbulkan oleh
limbah tergantung pada jenis dan
karakteristik limbah.
Karakteristik limbah meliputi:
1. Berukuran mikro
2. Dinamis
3. Berdampak luas (penyebarannya)
4. Berdampak jangka panjang
(antar generasi)
Limbah dapat digolongkan berdasarkan
sumber yang menghasilkannya
yaitu: pertanian,
industri dan rumah tangga. Contoh
limbah dari pertanian dan residu
tanaman antara lain seperti jerami
dan sekam padi, gulma, batang
dan tongkol jagung, semua bagian
vegetatif tanaman, batang pisang
dan sabut kelapa, dan sebagainya.
Limbah dan residu dari ternak
antara lain seperti kotoran padat,
limbah ternak cair, limbah pakan
ternak, cairan biogas. Beberapa
tanaman air dapat menghasilkan
limbah seperti azola, ganggang
biru, enceng gondok dan gulma air.
Limbah dari industri seperti serbuk
gergaji kayu, blotong, kertas,
ampas tebu, limbah kelapa sawit,
limbah pengalengan makanan dan
pemotongan hewan, limbah cair
alkohol, limbah pengolahan kertas,
ajinomoto, limbah pengolahan
minyak kelapa sawit. Sedangkan
limbah dari rumah tangga antara
lain seperti tinja, urin, sampah
rumah tangga dan sampah kota.
Berdasarkan karakteristiknya,
limbah industri dapat digolongkan
menjadi empat (4) bagian yaitu:
1. Limbah cair
2. Limbah padat
3. Limbah gas dan partikel
4. Limbah B3 (Bahan Berbahaya
dan Beracun)
Faktor yang mempengaruhi kualitas
limbah antara lain:
1. Volume limbah
2. Kandungan bahan pencemar,
dan
3. Frekuensi pembuangan limbah
Limbah
270
Gambar 7.1 Limbah Domestik Mendominasi
Sampah Kota
Sumber: Isro’i, tanpa tahun
Pengolahan limbah berarti lebih
mengutamakan cara untuk menghilangkan
dan atau mengurangi
dampak yang terjadi pada limbah
yang apabila tidak dilakukan maka
akan berdampak negatif pada
lingkungan (hanya bagian akhir
dari suatu proses kegiatan sebagai
upaya kuratif). Sedangkan
pengelolaan limbah merupakan
seluruh rangkaian proses yang
dilakukan untuk mengkaji aspek
kemanfaatan benda/barang dari
sisa suatu kegiatan sampai betulbetul
pada akhirnya harus menjadi
limbah, karena tidak mungkin
dimanfaat-kan kembali (upaya dari
awal sampai akhir dengan menggunakan
pendekatan preventif).
Skema prosedur umum pengelolaan
limbah dapat dilihat pada
Gambar 7.2 berikut.
Gambar 7.2. Skema Umum Pengelolaan Limbah (Direktorat Jenderal Industri Kecil
Menengah Departemen Perindustrian, 2007)
Dapat
dicegah?
Tergolong
B3?
Dapat
direduksi?
Dapat
dimanfaatkan?
Manajemen limbah
secara khusus
Usaha pencegahan
Usaha pemanfaatan
(reuse, recycling)
Usaha mereduksi limbah
Pengolahan/pembuangan
limbah secara konvensional
Ya
Tidak
Ya
Ya
Tidak
Tidak
Tidak
Ya
Limbah
Limbah
271
7..2.. Pengellollaan
Liimbah Hasiill
Pertaniian Pangan
Kegiatan pertanian dapat menghasilkan
produk dan limbah baik
dalam bentuk padat maupun dalam
bentuk cair. Pengertian limbah
pertanian adalah hasil sampingan
dari aktivitas pertanian yang
biasanya kurang bernilai ekonomis
bahkan tidak laku dijual, contohnya
jerami sebagai limbah dari
tanaman padi. Limbah ini berupa
limbah organik. Meskipun termasuk
limbah yang dapat diuraikan
/dibusukkan secara alami namun
bila tidak dikelola terlebih dulu tapi
langsung dibuang ke lingkungan
akan mengakibatkan terjadinya
pencemaran.
Gambar 7.3 Diagram Alir Penanganan Limbah (Anonim, 2005)
BAHAN MENTAH
LIMBAH
PRODUK
BAHAN ANORGANIK
BAHAN ORGANIK
- Masa sel dan padatan
tersuspensi
- Air: air cucian,
pendingin, air limbah
DIBUANG
DITAMPUNG
POLUSI LINGKUNGAN
DIPERLUKAN
MEDIA UTK
PROSES LAIN
PAKAN TERNAK EFFLUEN
BERSIH
Limbah
272
Limbah tanaman pangan dan
perkebunan memiliki peran yang
cukup penting dan berpotensi
dalam penyediaan pakan hijauan
bagi ternak ruminansia seperti
sapi, kambing, domba dan kerbau
terutama pada musim kemarau.
Pada musim kemarau hijauan
rumput terganggu pertumbuhannya,
sehingga pakan hijauan yang
tersedia kurang baik dari segi
kuantitas maupun kualitas. Bahkan
di daerah-daerah tertentu rumput
pakan ternak akan kering dan mati
sehingga menimbulkan krisis
pakan hijauan.
Gambar 7.4. Limbah dari Pabrik Kelapa
Sawit (Isro’i, tanpa tahun)
Pemanfaatan Limbah Hasil
Pertanian Sebagai Pakan
Ternak
Proses pengolahan limbah menjadi
pakan ternak dapat dilakukan
secara kering (tanpa fermentasi)
yaitu dengan mengeringkannya,
baik menggunakan alat pengering
maupun dengan sinar matahari.
Limbah dari hasil panen dicincang,
selanjutnya dijemur pada sinar
matahari sampai kering yang
ditandai dengan cara mudah
dipatahkan atau mudah hancur
kalau diremas. Setelah kering limbah
ditumbuk dengan menggunakan
lesung atau alat penumbuk lainnya,
kemudian dilakukan pengayakan.
Gambar 7.5. Proses Pengolahan Limbah
dari Kulit Buah Kakao Secara
Kering (Tanpa Fermentasi)
Sumber : Wawo (tanpa tahun)
Cara lain proses pengolahan
limbah menjadi pakan ternak
dilakukan secara fermentasi yang
melibatkan peran mikroba sebagai
perombaknya. Dengan fermentasi,
nilai gizi limbah (seperti jerami,
sabut kelapa, kulit buah kakao dan
lain-lain) dapat ditingkatkan,
sehingga layak untuk pakan
penguat kambing maupun sapi,
Limbah
273
bahkan untuk ransum babi dan
ayam. Beberapa mikroba yang
biasa digunakan adalah jenis
kapang seperti Trichoderma viride,
Trichoderma harzianum dan
Aspergillus niger. Manfaat
fermentasi dengan teknologi ini
antara lain yaitu:
1. Meningkatkan kandungan protein
2. Menurunkan kandungan serat
kasar
3. Menurunkan kandungan tanin
(zat penghambat pencernaan)
Gambar 7.6. Proses Pengolahan Limbah
Secara Fermentasi
Sumber : Wawo (tanpa tahun)
Penggunaan pakan ternak olahan
dari limbah harus memperhatikan
beberapa hal antara lain:
1. Pakan ternak olahan dapat
langsung diberikan kepada
ternak atau menyimpannya
dalam wadah yang bersih dan
kering.
2. Pada awal pemberian, ternak
tidak mau memakannya
sehingga memberikan pakan
ternak olahan pada saat ternak
kelaparan dengan menambahkan
garam atau gula untuk
merangsang nafsu makannya.
3. Pakan ternak olahan juga bisa
digunakan sebagai penguat
pada ternak ruminansia (sapi,
kambing, kerbau atau babi)
untuk mempercepat pertumbuh
an dan juga produksi susu.
4. Pakan ternak olahan dapat
digunakan sebagai pengganti
dedak, contohnya pakan ternak
dari limbah kulit kakao dapat
diberikan sebagai pengganti
dedak untuk ternak ruminansia
sebanyak 0,7–1,0% berat
badan, untuk ternak unggas
(ayam petelur) sebanyak 36%
dari total ransum.
Pemanfaatan Kotoran
Ternak Sebagai Kompos
Kotoran ternak dapat dimanfaatkan
sebagai bahan baku pembuatan
kompos yang dapat digunakan
sebagai pupuk tanaman. Ada
beberapa manfaat pengggunaan
kompos sebagai pupuk tanaman
antara lain adalah:
1. Hemat biaya dan tenaga
2. Pupuk organik yang dihasilkan
berkualitas tinggi
3. C/N ratio kurang 20 Bebas dari
biji-biji gulma (tanaman liar) dan
mikroba
4. Bebas dari patogenik atau yang
merugikan jamur-jamur akar
serta parasit lainnya
5. Bebas phytotoxin
Limbah
274
6. Tidak Berbau dan mudah meng
gunakannya
7. Tidak membakar tanaman
8. Dapat mengurangi penggunaan
pupuk anorganik
9. Aman untuk semua jenis
tanaman dan lingkungan
10. pH normal berkisar 6,5 sampai
7,5 mampu memperbaiki pH
tanah.
11. Mampu meningkatkan biodiversitas
dan kesehatan tanah
12. Memperbaiki tekstur tanah,
sehingga tanah mudah diolah
13. Meningkatkan daya tahan
tanah terhadap erosi
14. Mampu meningkatkan produktivitas
lahan antara 10-30%,
karena biji tanaman lebih bernas
dan tidak cepat busuk.
15. Tanaman akan dijauhi hama
penyakit dan jamur
16. Meningkatkan Kapasitas Tukar
Kation (KTK).
17. Meningkatkan kapasitas
cengkeram air (water holding
capacity).
Bahan-bahan yang digunakan
untuk pembuatan kompos menurut
Roja (tanpa tahun) antara lain:
kotoran ternak satu ton (+ 30 karung),
urea 2 kg, SP36 3 kg, kapur 5 kg,
starter Trichoderma 3 kg, dan
plastik hitam 5 m. Tahap-tahap
pembuatannya sebagai berikut:
1. Menyiapkan kotoran ternak
(sapi atau kerbau) yang akan
dijadikan kompos dengan
syarat kering (tidak basah oleh
urine sapi atau air hujan).
Kotoran ternak yang terlalu
basah akan mempengaruhi
perkembangan kapang T.
harzianum sehingga proses
perombakan lebih lambat.
2. Menambahkan bahan aktifator
(Urea, SP36, kapur, pupuk
kandang, starter T. harzianum)
dan mengaduknya hingga
merata. Selanjutnya dibagi
menjadi 4 bagian.
3. Kotoran ternak ditumpuk
setinggi 1x1x1 m lalu dibagi
atas 4 bagian, masing-masing
setinggi + 25 cm.
4. Di atas tumpukan kotoran
ternak, ditabur bahan aktifator
(Trichoderma) secara merata
5. Menggabungkan tumpukan
kotoran ternak menjadi 1
tumpukan sehingga volume
tumpukan sekitar 1x1x1 m.
7. Menutup tumpukan dengan
plastik hitam anti air agar
terlindung dari hujan dan panas
matahari.
8. Melakukan pembalikan tumpukan
kotoran ternak setiap 1 minggu
dengan menggunakan cangkul.
Perlu dijaga, kelem-baban
tumpukan harus stabil
(kelembaban 60-80%) selama
proses pengomposan.
Pemanenan kompos pupuk kandang
dilakukan setelah 21 hari
dengan cara membongkar lalu
mengayaknya sehingga dihasilkan
kompos yang sempurna.
Limbah
275
Gambar 7.7 Proses Pengomposan
Sederhana oleh BPTP
Sumantra Barat
Sumber: Roja, tanpa tahun
Pembuatan Kompos dari
Kotoran Sapi
Pengolahan kotoran sapi menjadi
kompos bisa dilakukan oleh
peternak secara individu karena
caranya sederhana, mudah diikuti
dan bahannya tersedia di sekitar
peternak sendiri. Langkah awal
yang dilakukan dalam pengolahan
kotoran sapi menjadi kompos
adalah, menyiapkan dan
mengumpulkan bahan yang
diperlukan yaitu :
1. Kotoran sapi minimal 40%, dan
akan lebih baik jika bercampur
dengan urin.
2. Kotoran ayam maksimum 25%
(jika ada).
3. Serbuk dari kayu sabut kelapa
5% atau limbah organik lainnya
seperti jerami dan sampah
rumah tangga
4. Abu dapur 10%
5. Kapur pertanian
6. Stardec 0,25%.
Mengingat Stardec merupakan
stimulan untuk pertumbuhan
mikroba (Stardec dapat pula
merupakan agregat bakteri atau
cendawan dorman) maka bila
Stardec tidak tersedia dapat diganti
dengan kompos yang sudah jadi,
karena di dalam kompos juga
tersedia agregat bakteri atau
cendawan pengurai bahan organik
yang sedang dorman.
Setelah semua bahan terkumpul,
selanjutnya dilakukan proses
pengomposan sebagai berikut:
1. Sehari sebelum pengomposan
dimulai (H-1), campurkan bahan
utama (kotoran sapi, kotoran
ayam jika ada, sabut kelapa/
serbuk gergaji, abu dapur dan
kapur pertanian) secara merata,
atau ditumpuk mengikuti lapisan:
a. Kotoran ayam ditempatkan
paling bawah (jika ada) dan
dibagian atasnya ditempatkan
kotoran sapi. Tinggi kotoran
ayam dan sapi maksimum
30 cm (Gambar 8).
b. Lapisan berikutnya dari kapur
pertanian (Gambar 9),
yaitu untuk menaik kan PH
karena mikroba akan
tumbuh baik pada PH yang
tinggi (tidak asam).
c. Dapat ditambahkan serbuk
dari sabut kelapa, karena
C/N-nya lebih rendah
(sekitar 60) dan mengandung
KCl, sedangkan kalau
menggunakan serbuk gergaji
(Gambar 10) kadar C/N-nya
sangat tinggi (sekitar 400)
d. Selanjutnya menaburkan abu
pada bagian paling atas.
(Gambar 11)
Limbah
276
2. Tumpukan seperti pada point 1,
harus diulangi sampai
ketinggian sekitar 1,5 meter.
3. Pada hari pertama (H0),
tumpukan bahan disisir, lalu
ditaburi dengan Stardec
(Gambar 12) sebanyak 0,25%
atau 2,5 kg untuk campuran
sebanyak 1 ton.
4. Tumpukan bahan minimal
dengan ketinggian 80 cm.
5. Selanjutnya tumpukan
dibiarkan selama satu minggu
(H+7) tanpa ditutup, namun
harus terjaga agar terhindar
dari panas dan hujan. Pada hari
ketujuh campuran bahan harus
dibalik, agar memperoleh suplai
oksigen selama proses
pengomposan. Pembalikan ini
dilakukan kembali pada hari ke
14, 21 dan 28.
6. Pada hari ke-7 suhu bahan
mulai meningkat sampai
dengan hari ke-21. Peningkatan
bisa mencapai 60-700C, dan
akan turun kembali pada hari
ke 28 atau tergantung bahan
yang digunakan. Jika lebih
banyak menggunakan bahan
dari kotoran ayam, suhu bahan
men-jadi lebih tinggi dalam
waktu lebih lama (bisa
mencapai lebih dari 700C dalam
waktu lebih dari 28 hari). Jika
hanya memakai bahan dari
kotoran ternak sapi, proses
meningkatnya suhu akan terjadi
selama 21 hari dan akan
menurun pada hari ke 28,
dengan tingkat suhu 35-400C.
Terjadinya peningkatan dan
penurunan suhu menandakan
proses pengomposan berjalan
sempurna, yang ditandai dengan
adanya perubahan warna bahan
menjadi hitam kecoklatan. Suhu
yang tinggi selama proses
komposing juga berfungsi untuk
membunuh biji-biji gulma dan
bakteri patogenik. Selain itu,
apabila dilakukan uji laboratorium,
pupuk organik yang dihasilkan
akan memiliki komposisi sebagai
berikut :
a. Kelembaban 65%
b. C/N ratio maksimum 20
c. Total Nitrogen (N)> 1,81%
d. P205 > 1,89%
e. K2O> 1,96%
f. CaO >2,96%
g. MgO > 0,70%
h. Kapasitas Tukar Kation > 75
me/100 g
j. pH 6,5 – 7,5
Dengan komposisi tersebut, pupuk
yang dihasilkan adalah pupuk
organik berkualitas tinggi, sehingga
sangat baik untuk digunakan bagi
semua tanaman, tambak dan
kolam ikan. Agar dalam proses
pengolahan kotoran sapi menjadi
kompos lebih efektif dan efisien,
sebaiknya pengolahannya
dilakukan pada tempat pengolahan
kompos yang merupakan sebuah
bangunan yang berukuran 2 m x 6
m seperti yang telah dilakukan oleh
Milik Kelompok Tani Amanah NTB
(Gambar 7.13).
Limbah
277
Gambar 7.8 Pencampuran Kotoran Ayam dengan Kotoran Sapi
Sumber: SPFS PMU Indonesia Photo collections-Deptan
Gambar 7.9. Penambahan Kapur Pertanian untuk Menaikkan Ph
Sumber: SPFS PMU Indonesia Photo collections-Deptan
Limbah
278
Gambar 7.10.Pencampuran Serbuk Gergaji dan atau Serbuk Kelapa
Sumber: SPFS PMU Indonesia Photo Collections-Deptan
Gambar 7.11 Pemberian Abu pada Lapisan Paling Atas
Sumber: SPFS PMU Indonesia Photo collections-Deptan
Limbah
279
Gambar 7.12 Penyisiran Tumpukan pada Hari Ke-0 dengan Stardec dan
Memfermentasi dengan Membiarkannya Selama 7 Hari
Sumber: SPFS PMU Indonesia Photo collections-Deptan
Gambar 7.13 Tempat Pengolahan Kompas Berukuran 2 m x 6 m
Milik Kelompok Tani Amanah
Sumber: SPFS PMU Indonesia Photo collections-Deptan
Limbah
280
7.3. Liimbah IIndusttrii
Perttaniian
Pengetahuan tentang sifat-sifat
limbah sangat penting dalam
pengembangan suatu sistem
pengelolaan limbah yang layak.
Limbah yang diproduksi oleh industri
pertanian bervariasi dalam kuantitas
dan kualitasnya. Limbah dari
industri pangan merupakan limbah
yang berbeban rendah dengan
volume cairan tinggi, sedangkan
yang berasal dari peternakan
cenderung berbeban tinggi dengan
volume cairan rendah.
Pengetahuan mengenai sifat-sifat
limbah dapat membantu dalam
penetapan metode penanganan
dan atau pembuangan limbah
secara efektif. Seperti pada
penanganan biologik cocok
dilakukan pada limbah cair yang
mengandung bahan padatan
organik. Limbah padat dengan
kadar organik tinggi cocok
dilakukan pembakaran atau
pengomposan. Akan tetapi cara
pembakaran dapat mencemari
lingkungan terutama pencemaran
udara.
Pengelolaan limbah industri
pangan (cair, padat dan gas)
diperlukan untuk meningkatkan
pencapaian tujuan pengelolaan
limbah (pemenuhan peraturan
pemerintah), serta untuk
meningkatkan efisiensi pemakain
sumber daya. Secara umum,
pengelolaan limbah merupakan
rangkaian ke giatan yang mencakup
reduksi (reduction), pengumpulan
(collection), penyimpangan (storage),
pengang-kutan (transportation),
pemanfaatan (reuse, recycling),
pengolahan (treatment), dan/atau
penimbunan (disposal).
Beberapa contoh alternatif lain
penanganan limbah industri
pertanian dapat dilihat pada Tabel
7.1.
Tabel 7.1. Metode Penanganan dan Pembuangan Limbah dengan
Karakteristik yang Berbeda
Cairan Metode Penanganan dan Pembuangan
Cairan
Limbah organijk terlarut
Bahan anorganik terlarut
Limbah organik
tersuspensi
Bahan anorganik
tersuspensi
Padatan
Limbah organik
Limbah anorganik
Penanganan biologik, penimbunan lahan
Penimbunan lahan, perlakuan fisik dan kimia
Sedimentasi penanganan biologik, presipitasi
kimia, penimbunan lahan
Sedimentasi, penimbunan lahan, perlakuan kimia
Insinerasi, pupuk, penimbunan lahan, dehidrasi,
kondisi tanah, pakan ternak
Penimbuanan tanah
Sumber: Loehr (1977) dalam Jenie dan Winiati, 1993
Limbah
281
Setiap industri pangan mempunyai
limbah yang berbeda dalam
kuantitas dan kualitas. Industri
pengolahan pangan meliputi
pengolahan beraneka ragam
makanan seperti buah-buahan dan
sayuran, beberapa hasil tanaman
perkebunan, daging, susu dan
hasil laut.
Limbah pengolahan makanan
dihasilkan dari pencucian,
pemotongan, blanching,
pasteurisasi, pembuatan jus,
pembersihan peralatan pengolahan,
dan pendinginan produk akhir.
Komponen limbah cair dari industri
pangan sebagian besar adalah
bahan organik. Pengolahan buah
dan sayuran dapat menyebabkan
fluktuasi aliran dan muatan limbah
karena karakteristik yang
bervariasi dan relatif bersifat
musiman dibandingkan dengan
pengolahan daging, unggas dan
susu yang tidak mengenal musim.
Limbah pengolahan buah dan
sayuran sering kali mempunyai pH
tinggi, karena penggunaan
senyawa kaustik seperti larutan
alkali dalam pengupasan. Larutan
kaustik dapat menghasilkan pH
sekitar 12-13 yang jika tidak
dikelola (langsung dibuang) dapat
mencemari lingkungan. Beberapa
proses pengolahan buah dan
sayuran juga dapat menghasilkan
pH rendah (asam) dan
mengandung klorida serta bahan
organik cukup tinggi seperti limbah
dari pikel dan sauerkraut.
Limbah dari pengolahan daging
dan unggas dapat berasal dari
penyembelihan, penghilangan
bulu, penanganan isi perut,
rendering, pemotongan bagianbagian
yang tidak diinginkan,
pengolahan dan pekerjaan
pembersihan. Limbah mengandung
darah, lemak, padatan
anorganik dan organik, garamgaram
serta bahan kimia yang
ditambahkan selama proses
pengolahan.
Limbah dari pengolahan susu
dihasilkan selama pengolahan dan
pemindahan susu dari petani
sampai ke penerima (industri
maupun konsumen susu segar).
Limbah dapat terdiri dari susu
penuh dan olah, whey dari
produksi keju, maupun air pencuci
dan pasteurisasi.
Untuk mengatasi limbah diperlukan
pengolahan dan pena-nganan
limbah. Pada dasarnya
pengolahan limbah dapat
dibedakan menjadi:
1. golahan menurut tingkatan
perlakuan
2. ngolahan menurut karakteristik
limbah
7.4. Pencemaran Aiir
dan IIndiikasiinya
Pencemaran air adalah suatu
perubahan keadaan di suatu
tempat penampungan air seperti
danau, sungai, lautan dan air tanah
akibat aktivitas manusia yang
mengganggu kebersihan dan atau
keamanan lingkungan. Walaupun
fenomena alam seperti gunung
berapi, badai, gempa bumi dll juga
mengakibatkan perubahan yang
Limbah
282
besar terhadap kualitas air, hal ini
tidak dianggap sebagai
pencemaran.
Pencemaran air dapat disebabkan
oleh berbagai hal dan memiliki
karakteristik yang berbeda-beda.
Meningkatnya kandungan nutrien
dapat mengarah pada eutrofikasi.
Sampah organik seperti air
comberan (sewage) menyebabkan
peningkatan kebutuhan oksigen
pada air yang menerimanya yang
mengarah pada berkurangnya
oksigen yang dapat berdampak
parah terhadap seluruh ekosistem.
Industri membuang berbagai
macam polutan ke dalam air
limbahnya seperti logam berat,
toksin organik, minyak, nutrien dan
padatan. Air limbah tersebut
memiliki efek termal, terutama
yang dikeluarkan oleh pembangkit
listrik, yang dapat juga mengurangi
oksigen dalam air.
Indikasi pencemaran air dapat
diketahui baik secara visual maupun
pengujian antara lain, seperti:
1. Prubahan pH (tingkat
keasaman/konsentrasi ion
hidrogen) Air normal yang
memenuhi syarat untuk suatu
kehidupan memiliki pH netral
dengan kisaran nilai 6,5-7,5. Air
limbah industri yang belum
terolah dan memiliki pH diluar
nilai pH netral, akan mengubah
pH air sungai dan dapat
mengganggu kehidupan
organisme didalamnya. Hal ini
akan semakin parah jika daya
dukung lingkungan rendah
serta debit air sungai rendah.
Limbah dengan pH
asam/rendah bersifat korosif
terhadap logam.
2. Perubahan warna, bau dan
rasa Air normak dan air bersih
tidak akan berwarna, sehingga
tampak bening/jernih. Bila
kondisi air warnanya berubah
maka hal tersebut merupakan
salah satu indikasi bahwa air
telah tercemar. Timbulnya bau
pada air lingkungan merupakan
indikasi kuat bahwa air telah
tercemar. Air yang bau dapat
berasal dari limba industri atau
dari hasil degradasi oleh
mikroba. Mikroba yang hidup
dalam air akan mengubah
organik menjadi bahan yang
mudah menguap dan berbau
sehingga mengubah rasa.
3. Timbulnya endapan, koloid dan
bahan terlarut Endapan, koloid
dan bahan terlarut berasal dari
adanya limbah industri yang
berbentuk padat. Limbah
industri yang berbentuk padat,
bila tidak larut sempurna akan
mengendapdidsar sungai, dan
yang larut sebagian akan
menjadi koloid dan akan
menghalangi bahan-bahan
organik yang sulit diukur
melalui uji BOD karena sulit
didegradasi melalui reaksi
biokimia, namun dapat diukur
menjadi uji COD. Adapun
komponen pencemaran air
pada umumnya terdiri dari :
Bahan buangan padat
Bahan buangan organik
Bahan buangan anorganik
Limbah
283
7..5.. Penanganan
Liimbah Caiir
Limbah cair biasanya dihasilkan
oleh industri. Secara umum
penanganan limbah cair dapat
dilakukan dengan metode
perlakuan secara fisik, perlakuan
secara kimia, perlakuan secara
biologi. Penangan limbah metode
fisika yaitu dengan menyisihkan
limbah padat secara fisik dari
bagian cairan. Metode kimia
dilakukan dengan mengendapkan
atau memflokulasi partikel
menggunakan senyawa kimia
sebagai koagulan seperti ferrous
atau ferisulfat, almunium sulfat,
kalsium hidroksida.
Penanganan limbah secara biologi
dilakukan dengan menggunakan
agensia hayati (mikroba) melalui
proses fermentasi baik fermentasi
aerob (membutuhkan oksigen)
maupun anaerob (tanpa
membutuhkan oksigen) yang dikenal
sebagai lumpur aktif atau activity
sludge. Parameter kimiawi fisik
yang digunakan sebagai indikator
& kualitas air antara lain meliputi:
kekeruhan, bahan padat terlarut,
BOD, COD, suhu, pH, warna aroma,
detergen senyawa radioaktif dan
lain sebagainya. Parameter
mikrobiologis meliputi kandungan
mikroba patogen seperti Eschericia
coli, Salmonella, Streptocoucus
dan lain sebagainya.
Jumlah dan karakteristik air limbah
industri bervariasi menurut jenis
industrinya. Sebagai contoh industri
tapioka konvensional dapat
menghasilkan limbah cair
sebanyak 14 - 18 m3 per ton ubi
kayu. Pada industri tapioka modern
dapat meminimalkan jumlah limbah
menjadi 8 M3 per ton ubi kayu
(Winarrio, 1980 dalam Direktorat
Jenderal Industri Kecil Menengah
Departemen Perindustrian, 2007).
Limbah cair industri tapioka
mengandung padatan tersuspensi
1.000 - 10.000 mg/L dan bahan
organik 1.500 - 5.300 mg/L
(Koesoebiono, 1984). Contoh lain
adalah industri tahu dan tempe.
Industri tahu dan tempe
mengandung banyak bahan
organik dan padatan terlarut. Untuk
memproduksi 1 ton tahu atau
tempe dihasilkan limbah sebanyak
3.000 - 5.000 Liter (Tabel 7.2).
Tabel 7.2 Parameter Limbah dari
Industri Kerupuk Kulit
dan Tahu-Tempe
Parameter Industri Tahu-
Kerupuk Tempe
Kullit
BOD (mg/L) 2.850 950
COD (mg/L) 8430 1.534
TSS (mg/L) 6.291 309
pH (-) 13 5
Volume (m3/ton) 2,5 3 – 5
Sumber: Wenas, Sunaryo, dan Sutyasmi
(2002)
Selama fermentasi maka suatu
bahan mentah diubah menjadi
berbagai macam produk
tergantung pada proses yang
digunakan. Faktor-faktor yang
perlu diamati selama survey
buangan pabrik antara lain:
Limbah
284
1. Kecepatan alir limbah setiap
hari
2. Kekeruhan, warna
3. Padatan tersuspensi
4. Oksigen terlarut, BOD dan
COD
5. pH dan suhu
6. Kandungan toksik logam, CL-,
sulfida, sianida, fenol dan
deterjen
7. Bau dan rasa
8. Radioaktivitas
Kadar oksigen terlarut perlu
diketahui karena sangat beberapa
alasan yaitu:
1. Sangat esensial untuk
pertumbuhan beberapa jasad
renik
2. konsentrasi oksigen terlarut: 4
mg/dm-3 atau 90 % konsentrasi
jenuh pada suhu dan salinitasn
ambien.
3. dipengaruhi oleh partikelpartikel
bahan organik terlarut
4. metoda pengukuran yang
sering digunakan untuk oksigen
terlarut.
Keperluan oksigen biokimia (BOD):
ukuran kuantitas oksigen yang
diperlukan untuk oksidasi bahan
organik di dalam air, oleh mikrobia
yang terkandung di dalamnya pada
inteval waktu dan suhu tertentu.
Kadar oksigen effluen ditentukan
dengan memasukkan limbah atau
larutan limbah ke dalam botol
berwarna gelap, sebelum dan
setelah diinkubasi pada suhu 200 C
selama 5 hari.
Penurunan oksigen dapat dihitung
dengan satuan O2 yang dikonsumsi
per dm3 sampel. Pengukuran ini
digunakan hanya untuk menentukan
bahan yang dapat didegradasi.
Pada umumnya BOD diukur
setelah 5 hari inkubasi.
Keperluan oksigen kimia (COD)
dapat diketahui dengan pengujian
sampel yang dilarutkan ke dalam
sejumlah larutan asam potasium
dikromat yang mendidih selama
2,5 sampai 4 jam. Selanjutnya sisa
dikromat dititrasi dengan ferro
sulfat atau fero-ammonium sulfat.
Bahan organik yang teroksidasi
akan sebanding dengan potasium
dikromat yang digunakan.
Metode ini digunakan untuk
mengukur semua kandungan
bahan organik yang mudah dan
sukar terdegradasi, baik yang
rekalsiran maupun yang bersifat
toksik. Perbandingan BOD : COD
yang ideal untuk buangan antara
0,2-0,5 : 1. Pada beberapa
buangan industri yang
komposisinya bervariasi
mempunyai rasio BOD : COD
bervariasi pula.
Strategi untuk Pengolahan
Limbah Industri
Pengolahan limbah industri
memerlukan strategi tertentu yang
dilakukan dengan mengadakan
survey ke pabrik-pabrik khususnya
untuk pelaksanaan program
penanganan limbah yang
ekonomis. Selanjutnya
mengindentifikasi sumber-sumber
air yang tidak terkontaminasi dan
yang terkontaminasi yang
kemungkinan digunakan kembali.
Untuk limbah yang pekat harus
dipisah dalam pengolahannya
karena dimungkinkan
Limbah
285
menghasilkan bahan yang lebih
berguna. Penanganan limbah
pekat ini dapat lebih ekonomis bila
dibandingkan dengan effluent yang
lebih encer, karena pada effluent
yang lebih encer memerlukan
pompa dan penampung untuk
mengendapkan bahan yang
terkandung di dalamnya.
Pengujian di laboratorium diperlukan
untuk mendapat teknik seperti
teknik menurunkan kadar garam,
teknik mengkoagulasi partikel
tesuspensi dan koloid dan memecah
emulsi.
Strategi untuk menanggulangi atau
menangani limbah dikenal dengan
istilah 3R yaitu Reduced, Re-used
dan Re-cycled.
1. Reduced: mengurangi seminim
mungkin tebentuknya limbah
dengan memperbaiki proses
pengolahan.
2. Re-used: memanfaatkan
limbah untuk bahan bakar
selama prosesing. Pada
umumnya dikaitkan dengan
sumber air untuk
pemanfaatannya.
3. Re-cycling: mengolah kembali
sebagai bahan dasar
pemrosesan. Khususnya untuk
limbah-limbah industri yang
masih mengandung sejumlah
bahan yang dapat
dimanfaatkan sebagai
makanan, pakan ternak,
pembenah tanah dan bahan
bakar.
Daya buangan industri harus
mempunyai nilai BOD antara
40.000 sampai 70.000 mg/l-1 untuk
limbah yang mengandung
miselium jamur dan 10.000 –
25.000 mg/l-1 untuk nilai BOD
buangan industri alkohol :
Penanganan dan pembuangan
limbah cair dapat dilakukan
dengan cara:
1. membuang effluen tidak
berbahaya ke sungai atau laut
tanpa perlakuan terlebih dahulu
2. membuang effluen tidak
berbahaya ke tanah, lagoon,
dimasukkan ke sumur.
3. sebagian effluen yang tidak
berbahaya dibuang langsung
tanpa perlakuan dan sebagian
diperlakukan terlebih dahulu
sebelum dibuang
4. pengiriman semua effluen
dikirim ke penampungan limbah
untuk diberi diperlakukan
(treatment) pengolahan, atau
5. semua effluen ditangani
terlebih dahulu di industri itu
sendiri.
Pengelolaan Limbah Cair
dengan Sistem Kolam
(Kolam Oksidasi)
Prinsip sistem kolam atau sering
disebut juga sebagai kolam
oksidasi merupakan salah satu
sistem pengolahan limbah cair
tertua, dan merupakan
perkembangan dari cara
pembuangan limbah cair secara
langsung ke badan air. Pada
sistem kolam. konsentrasi
mikroorganisme relatif kecil, suplai
oksigen dan pengadukan
berlangsung secara alami,
sehingga proses perombakan
bahan organik berlangsung relatif
lama dan pada area yang luas.
Limbah
286
Berbagai jenis mikroorganisme
berperan dalam proses perombakan,
tidak terbatas mikroorganisme
aerobik, tetapi juga mikroorganisme
anaerbik. Organisme heterotrof
aerobik dan aerobik berperan dalam
proses konversi bahan organik;
organisme autotrof (fitoplankton, alga,
tanaman air) mengambil bahanbahan
anorganik (nitrat dan fosfat)
melalui proses fotosintetsis
(Gambar 7.14). Karena lamanya
waktu tinggal limbah cair, maka
organisme dengan waktu generasi
tinggi (zooplankton, larva insekta,
kutu air, ikan kecil) juga dapat
tumbuh dan berkembang dalam
sistem kolam. Organisme tersebut
hidup aktif di dalam air atau pada
dasar kolam. Komposisi organisme
sangat tergantung pada temperatur,
suplai oksigen, sinar matahari,
jenis dan konsentrasi substrat.
Sistem kolam dapat diterapkan
untuk pengolahan limbah industri
pangan dengan konsentrasi bahan
organik rendah, terutama di daerah
yang cukup tersedia lahan. Sistem
kolam berfungsi untuk pengolahan
limbah cair, sekaligus pengolahan
sludge. Alga yang tumbuh dapat
dipanen dan digunakan sebagai
hail samping yang bermanfaat.
Gambar 7.14 Mekanisme Perobakan Bahan Organik dalam Sistem Kolam
(Loehr, 1974)
Faktor pembatas sistem kolam
adalah suplai oksigen. Sistem
kolam umumnya dirancang untuk
tingkat pembebanan rendah.
sehingga laju pasokan oksigen dari
atmosfir mencukupi kebutuhan
oksigen bakteri, dan paling tidak
bagian permukaan atas kolam
selalu pada kondisi aerobik. Suplai
oksigen merupakan faktor
pembatas, pembebanan sistem
serine didasarkan pada luas
permukaan kolam dan dinyatakan
dalam P- BOD,,/m-,hari, dan tidak
didasarkan pada volume kolam
atau jumlah blomassa.
Sistem kolam umumnya dirancang
dewan kedalaman maksimum 1,0 -
1,5 m, sehingga pencahayaan dan
pengadukan oleh angin CALIP.
Waktu tinggal hidrolik dalam kolam
sekitar 20 hari. Kolam sebaiknya
dibagi menjadi tiga bagian,
sehingga dalam masing-masing
bagian organisme dapat tumbuh
secara optimum dan proses
perombakan berlangsung lebih
cepat.
Limbah
286
Sistem kolam merupakan sistem
pengolahan limbah cair sederhana
yang tidak memerlukan peralatan
mekanis, mudah dioperasikan dan
tidak memerlukan biaya tinggi.
Kekurangan sistem ini adalah
sangat tergantung pada cuaca,
dan memerlukan lahan luas, serta
berpotensi menimbulkan bau busuk
terutama pada malam hari dimana
suplai oksigen tidak mencukupi
untuk proses aerobik. Selain itu,
kolam juga dapat digunakan sebagai
tempat berkembang biak nyamuk.
Pengolahan Limbah Cair
dengan Sistem Lumpur Aktif
Prinsip pengolahan limbah dengan
sistem Lumpur aktif pada dasarnya
terdiri atas dua unit proses utama,
yaitu bioreaktor (tangki aerasi) dan
tangki sedimentasi. Dalam sistem
lumpur aktif, limbah cair dan
biomassa dicampur secara
sempurna dalam suatu reaktor dan
diaerasi.
Pada umumnya, aerasi ini juga
berfungsi sebagai sarana
pengadukan suspensi tersebut.
Suspensi biomassa dalam limbah
cair kemudian dialirkan ke tangki
sedimentasi dimana biomassa
dipisahkan dari air yang telah
diolah. Sebagian biomassa yang
terendapkan dikembalikan ke
bioreaktor, dan air yang telah
terolah dibuang ke lingkungan.
Agar konsentrasi biomassa di
dalam reaktor konstan (MLSS = 3 -
5 gfL), sebagian biomassa
dikeluarkan dari sistem tersebut
sebagai excess sludge.
Dalam sistem tersebut,
mikroorganisme dalam biomassa
(bakteri dan protozoa)
mengkonversi bahan organik
terlarut sebagian menjadi produk
akhir (air, karbon dioksida), dan
sebagian lagi menjadi sel
(biomassa). Oleh karena itu, agar
proses perombakan bahan organik
berlangsung secara optimum
syarat berikut harus terpenuhi
yaitu: polutan dalam limbah cair
harus kontak dengan
mikroorganisme, suplai oksigen
cukup, cukup nutnien, cukup waktu
tinggal (waktu kontak), dan cukup
biomasa jumlah dan Jenis).
Tujuan pengolahan limbah cair
dengan sistem. lumpur aktif dapat
dibedakan menjadi 4 (empat) yaitu
penyisihan senyawa karbon
(oksidasi karbon), penyisihan
senyawa nitrogen, penyisihan
fosfor, dan penstabilisasian lumpur
secara aerobik simultan. Pada
penyisihan senyawa karbon
(bahan organik), polutan berupa
bahan organik dioksidasi secara
enzimatik oleh oksigen yang
berada dalam limbah cair. Jadi
senyawa karbon dikonversi
menjadi karbon dioksida. Eliminasi
nutrien (nitrogen dan fosfor)
dilakukan terutama untuk
mencegah terjadinya eutrofikasi
pada perairan. Adapun skema
umum pengolahan limbah cair
dengan sistem lumpur aktif dapat
dilihat pada Gambar 7.15.
Limbah
287
Gambar 7.15 Skema Proses Lumpur Aktif.
Sumber: (Dirjen Industri Kecil Menengah Dept. Perindustrian, 2007).
Parameter desain yang penting
dalam sistem lumpur aktif adalah
tingkat pembebanan, konsentrasi
biomassa, konsentrasi oksigen
terlarut, lama waktu aerasi, umur
lumpur, dan suplai oksigen.
Konsentrasi mikroorganisme (biomassa)
diukur dari konsentrasi
padatan tersuspensi (Mixed Liquor
Suspended Solids/ MLSS). Nilai
tipikal parameter desain/operasi
sistem lumpur aktif untuk berbagai
tujuan dapat dilihat pada Tabel 7.3.
Untuk eliminasi fosfor diperlukan
zona anaerobik dengan waktu
kontak minimum 0,75 jam. Untuk
pengolahan limbah cair dalam
jumlah kecil, sistem lumpur aktif
didesain dan dioperasikan pada
beban rendah (<0,05 kg
BOD5/kgNILSS.hari) atau umur
lumpur sangat tinggi (<25 hari) dan
tidak diperlukan pembuangan
sludge (stabilisasi sludge) karena
laju pertumbuhan sama dengan
laju perombakan mikroorganisme.
Tabel 7.3 Nilai Tipikal Parameter Desain/Operasi Sistem Lumpur Aktif
Parameter Satuan Oksidasi
karbon
Nitrifikasi dan
Denitrifikasi
Stabilisasi
Lumpur
Laju pembebanan
sludge
kgBODs/kgMLSS
hari
0,3 – 0,5
0,15 0,05
Laju pembebanan
ruang
kgBODs/m3 hari
-
-
-
MLSS
g/L
2,5 – 4,5
2,5 – 4,5
4 – 5
Waktu tinggal hidrolik
(waktu aerasi)
Jam
0,5 – 1
1,5 – 3
-
Waktu tinggal sel
(sludge age)
Hari 2 – 5 8 - 10
10 - 18
> 25
Suplai oksigen
kgO2/kgBODs
1,3 – 1,5
2,9 dan 2,6
2,5 – 3,5
Konsentrasi oksigen
terlarut
mg/L 2,0 2,0 dan 0
1,0
Sumber: Bischof, 1993
Tangki sedimentasi
Excess sludge
Bioreaktor
Efluen Influen
Limbah
288
Gambar 7.16 Oksidasi karbon (A), Oksidasi Karbon dan Nitrifikasi (b), Oksidasi Karbon,
Nitrifikasi dan Denitrifikasi (c), Oksidasi Karbon, Nitrifikasi-Denitrifikasi dan Eliminasi
Fosfor Secara Biologis (Ket: N = Nitrifikasi, D = Denitrifikasi, AN = Eliminasi Fosfor)
Sumber: (Dirjen Industri Kecil Menengah Dept. Perindustrian, 2007).
Selain tangki aerasi, unit operasi
lain yang penting dalam sistem
lumpur aktif adalah unit
sedimentasi untuk memisahkan
biomassa dari limbah cair yang
telah diolah. Tangki sedimentasi
untuk sistem lumpur aktif biasanya
didesain untuk waktu tinggal
hidrolik 2 - 3,5 jam dengan laju
pembebanan sekitar I - 2 m/jam.
Untuk tujuan pengolahan limbah
cair skala kecil, sistem lumpur aktif
dapat disederhanakan dalam
konstruksinya. Contoh modifikasi
sistem lumpur aktif skala kecil
dapat dilihat pada Gambar 7.17.
Influen
Influen
Influen
Influen
Efluen
Efluen
Efluen
Efluen
Excess sluge
Excess sluge
Excess sluge
Excess sluge
Resirkulasi sluge
Resirkulasi sluge
Resirkulasi
Resirkulasi sluge
Resirkulasi sluge
Limbah
289
Gambar 7.17 Skema Sistem Lumpur Aktif Skala Kecil: (A) Aerasi dan Dasar Klarifier
Untuk Resirkulasi Sludge, Dan (B) Areasi Mekanis dengan Pompa Air-Lift
Untuk Resirkulasi Sludge (Nathanson, 1997)
Sistem lumpur aktif dapat
diterapkan untuk hampir semua
jenis limbah cair industri pangan,
baik untuk oksidasi karbon,
nitrifikasi, denitrifikasi, maupun
eliminasi fosfor secara biologis.
Kendala yang mungkin dihadapi
oleh dalam pengolahan limbah cair
industri pangan dengan sistem ini
kemungkinan adalah besarnya
biaya investasi maupun biaya
operasi, karena sistem ini
memerlukan peralatan mekanis
seperti pompa dan blower. Biaya
operasi umumnya berkaitan
dengan pemakaian energi listrik.
Hampir semua jenis limbah cair
industri pangan dapat diolah
dengan sistem lumpur aktif seperti
limbah cair industri tapioka, industri
nata de coco, industri kecap, dan
industri tahu. Sistem lumpur aktif
dapat digunakan untuk
mengeliminasi bahan organik dan
nutrien (nitrogen dan fosfor) dari
limbah cair terlarut.
7..6.. Teknollogii
Pengomposan
Kompos menurut definisi J.H.
Crawford (2003) adalah hasil
dekomposisi parsial/tidak lengkap,
dipercepat secara artifisial dari
campuran bahan-bahan organik
oleh populasi berbagai macam
mikroba dalam konsisi lingkungan
yang hangat, lembab, dan aerobik.
Kompos memiliki banyak manfaat
yang dapat ditinjau dari beberapa
aspek antara lain:
Aspek Ekonomi :
Limbah
290
1. Menghemat biaya untuk
transportasi dan penimbunan
limbah
2. Mengurangi volume/ukuran
limbah
3. Memiliki nilai jual yang lebih
tinggi dari pada bahan asalnya
Aspek Lingkungan :
1. Mengurangi polusi udara
karena pembakaran limbah
2. Mengurangi kebutuhan lahan
untuk penimbunan
Aspek bagi tanah/tanaman:
1. Meningkatkan kesuburan tanah
2. Memperbaiki struktur dan
karakteristik tanah
3. Meningkatkan kapasitas jerap
air tanah
4. Meningkatkan aktivitas mikroba
tanah
5. Meningkatkan kualitas hasil
panen (rasa, nilai gizi, dan
jumlah panen)
6. Menyediakan hormon dan
vitamin bagi tanaman
7. Menekan pertumbuhan/serangan
penyakit tanaman
8. Meningkatkan retensi/ketersediaan
hara di dalam tanah
Gambar 7.18 Kompos
Sumber: Isro’i, tanpa tahun
Faktor-faktor yang memperngaruhi
proses pengomposan antara lain:
rasio C/N, ukuran partikel, aerasi,
porositas, kandungan air, suhu,
pH, kandungan hara, dan
kandungan bahan-bahan
berbahaya. Rasio C/N yang efektif
untuk proses pengomposan
berkisar antara 30: 1 hingga 40:1.
Mikroba dapat memecah senyawa
C sebagai sumber energi dan
menggunakan N untuk sintesis
protein. Pada rasio C/N di antara
30 s/d 40 mikroba mendapatkan
cukup C untuk energi dan N untuk
sintesis protein. Apabila rasio C/N
terlalu tinggi, mikroba akan
kekurangan N untuk sintesis
protein sehingga dekomposisi
berjalan lambat.
Ukuran Partikel berhubungan
dengan permukaan area dan udara
yang merupakan tempat aktivitas
mikroba. Permukaan area yang
lebih luas akan meningkatkan
kontak antara mikroba dengan
bahan dan proses dekomposisi
akan berjalan lebih cepat. Ukuran
partikel juga menentukan besarnya
ruang antar bahan (porositas).
Untuk meningkatkan luas
permukaan dapat dilakukan
dengan memperkecil ukuran
partikel bahan tersebut. Aerasi
secara alami akan terjadi pada
saat terjadi peningkatan suhu yang
menyebabkan udara hangat keluar
dan udara yang lebih dingin masuk
ke dalam tumpukan kompos Aerasi
ditentukan oleh posiritas dan
kandungan air bahan
(kelembaban). Apabila aerasi
terhambat, maka akan terjadi
proses anaerob yang akan
menghasilkan bau yang tidak
Limbah
291
sedap. Aerasi dapat ditingkatkan
dengan melakukan pembalikan
atau mengalirkan udara di dalam
tumpukan kompos. Pengomposan
yang cepat dapat terjadi dalam
kondisi yang cukup oksigen
(aerob).
Porositas adalah ruang diantara
partikel di dalam tumpukan
kompos. Porositas dihitung dengan
mengukur volume rongga dibagi
dengan volume total. Ronggarongga
ini akan diisi oleh air dan
udara. Udara akan mensuplay
Oksigen untuk proses
pengomposan. Apabila rongga
dijenuhi oleh air, maka pasokan
oksigen akan berkurang dan
proses pengomposan juga akan
terganggu.
Kelembaban (moisture content)
memegang peranan yang sangat
penting dalam proses metabolisme
mikroba dan secara tidak langsung
berpengaruh pada suplay oksigen.
Mikrooranisme dapat
memanfaatkan bahan organik
apabila bahan organik tersebut
larut di dalam air. Kelembaban 40 -
60 % adalah kisaran optimum
untuk metabolis-me mikroba.
Apabila kelembaban di bawah
40%, aktivitas mikroba akan
mengalami penurunan dan akan
lebih rendah lagi pada kelembaban
15%. Apabila kelembaban lebih
besar dari 60%, hara akan tercuci,
volume udara berkurang, akibatnya
aktivitas mikroba akan menurun
dan akan terjadi fermentasi
anaerobik yang menimbulkan bau
tidak sedap.
Temperatur yang terukur
merupakan panas yang dihasilkan
oleh aktivitas mikroba. Terdapat
hubungan langsung antara
peningkatan suhu dengan
konsumsi oksigen. Semakin tinggi
temperatur akan semakin banyak
konsumsi oksigen dan akan
semakin cepat pula proses
dekomposisi. Peningkatan suhu
dapat terjadi dengan cepat pada
tumpukan kompos. Temperatur
yang berkisar antara 30–600C
menunjukkan aktivitas
pengomposan yang cepat. Suhu
yang lebih tinggi dari 600C akan
membunuh sebagian mikroba dan
hanya mikroba thermofilik saja
yang akan tetap bertahan hidup.
Suhu yang tinggi juga akan
membunuh mikroba-mikroba
patogen tanaman dan benih-benih
gulma.
Selama proses pengomposan
terjadi perubahan nilai pH pad
kisaran yang sangat lebar. pH
yang optimum untuk proses
pengomposan berkisar antara 6,5
sampai 7,5. pH kotoran ternak
umumnya berkisar antara 6,8
hingga 7,4. Proses pengomposan
sendiri akan menyebabkan perubahan
pada bahan organik dan pH
bahan itu sendiri. Sebagai contoh,
proses pelepasan asam, secara
temporer atau lokal, akan
menyebabkan penurunan pH
(pengasaman), sedangkan produksi
amonia dari senyawa-senyawa
yang mengandung nitrogen akan
meningkatkan pH ada fase-fase
awal pengomposan. pH kompos
yang sudah matang biasanya
mendekati netral.
Limbah
292
Kandungan hara yang terpenting
adalah kandungan fosofr (P) dan
kalium (K). Kedua unsur hara ini
sangat penting dalam proses
pengomposan dan biasanya
terdapat di dalam kompos-kompos
dari penanganan limbah hasil
peternakan. Hara ini akan
dimanfaatkan oleh mikroba selama
proses pengomposan.
Beberapa bahan organik mungkin
mengandung bahan-bahan yang
berbahaya bagi kehidupan mikroba
seperti logam-logam berat (Mg,
Cu, Zn, Ni, dan Cr). Logam-logam
berat ini akan mengalami
imobilisasi selama proses
pengomposan.
Tabel 3 Kondisi yang Optimal untuk Mempercepat Proses
Pengomposan (Rynk, 1992)
Kondisi Ideal Konsisi yang bisa diterima
Rasio C/N 20:1 s/d 40:1 25-35:1
Kelembaban berat 40 – 65 % 45 – 62 %
Konsentrasi oksigen tersedia > 5% > 10%
Ukuran partikel 1 inchi bervariasi
Bulk Density yd 1000 lbs/cu yd 1000 lbs/cu
pH 5.5 – 9.0 6.5 – 8.0
Suhu 43 – 66oC 54 -60oC
Gambar 7.19 Proses Umum Pengomposan Limbah Padat Organik
(Rynk, 1992 dalam Isroi, tanpa tahun)
Limbah
293
Pengomposan dapat dipercepat
dengan beberapa strategi. Secara
umum strategi untuk mempercepat
proses pengomposan dapat
dikelompokan menjadi dua, yaitu:
1. Menanipulasi kondisi/faktorfaktor
yang berpengaruh pada
proses pengomposan.
2. Menambahkan organisme yang
dapat mempercepat proses
pengomposan: mikroba pendegradasi
bahan organik dan
vermikompos (cacing).
Strategi menamipulasi kondisi
pengomposan banyak dilakukan di
awal-awal berkembangnya
teknologi pengomposan. Kondisi
atau faktor-faktor pengomposan
dibuat seoptimum mungkin.
Sebagai contoh, rasio C/N yang
optimum adalah 25-35:1. Untuk
membuat kondisi ini bahan-bahan
yang mengandung rasio C/Ntinggi
dicampur dengan bahan yang
mengandung rasio C/N rendah,
seperti kotoran ternak. Ukuran
bahan yang besar-besar dicacah
sehingga ukurannya cukup kecil
dan ideal untuk proses pengomposan.
Bahan yang terlalu kering
diberi tambahan air atau bahan
yang terlalu basah dikeringkan
terlebih dahulu sebelum proses
pengomposan. Demikian pula
untuk faktor-faktor lainnya.
Gambar 7.20. Perubahan Suhu dan Jumlah Mikroba Selama Proses Pengomposan
(Isro’i, tanpa tahun)
Strategi yang lebih maju adalah
dengan memanfaatkan organisme
yang dapat mempercepat proses
pengomposan. Organisme yang
sudah banyak dimanfaatkan
misalnya cacing tanah. Proses
pengomposannya disebut
vermikompos dan kompos yang
dihasilkan dikenal dengan sebutan
kascing. Organisme lain yang
banyak diperguna-kan adalah
mikroba, baik bakeri,
aktinomicetes, maupuan kapang/
cendawan. Saat ini di pasaran
banyak sekali beredar aktivatoraktivator
pengomposan, misalnya :
OrgaDec, SuperDec, EM4,
Stardec, Starbio, dll.
Limbah
294
Gambar 7.21 OrgaDec (Isro’i, tanpa tahun)
Tabel 7.4 Organisme yang Terlibat dalam Proses Pengomposan
Kelompok Organisme
kompos
Organisme Jumlah/g
Mikroflora
Bakteri
Actinomicetes
Kapang
108 - 109
Mikrofauna Protozoa 105 - 108
Makroflora Jamur tingkat tinggi 104 - 106
Makrofauna Cacing tanah, rayap
semut, kutu, dll
104 - 105
Metode atau teknik pengomposan
dapat dikelompokkan menjadi tiga
kelompok berdasarkan tingkat
teknologi yang dibutuhkan, yaitu :1.
Pengomposan dengan teknologi
rendah (Low – Technology)2.
Pengomposan dengan teknologi
sedang (Mid – Technology)3.
Pengomposandengan teknologi
tinggi (High – Technology)
Pengomposan dengan teknologi
rendah contohnya adalah Windrow
Composting (Gambar 7.22).
Kompos ditumpuk dalam barisan
tumpukan yang disusun sejajar.
Tumpukan secara berkala dibolakbalik
untuk meningkatkan aerasi,
menurunkan suhu apabila suhu
terlalu tinggi, dan menurunkan
kelembaban kompos. Teknik ini
sesuai untuk pengomposan skala
yang besar dengan lama
pengomposan berkisar antara 3
hingga 6 bulan, yang tergantung
pada karakteristik bahan yang
dikomposkan.
Limbah
295
Gambar 7.22 Pengomposan dengan
Teknik Windrow
Composting
(Isro’i, tanpa tahun)
Pengomposan dengan teknologi
sedang antara lain yaitu:
Aerated static pile (Gambar7.23).
Tumpukan/gundukan kompos (seperti
windrow system) diberi aerasi
dengan menggunakan blower mekanik.
Tumpukan kompos ditutup
dengan terpal plastik. Teknik ini
dapat mempersingkat waktu
pengomposan hingga 3-5 minggu.
Gambar 7.23 Pengomposan dengan Teknik Aerated Static Pile (Isro’i, tanpa tahun)
Aerated Compost Bins (Gambar
7.23)
Pengomposan dilakukan di dalam
bak-bak yang di bawahnya diberi
aerasi. Aerasi juga dilakakukan
dengan menggunakan blower/pompa
udara. Seringkali ditambahkan pula
cacing (vermi kompos). Lama
pengomposan kurang lebih 2 – 3
minggu dan kompos akan matang
dalam waktu 2 bulan.
Gambar 7.24 Pengomposan dengan Teknik Aerated Compost Bins (Isro’i, tanpa tahun)
Limbah
296
Pengomposan dengan teknologi
tinggi menggunakan peralatan
yang dibuat khusus untuk
mempercepat proses
pengomposan. Terdapat panelpanel
untuk mengatur kondisi
pengom-posan dan lebih banyak
dilaku-kan secara mekanis.
Contoh-contoh pengomposan
dengan teknologi tinggi antara lain:
Rotary Drum Composters
(Gambar 7.25)
Pengomposan dilakukan di dalam
drum berputar yang diran-cang
khusus untuk proses
pengomposan. Bahan-bahan
mentah dihaluskan dan dicam-pur
pada saat dimasukkan ke dalam
drum. Drum akan berputar untuk
mengaduk dan memberi aearasi
pada kompos.
Gambar 7.25 Pengomposan dengan Teknik Rotary Drum Composters
(Isro’i, tanpa tahun)
Box/Tunnel Composting System
(Gambar 26)
Pengomposan dilakukan dalam
kotak-kotak/bak skala besar.
Bahan-bahan mentah akan dihaluskan
dan dicampur secara
mekanik. Tahap-tahap
pengomposan berjalan di dalam
beberapa bak/kotak sebelum
akhirnya menjadi produk kompos
yang telah matang. Sebagian
dikontrol dengan menggunakan
komputer. Bak pengomposan
dibagi menjadi dua zona, zona
pertama untuk bahan yang masih
mentah dan selanjutnya diaduk
secara mekanik dan diberi aerasi.
Kompos akan masuk ke bak zona
ke dua dan proses pematangan
kompos dilanjutkan.
Limbah
297
Gambar 7.26 Pengomposan dengan Teknik Box/Tunnel Composting System
(Isro’i, tanpa tahun)
Gambar 7.27 Skema Pengomposan di dalam Box/Tunnel Composting System
(Isro’i, tanpa tahun)
Gambar 7.28 Mechanical Compost Bins dan Pengoperasiannya (Isro’i, tanpa tahun)
Mechanical Compost Bins
(Gambar 7.28)
Limbah
298
Sebuah drum khusus yang dibuat
untuk pengomposan limbah rumah
tangga. Mikroba-mikroba yang
terdapat di dalam kompos diakui
memiliki manfaat yang sangat baik
bagi tanah maupun tanaman.
Namun, mikroba ini tersedia dalam
jumlah yang relatif sedikit dan tidak
seragam. Mikroba-mikroba yang
bermanfaat bagi tanaman dapat
ditambahkan dari luar untuk
memperkaya dan meningkatkan
kualitas kompos. Mikroba yang
sering dimanfaatkan adalah:
mikroba penambat nitrogen :
Azotobacter sp, Azosprilium sp,
Rhizobium sp, dll
mikroba pelarut P dan K :
Aspergillus sp, Aeromonas sp.
mikroba agensia hayati :
Metharhizium sp, Trichoderma sp,
mikroba perangsang pertumbuhan
tanaman : Trichoderma sp,
Pseudomonas sp, Azosprilium sp.
Pengaruh kompos terhadap
kualitas pertumbuhan tanaman
dapat dilihat pada Gambar 7.29
dan 7.30 berikut.
Gambar 7.29 Pengaruh Pemberian
Kompos Diperkaya Mikroba
pada Tanaman Tebu
(K = kontrol tanpa pemupukan; S =
pemupukan standard; P = kompos
tanpa mikroba; P, DT 38, MPF =
kompos diperkaya dengan mikroba)
Gambar 7.30 Pengaruh pemberian Kompos
Diperkaya Mikroba pada
Tanaman Jagung (Isro’i,
tanpa tahun)
(K = kontrol; S = Standar; P =
kompos; PM = kompos diperkaya
mikroba)
Adapun kualitas kompos yang
dihasilkan harus memenuhi
standar nasional yaitu SNI 19-
7030-2004 (Tabel 7.5).
Tabel 7.5 Standar Kualitas Kompos (SNI 19-7030-2004)
Limbah
299
No Parameter Satuan Minimum Maksimum
1. Kadar Air % - 50
2 Temperatur oC suhu air tanah
3 Warna kehitaman
4 Bau berbau tanah
5 Ukuran partikel mm 0,55 25
6 Kemampuan ikat air % 58 -
7 pH 6,80 7,49
8 Bahan asing % * 1,5
Unsur makro
9 Bahan organik % 27 58
10 Nitrogen % 0,40 -
11 Karbon % 9,80 32
12 Phosfor (P2O5) % 0.1 -
13 C/N-rasio 10 20
14 Kalium (K2O) % 0,20 *
Unsur mikro
15 Arsen mg/kg * 13
16 Kadmium (Cd) mg/kg * 3
17 Kobal (Co) mg/kg * 34
18 Kromium (Cr) mg/kg * 210
19 Tembaga (Cu) mg/kg * 100
20 Merkuri (Hg) mg/kg * 0,8
21 Nikel (Ni) mg/kg * 62
22 Timbal (Pb) mg/kg * 150
23 Selenium (Se) mg/kg * 2
24 Seng (Zn) mg/kg * 500
Unsur lain
25 Kalsium % * 25.5
26 Magnesium (Mg % * 0.6
27 Besi (Fe) % * 2
28 Aluminium (Al) % * 2.2
29 Mangan (Mn) % * 0.1
Bakteri
30 Fecal Coli MPN/gr 1000
31 Salmonella sp. MPN/4 gr 3
Keterangan : * Nilainya lebih besar dari minimum atau lebih kecil dari maksimum
Limbah
300
7..7.. Liimbah Bahan
Berbahaya dan
Beracun (B3)
Definisi limbah B3 dijelaskan dalam
PP No. 18/1999 jo. PP No. 85/1999
tentang Pengelolaan Limbah B3.
Limbah Bahan Berbahaya dan
Beracun (B3) adalah sisa suatu
usaha dan/atau kegiatan yang
mengandung bahan berbahaya
dan/atau beracun yang karena sifat
dan/atau konsentrasinya dan/atau
jumlahnya, baik secara langsung
maupun tidak langsung dapat
mencemarkan dan/atau merusak
lingkungan hidup, dan/atau dapat
membahayakan lingkungan hidup,
kesehatan, kelangsungan hidup
manusia serta makhluk hidup lain.
Karakteristik limbah B3 yaitu mudah
meledak, mudah terbakar, reaktif,
beracun, bersifat korosif, dan dapat
menyebabkan infeksi pada manusia
atau mahluk lainnya. Untuk menentukan
pengaruh suatu limbah bersifat akut
dan/atau kronik bagi manusia/mahluk
hidup dapat dilakukan uji toksisitas
dengan menggunakan hewan
percobaan seperti tikus.
Ada 11 peraturan perundangundangan
yang mengatur tentang
pengelola an limbah B3 antara lain:
1. UU RI No. 23 Tahun 1997 tentang
“Pengelolaan Lingkungan Hidup”
2. PP RI No. 18/1999 jo. PP No.
85/1999 tentang Pengelolaan
Limbah B3 sebagai revisi dari
PP RI No.19/1994 jo. PP N0.
12/1995 tentang Pengelolaan
Limbah B3.
3. Kepdal 01/BAPEDAL/09/1995
tentang ”Tata Cara dan
Persyaratan Teknis
Penyimpanan dan
Pengumpulan Limbah B3”
4. Kepdal 02/BAPEDAL/09/1995
tentang ” Dokumen Limbah B3”
5. Kepdal 03/BAPEDAL/09/1995
tentang ” Persyaratan Teknis
Pengolahan Limbah B3”
6. Kepdal 04/BAPEDAL/09/1995
tentang ”Tata Cara
Penimbunan Hasil Pengolahan,
Persyaratan Lokasi Bekas
Pengolahan dan Lokasi
Penimbunan Lim-bah B3”
7. Kepdal 05/BAPEDAL/09/1995
tentang ” Simbol dan Label”
8. Kepdal 68/BAPEDAL/05/1994
tentang ”Tata Cara
Memperoleh Izin Pengelolaan
Limbah B3”
9. Kepdal 02/BAPEDAL/01/1998
tentang ”Tata Laksana
Pengawasan Pengelolaan
Limbah B3”
10. Kepdal 03/BAPEDAL/01/1998
tentang ” Program Kendali B3”
11. Kepdal 255/BAPEDAL/08/1996
tentang ”Tata Cara Persyaratan
Penyimpanan dan
Pengumpulan Minyak pelumas
Bekas”
Jenis limbah B3 meliputi:
1. Limbah B3 dari sumber tidak
spesifik; adalah limbah B3 yang
berasal bukan dari proses
utamanya tetapi berasal dari
kegiatan pemeliharaan alat,
pencucian, pelarutan kerak,
pengemasan,dll.
2. Limbah B3 dari sumber
spesifik; adalah limbah B3 sisa
proses suatu industri atau
kegiatan tertentu.
Limbah
301
3. Limbah B3 dari bahan kimia
kadaluwarsa, tumpahan, sisa
kemasan, dan buangan produk
yang tidak memenuhi
spesifikasi.
Suatu industri yang menghasil
limbah B3 wajib membuat dan
menyimpan catatan mengenai :
1. jenis, karakteristik, jumlah, dan
waktu dihasilkannya limbah B3.
2. Jenis, karakteristik, jumlah, dan
waktu penyerahan limbah B3
3. Nama pengangkut limbah B3
yang melaksanakan pengiriman
kepada pengumpul atau
pengolah limbah B3.
Penghasil limbah B3 wajib
menyampaikan catatan tersebut
sekurang-kurangnya sekali dalam
6 bulan kepada Kepala Bapedal
dengan tembusan kepada
Pimpinan Instansi Pembina dan
Gubernur Kepala Daerah Tingkat I.
Pengha-sil, pemanfaat,
pengangkut dan pengolah limbah
B3 bertanggung jawab atas
penanggulangan kecelakaan dan
pencemaran lingkungan akibat
lepas atau tumpahnya limbah B3
yang menjadi tanggung jawabnya.
Di samping itu juga wajib segera
menanggulangi pencemaran atau
keruskan lingkungan akibat
kegiatannya.
Apabila penghasil, pemanfaat,
pengumpul, pengangkut, dan
pengolah limbah B3 tidak
melakukan penanggulangan
sebagaimana mestinya maka
Bapedal atau pihak ketiga atas
permintaan Bapedal dapat
melakukan penanggulangan
dengan biaya yang dibebankan
kepada penghasil, pengumpul,
dan/atau pengolah limbah B3 yang
bersangkutan.
Tata cara dan persyaratan teknis
penyimpanan dan pengumpulan
limbah B3 diatur berdasarkan
Keputusan Kepala Badan
Pengendalian Dampak Lingkungan
Nomor: Kep-01/Bapedal/09/1995
yang meliputi.
1. Persyaratan pra pengemasan
a. Setiap penghasil/pengumpul
limbah B3 harus dengan pasti
mengetahui karkteristik limbah
B3 yang dikumpulkannya.
Bila ada keraguan dengan
karakteristik limbah B3 yang
dihasilkan/ dikumpulkan,
maka limbah B3 tersebut
harus diuji karakterristik di
laboratorium yang telah
mendapat persetujuan
Bapedal dengan prosedur
dan metode yang ditetapkan
Bapedal.
b. Bentuk kemasan dan bahan
kemasan dipilih berdasrkan
kecocokannya terhadap jenis
dan karakteristik limbah
yang akan dikemasnya.
2. Persyaratan umum kemasan
a. Kemasan untuk limbah B3
harus dalam kondisi baik,
tidak rusak dan bebas dari
pengkaratan dan kebocoran
b. Bentuk, ukuran, dan bahan
kemasan limbah B3
disesuaikan dengan karakteristik
limbah B3 yang akan
dikemas dengan
mempertimbangkan
keamanan dan kemudahan
dalam penanganan.
Limbah
302
c. Kemasan dapat terbuat dari
bahan plastik/PVC atau
bahan logam (teflon, baja
karbon) dengan syarat
bahan kemasan yang
dipergunakan tersebut tidak
bereaksi dengan limbah B3
yang disimpannya.
3. Prinsip pengemasan limbah B3
a. Limbah B3 yang tidak saling
cocok tidak boleh disimpan
dalam satu kemasan yang
disebut Incompatible
Chemical, contoh : Asam
asetat tidak boleh dicampur
dengan asam Nitrat, asam
Kromat, Peroksida sebab
bisa terjadi asap beracun.
b. Untuk mencegah resiko
timbulnya bahaya selama
penyimpanan, maka jumlah
pengisian limbah dalam
kemasan harus
mempertimbangkan
kemungkinan terjadinya
pengembangan volume
limbah, pembentukan gas
atau terjadinya kenaikan
tekanan
c. Jika kemasan yang berisi
limbah B3 sudah dalam
kondisi yang tidak layak
atau jika mulai bocor, maka
limbah B3 tersebut harus
dipindahkan kedalam
kemasan lain yang
memenuhi syarat.
d. Kemasan yang telah berisi
limbah B3 harus diberi
penandaan sesuai dengan
ketentuan yang berlaku dan
disimpan dengan ketentuan
dan tata cara bagi
penyimpanan limbah B3
e. Kemasan wajib dilakukan
pemeriksaan oleh penanggung
jawab pengelolaan limbah
B3 untuk memastikan tidak
terjdi kerusakan atau
kebocoran pada kemsan
akibat korosi atau faktor
lainnya.
4. Tata cara pengemasan limbah
B3
Persyaratan pengemasan
limbah B3
a. Kemasan (drum, tong atau
bak kontainer yang
digunakan harus :
dalam kondisi baik, tidak
bocor, berkarat atau rusak
terbuat dari bahan yang
cocok dengan
karakteristik limbah B3
yang akan disimpan
mampu mengamankan
limbah B3 yang
disimpan didalamnya
memiliki penutup yang
kuat untuk mencegah
tumpahansaat dilakukan
pemindahan atau
pengangkutan
b. Kemasan yang digunakan
untuk pengemasan limbah
dapat berupa drum /tong
dengan volume 50 liter, 100
liter atau 200 liter atau
dapat pula berupa bak
kontainer berpenutup
dengan kapasitas 2m3, 4m3
atau 8m3
c. Limbah B3 yang disimpan
dalam satu kemasan adalah
limbah yang sama, atau
dapat pula disimpan
bersama-sama dengan
limbah lain yang memiliki
karakyeristik yang sama.
Limbah
303
d. Pengisian limbah B3 dalam
satu kemasan harus
mempertimbangkan
karakteristik dan jenis
limbah, pengaruh pemuaian
limbah, pembentukan gas
dan kenaikan tekanan
selama penyimpanan.
untuk limbah B3 cair
harus mempertimbangkan
ruangan untuk
pengembangan volume
dan pembentukan gas.
untuk limbah B3 yang
bereaksi sendiri sebaiknya
tidak menyisakan ruang
kosong dalam kemasan
untuk limbah B3 yang
mudah meledak kemasan
dirancang tahan akan
kenaikan tekanan dari
dalam dan dari luar kemasan.
e. Kemasan yang telah terisi
penuh dengan limbah B3 harus:
ditandai dengan simbol
dan label yang sesuai
dengan ketentuan
mengenai penandaan
kemasan limbah B3
selalu dalam keadaan
tertutup rapat dan hanya
dapat dibuka jika akan
dilakukan penambahan
atau pengambilan
limbah dari dalamnya
disimpan ditempat yang
memenuhi persyaratan
untuk penyimpanan
limbah B3 serta
mematuhi tata cara
penyimpanannya
f. Terhadap drum/tong atau
bak kontainer yang telah
terisi limbah B3 dan disimpan
ditempat penyimpanan harus
dilakukan pemeriksaan
kondisi kemasan sekurangkurangnya
1 (satu) minggu
satu kali.
g. Kemasan bekas mengemas
limbah B3 dapat digunakan
kembali untuk mengemas
limbah B3 dengan karakteristik
:
sama dengan limbah B3
sebelumnya
saling cocok dengan
limbah B3 yang dikemas
sebelumnya. Jika akan
digunakan untuk mengemas
limbah B3 yang tidak
saling cocok, maka
kemasan tersebut harus
dicuci bersih terlebih
dulu sebelum digunakan.
h. Kemasan yang telah rusak
(bocor atau berkarat) dan
kemasan yang tidak
digunakan kembali sebagai
kemasan limbah B3 harus
diperlakukan sebagai
limbah B3.
5. Tata cara penyimpanan limbah
B3
a. Penyimpanan dengan
kemasan harus dibuat
dengan sisitem blok.Setiap
blok terdiri dari 2 x 2
kemasan, sehingga dapat
dilakukan pemeriksaan
menyeluruh terhadap setiap
kemasan sehingga jika
terjadi kerusakan dapat
segera ditangani
b. Lebar gang antar blok harus
memenuhi persyaratan yaitu
untuk lewat manusia
minimal 60 cm dan untuk
lalu lintas kendaraan
(forklift) disesuaikan dengan
kelayakan pengoperasiannya.
Limbah
304
c. Penumpukan kemasan limbah
B3 harus mempertimbangkan
kestabilan tumpukan
kemasan. Jika kemasan
berupa drum logam (isi 200
liter), maka tumpukan
maksimal adalah 3 lapis
dengan tiap lapis dialasi
palet (setiap palet
mengalasi 4 drum).Jika
tumpukan lebih dari 3 lapis
atau kemasan terbuat dari
plastik maka harus
dipergunakan rak.
d. Kemasan-kemasan berisi
limbah B3 yang tidak saling
cocok harus disimpan
secara terpisah, tidak dalam
satu blok, dan tidak dalam
bagian penyimpanan yang
sama. Penempatan
kemasan harus dengan
syarat bahwa tidak ada
kemungkinan bagi limbahlimbah
yang tersebut jika
terguling/ tumpah akan
tercampur masuk kedalam
bak penampungan bagian
yang lain.
e. Mengingat kemungkinan
resiko/bahaya yang dapat
terjadi akibat kesalahan
dalam penanganan limbah
B3, maka diharapkan setiap
karyawan yang
berhubungan langsung/
tidak dengan masalah
limbah B3 ini dapat
melaksanakan sistem
manajemen tentang
penanganan limbah B3
dengan sebaik-baiknya.
f. Hal ini sesuai dengan
peraturan perundangundangan
yang berlaku
yaitu :
PP Nomor 19 Tahun 1994
tentang Pengelolaan
Limbah B3
PP Nomor 12 Tahun
1995 tentang Perubahan
PP No.19 Tahun 1994
KEPKA BAPEDAL No.
68/BAPEDAL/05/1994
Rangkuman
Limbah adalah buangan yang
dihasilkan dari suatu proses
produksi baik industri maupun
domestik (rumah tangga), yang
kehadirannya pada suatu saat dan
tempat tertentu tidak dikehendaki
lingkungan karena tidak memiliki
nilai ekonomis.
Limbah pertanian adalah hasil
sampingan dari aktivitas pertanian
yang biasanya kurang bernilai
ekonomis bahkan tidak laku dijual.
Limbah tanaman pangan dan
perkebunan memiliki peran yang
cukup penting dan berpotensi
dalam penyediaan pakan hijauan
bagi ternak.
Proses pengolahan limbah menjadi
pakan ternak dapat dilakukan
secara kering (tanpa fermentasi)
maupun dengan fermentasi.
Kotoran ternak dapat dimanfaatkan
sebagai bahan baku pembuatan
kompos yang dapat digunakan
sebagai pupuk tanaman.
Pengolahan kotoran sapi menjadi
kompos bisa dilakukan oleh
peternak secara individu karena
caranya sederhana, mudah diikuti
dan bahannya tersedia di sekitar
peternak sendiri.
Limbah
305
Pengetahuan tentang sifat-sifat
limbah sangat penting dalam
pengembangan suatu sistem
pengelolaan limbah yang layak.
Pengelolaan limbah industri
pangan (cair, padat dan gas)
diperlukan untuk meningkatkan
pencapaian tujuan pengelolaan
limbah (pemenuhan peraturan
pemerintah), serta untuk
meningkatkan efisiensi pemakain
sumber daya.
Pencemaran air adalah suatu
perubahan keadaan di suatu
tempat penampungan air seperti
danau, sungai, lautan dan air tanah
akibat aktivitas manusia yang
mengganggu kebersihan dan atau
keamanan lingkungan. Limbah cair
biasanya dihasilkan oleh industri.
Secara umum penanganan limbah
cair dapat dilakukan dengan metode
perlakuan secara fisik, perlakuan
secara kimia dan perlakuan secara
biologi. Pengolahan limbah cair
dapat dilakukan dengan sistem
kolam atau sering disebut juga
sebagai kolam oksidasi dan sistem
Lumpur aktif.
Bahan limbah yang lain adalah
limbah B3. Limbah Bahan
Berbahaya dan Beracun (B3)
adalah sisa suatu usaha dan/atau
kegiatan yang mengandung bahan
berbahaya dan/atau beracun yang
karena sifat dan/atau
konsentrasinya dan/atau
jumlahnya, baik secara langsung
maupun tidak langsung dapat
mencemarkan dan/atau merusak
lingkungan hidup, dan/atau dapat
membahayakan lingkungan hidup,
kesehatan, kelangsungan hidup
manusia serta makhluk hidup lain.
Soall Latiihan
1. Apakah limbah itu?
2. Apakah pencemaran air itu?
3. Pada dasarnya pengolahan
limbah dapat dibedakan
menjadi apa saja?
4. Sebutkan indikasi terjadinya
pencemaran air?
5. Apakah aspek ekonomi dari
pembuatan kompos?
6. Strategi apa yang dapat
dilakukan untuk mempercepat
proses pengomposan?
7. Mikroba apa saja yang sering
dimanfaatkan untuk
meningkatkan kualitas
kompos?
8. Apakah definisi limbah bahan
beracu dan berbahaya?
Kimia Pangan 306
VIIIIII.. KIIMIIA PANGAN
8..1.. Karbohiidrat
Karbohidrat merupakan kelompok
nutrien penting di dalam menu/diet
dan berfungsi sebagai sumber
energi. Karbohidrat mengandung
unsur-unsur karbon (C), hidrogen
(H), dan oksigen (O). Karbohidrat
diproduksi di dalam tanaman
melalui proses fotosintesis. Proses
tersebut dapat digambarkan dalam
persamaan reaksi sebagai berikut :
Klorofil
6 CO2 + 6 H2O Sinar matahari C6H12O6 + 6 O2
Karbon dioksida Air glukosa oksigen
(berasal dari udara) (berasal dari tanah)
Karbón dioksida dari udara
bereaksi dengan air yang ada di
dalam tanah. Oleh klorofil yang
terkandung dalam daun dan
dengan bantuan sinar matahari
sebagai energi surya, maka akan
terbentuk glukosa sebagai salah
satu anggota kelompok karbohidrat
dan air.
Klorofil merupakan pigmen atau
zat hijau daun yang berperan
sangat penting dalam menyerap
energi dari sinar matahari sehingga
tanaman mampu membentuk
karbohidrat dari karbón dioksida
dan air.
Karbohidrat dibagi menjadi 3
kelompok utama didasarkan atas
ukuran dari molekulnya, yaitu
monosakarida, disakarida, dan
polisakarida. Monosakarida dan
disakarida sering dikenal juga
dengan sebutan gula (sugar).
Sedangkan polisakarida dikenal
sebagai non gula (non-sugars),
misalnya pati. Pengelompokan
atau pembagian karbohidrat
berdasarkan ukuran molekulnya
diklasifikasikan sebagai berikut :
monosakarida, oligosakarida,
polisakarida. Monosakarida terdiri
atas 1 unit glukosa. Oligosakarida
merupakan kelompok karbohidrat
yang terdiri atas 2-10 unit
monosakarida, sedangkan
polisakarida terdiri atas banyak
(lebih dari 10) unit monosakarida.
8.1.1. Monosakarida
Gula monosakarida biasanya
ditemukan di dalam bahan pangan,
mengandung 6 atom karbon, dan
secara umum memiliki formula
C6H12O6. Tiga anggota
monosakarida terpenting adalah :
Glukosa (juga dikenal sebagai
dekstrosa)
Struktur dari molekul glukosa dapat
dilihat pada gambar 8.1.
Kimia Pangan 307
Gambar 8.1 Struktur glukosa
Gambar tersebut merupakan
representasi dari atom karbon.
Kandungan glukosa di dalam
buah-buahan dan sayuran
bervariasi. Jumlah glukosa yang
cukup besar terdapat pada buahbuahan
seperti anggur, sedangkan
pada sayuran ditemukan
kandungan glukosa yang lebih
rendah , seperti pada buncis muda
dan wortel. Glukosa juga
ditemukan di dalam darah binatang.
Sirup glukosa atau dikenal sebagai
glukosa komersial tidak hanya
mengandung glukosa murni, tetapi
merupakan campuran glukosa,
karbohidrat lain dan air.
Fruktosa (juga dikenal sebagai
levulosa)
Secara kimia hampir sama dengan
glukosa, hanya saja letak
(susunan) dari atom-atom di dalam
molekulnya sedikit berbeda.
Fruktosa ditemukan bersamasama
glukosa di beberapa buahbuahan
dan madu.
Galaktosa
Monosakarida jenis ini secara
kimia juga hampir sama dengan
glukosa, Senyawa ini tidak eksis di
dalam makanan, tetapi diproduksi
laktosa suatu disakarida dipecah
selama pencernaan.
8.1.2. Disakarida
Gula jenis ini secara umum
mempunyai formula C12H22O11.
Senyawa ini dibentuk ketika dua
molekul monosakarida bergabung
dengan melepaskan satu molekul
air.
C6H12O6 + C6H12O6 ..... C12H22O11 + H2O
Monosakarida Monosakarida Disakarida air
Reaksi di atas merupakan salah
satu contoh reaksi kondensasi,
suatu reaksi yang merupakan
gabungan dua molekul kecil untuk
membentuk satu molekul yang
lebih besar dengan melepaskan
satu molekul kecil biasanya air dari
kedua senyawa tersebut. Jenisjenis
disakarida yang penting
antara lain sukrosa, laktosa, dan
maltosa
Sukrosa
Sukrosa dikenal secara umum
sebagai gula rumah tangga dan
diproduksi di dalam tanaman
melalui kondensasi glukosa dan
fruktosa. Struktur molekul sukrosa
tersaji pada gambar 8.2.
Kimia Pangan 308
Gambar 8.2. Struktur sukrosa
Sukrosa ditemukan di beberapa
jenis buah-buahan dan sayuran,
Gula tebu dan gula bit
mengandung senyawa ini dalam
jumlah yang relatif cukup banyak.
Gula tebu dan bit, diperoleh
melalui proses ekstraksi gula
secara komersial.
Laktosa
Gula jenis ini dibentuk dari
kondensasi glukosa dan galaktosa.
Disakarida jenis ini hanya
ditemukan pada susu (milk),
sebagai sumber karbohidrat.
Maltosa
Maltosa dibentuk dari kondensasi
dua molekul glukosa. Selama
germinasi atau perkecambahan
barley, pati yang terkandung
dipecah menjadi maltosa. Malt
merupakan suatu kandungan
penting di dalam proses
pembuatan bir.
Jika digambarkan secara ringkas
maka pembentukan disakarida
adalah sebagai berikut :
Glukosa + fruktosa ..... Sukrosa + Air
Glukosa + Galaktosa ..... Laktosa + Air
Glukosa + Glukosa ..... Maltosa + Air
8.1.2.1. Karakteristik Gula
Kenampakan dan Kelarutan
Semua gula berwarna putih,
mengandung kristal yang larut
dalam air.
Kemanisan
Semua gula berasa manis, hanya
saja mempunyai tingkat kemanisan
yang berbeda-beda. Tingkat
kemanisan yang berbeda dari gula
apabila dibandingkan
menggunakan kemanisan sukrosa
dengan skala poin 100. Tabel 8.1.,
menunjukkan tingkat kemanisan
relatif dari beberapa jenis gula.
Tabel 8.1 Tingkat kemanisan
relatif dari beberapa gula
Gula
Tingkat
kemanisan
relatif
Fruktosa 170
Gula invert (campuran
glukosa&fruktosa)
130
Sukrosa 100
Glukosa 75
Maltosa 30
Galaktosa 30
Laktosa 15
Sumber : Gaman et al, 1990
Kimia Pangan 309
Hidrolisis
Disakarida jika terhidrolisis akan
membentuk monosakarida.
Hidrolisis merupakan pemecahan
kimia suatu molekul dengan
kombinasi air, memproduksi
molekul-molekul yang lebih kecil.
Proses ini dapat digambarkan
melalui persamaan sebagai
berikut:
AB + H2O ..... AOH + BH
Molekul Air molekul molekul
lebih besar lebih kecil lebih kecil
Contoh :
C12H22O11 + H2O ..... 2C6H12O6
1 molekul air 2 molekul
Disakarida monosakarida
Sukrosa + Air ..... Glukosa + fruktosa
Laktosa + Air ..... Glukosa +Galaktosa
Maltosa + Air ..... Glukosa + Glukosa
Inversi sukrosa
Hidrolisis sukrosa juga dikenal
sebagai inversi sukrosa dan
produk yang dihasilkan berupa
campuran glukosa dan fruktosa
yang dikenal sebagai “gula invert”.
Proses inversi dapat terjadi dengan
memanaskan sukrosa dengan
asam atau penambahan enzim
invertase.
Gula invert biasanya digunakan
pada produksi jam, pemanispemanis
yang diproses
menggunakan uap, dan beberapa
jenis kembang gula. Sejumlah kecil
gula invert ditambahkan pada
larutan sukrosa panas yang akan
membantu mengurangi kristalisasi
ketika larutan dingin.
Efek pemberian panas
Ketika gula dipanaskan maka akan
mengalami karamelisasi. Meskipun
karamelisasi paling sering terjadi,
ketika tidak ada penambahan air,
larutan gula (sirup) akan
membentuk karamel jika diberi
perlakuan panas cukup. Karamel
berasa manis, berwarna coklat dan
merupakan campuran menyerupai
komponen karbohidrat.
Sifat mereduksi
Semua monosakarida dan
disakarida yang telah dipelajari
sebelumnya kecuali sukrosa, dapat
berperan sebagai senyawa
pereduksi (reducing agent) dan
oleh karenanya dikenal sebagai
gula pereduksi. Kemampuan gulagula
ini untuk mereduksi agenagen
yang mengalami oksidasi
membentuk beberapa uji dasar
untuk glukosa dan gula-gula
pereduksi lainnya. Sebagai contoh,
gula-gula ini mereduksi ion
tembaga (II) dari larutan Fehling
membentuk ion tembaga (I) pada
Kimia Pangan 310
proses pemanasan. Reaksi ini
menghasilkan endapan berwarna
orange. Sukrosa tidak tergolong
sebagai gula pereduksi dan oleh
karenanya tidak mereduksi larutan
Fehling.
8.1.3. Polisakarida
Polisakarida merupakan senyawa
hasil kondensasi polimer dari
monosakarida dan terbuat dari
beberapa molekul monosakarida
yang bergabung bersama, dengan
melepaskan satu molekul air.
Senyawa ini secara umum
mempunyai formula (C6H10O5)n, (n
menunjukkan jumlah yang banyak).
Jenis-jenis yang tergolong
kelompok polisakarida adalah
sebagai berikut.
Pati
Pati merupakan komponen utama
pangan yang dihasilkan oleh
tanaman. Pati merupakan
campuran dua jenis polisakarida
yang berbeda yaitu:
Amilosa
Molekul amilosa terdiri atas 50
sampai 500 unit glukosa yang
bergabung dalam rantai lurus.
Amilopektin
Molekul ini mengandung lebih
dari 100.000 unit glukosa yang
bergabung dalam struktur
dengan rantai bercabang.
Skema dari struktur kedua
senyawa tersebut dapat
digambarkan sebagai berikut.
amilosa (www.steve.gb.com)
amilopektin (www.chemsoc.org)
Gambar 8.3. Struktur molekul amilosa dan amilopektin.
Beberapa tanaman, termasuk
gandum, beras, jagung, dan
kentang, mengandung kira-kira
80% amilopektin dan 20% amilosa.
Percobaan mikroskopik
memperlihatkan bahwa pati
beberapa sel tanaman terlihat
berupa granula-granula kecil.
Kimia Pangan 311
Lapisan terluar tiap-tiap granula
terdiri atas molekul-molekul pati
yang rapat berhimpitan pada air
dingin. Pati dari sumber-sumber
tanaman yang berbeda dicirikan
dengan bentuk granula dan
distribusi dari ukuran granula.
Granula-granula pati kentang dan
jagung terlihat pada gambar
berikut.
Granula pati jagung Granula pati kentang
Gambar 8.4. Tipe beberapa granula pati
Karakteristik Pati
Kenampakan dan Kelarutan
Pati berwarna putih, tidak
membentuk kristal powder
yang tidak larut dalam air
dingin.
Kemanisan
Berbeda dengan monosakarida
dan disakarida, pati dan
polisakarida lainnya tidak
memiliki rasa manis.
Hidrolisis
Hidrolisis pati terjadi
disebabkan oleh pengaruh
asam atau suatu enzim. Jika
pati dipanaskan dengan
penambahan asam akan
terpecah sempurna menjadi
molekul-molekul yang lebih
kecil, menghasilkan produk
akhir glukosa.
(C6H10O5)n + nH2O ..... nC6H12O6
Pati Air Glukosa
Pada kondisi tersebut terdapat
beberapa tahap reaksi. Sejumlah
besar molekul-molekul pati
pertama-tama akan terpecah
menjadi molekul- molekul yang
mempunyai rantai yang lebih
pendek terdiri dari unit-unit glukosa
yang dikenal sebagai dekstrin.
Selanjutnya dekstrin akan terpecah
menjadi molekul yang mempunyai
rantai yang lebih pendek terdiri dari
unit-unit glukosa yang dikenal
sebagai dekstrin. Selanjutnya
dekstrin akan terpecah menjadi
maltosa (mengandung dua unit
glukosa) dan akhirnya maltosa
akan terpecah menjadi glukosa.
Rangkaian tahap reaksi tersebut
dapat digambarkan secara
skematis sebagai berikut.
Kimia Pangan 312
Pati .... dekstrin .... maltosa .... glukosa
Hidrolisis pati dapat juga terjadi
oleh adanya pengaruh enzim.
Selama pencernaan, enzim amilase
memecah pati menjadi maltosa.
Amilase terdapat pada biji-bijian
yang sedang mengalami proses
germinasi, dan dikenal juga dengan
istilah diastase. Hal ini sangat
penting pada pembuatan roti dan bir
yang memproduksi gula (maltosa).
Pada proses ini enzim yang ada
pada yeast mampu memecah lebih
lanjut dan memproduksi karbon
dioksida dan alkohol.
Sirup glukosa komersial (glukosa
cair) diproduksi dengan cara
hidrolisis pati jagung
menggunakan asam hidroklorida
dan atau enzim amilase. Hidrolisis
tidak sempurna dan sirup yang
dihasilkan merupakan campuran
glukosa, maltosa dan unit-unit
glukosa dengan rantai yang lebih
panjang. Tingkat hidrolisis dari
sirup glukosa diukur dengan
ekuivalen dekstrosa (DE). Sirup
dengan DE tinggi mengandung
lebih banyak dekstrosa (glukosa)
dan oleh karena itu mempunyai
tingkat kemanisan yang tinggi.
Efek oleh adanya panas
Dengan adanya perlakuan panas,
maka pati akan mengalami
beberapa kajadian seperti
gelatinisasi dan dekstrinasi.
Gelatinisasi
Gelatinisasi melibatkan adanya air.
Jika suspensi pati dalam air
dipanaskan, air akan memenetrasi
ke dalam lapisan luar dari granulagranula
pada permulaannya akan
terjadi pengembangan. Kondisi ini
terjadi pada temperatur meningkat
dari 60°C sampai 80°C. Granula
akan mengembang sampai volume
mencapai kira-kira lima (5) kali dari
volume semula. Ukuran granula
meningkat, campuran menjadi viskus
(kental). Pada suhu kira-kira 80°C
granula pati akan terpecah dan
mengandung air yang terdispersi
ke dalamnya. Molekul-molekul
dengan rantai lebih panjang mulai
terlepas ikatannya dan campuran
pati air menjadi lebih viskus,
menjadi lengket dan membentuk sol.
Pada proses pendinginan, jika
proporsi pati terhadap air cukup
besar, molekul-molekul pati
membentuk jaringan dengan air
secara tertutup dalam ikatannya
sehingga memproduksi gel.
Keseluruhan proses tersebut dikenal
sebagai gelatinisasi pati dan
proses ini sangat penting di dalam
pengolahan. Sebagai contoh yang
memberi efek kental pada saus,
sup, adalah oleh adanya
penambahan tepung atau tepung
jagung. Kondisi ini juga penting
dalam pembuatan roti.
Kekuatan gel pati dipengaruhi oleh
beberapa faktor meliputi :
Proporsi pati dan air.
Semakin banyak pati, gel
semakin kuat
Proporsi amilosa dalam pati.
Amilosa membantu
pembentukan gel. Oleh karena
itu pati-pati yang kadar
Kimia Pangan 313
amilosanya tinggi dibutuhkan
untuk kekuatan gel. Pati-pati
yang berkadar amilopektin tinggi
contohnya pada pati-pati lilin,
hanya terbentuk gel pada
konsentrasi yang tinggi.
Keberadaan gula.
Gula berkompetisi atau bersaing
dengan pati untuk
memperebutkan air, sehingga
keberadaan gula mengurangi
kekuatan gel.
Keberadaan asam.
Asam menghidrolisis pati dan
mengurangi kekuatan gel pada
pembentukan pasta yang
viskus. Contoh kasus ini terjadi
pada lemon untuk isi pay.
Meskipun gel dari pati yang
mengandung amilosa adalah yang
terbaik, tetapi kestabilannya
rendah dibandingkan dengan patipati
yang mengandung amilopektin
tinggi. Molekul-molekul amilosa
mempunyai kecenderungan untuk
saling melepas dan gel yang
terbentuk menjadi opaq,
menyerupai busa. Perubahan ini
dikenal sebagai retrogradasi, dan
terjadi khususnya ketika bahan
makanan dibekukan dan kemudian
dicairkan (thawing). Pati-pati yang
mengandung amilopektin tinggi
misalnya pati jagung berlilin,
sebaiknya digunakan ketika
persiapan bahan makanan yang
akan diproses beku. Sebagai
alternatif, pati-pati yang merupakan
pati hasil modifikasi secara kimia
(chemically-modified starches)
secara luas digunakan dalam
industri makanan beku, pati-pati
tersebut tidak mudah mengalami
retrogradasi.
Pati-pati yang mengalami
pregelatinisasi digunakan pada
beberapa industri makanan. Patipati
ini dimasak dalam air
(gelatinisasi) dan kemudian
dikeringkan. Pati-pati ini digunakan
untuk campuran makanan penutup
mulut yang dimasak secara instan
(dessert instant).
Dekstrinasi
Dekstrinasi melibatkan panas
kering (dry heat). Beberapa
makanan yang mengandung pati,
juga mengandung sejumlah kecil
dekstrin. Pada proses pemanasan,
dekstrin mengalami polimerisasi
dan membentuk komponen yang
berwarna coklat yang dikenal
sebagai pirodekstrin. Piridoksin
berperan pada pembentukan
warna coklat pada beberapa
makanan yang dimasak misal
masakan yang dipanggang dan roti
kering (crust).
8..2.. Proteiin
Istilah Protein berasal dari kata
“protos” (Yunani), berarti yang
paling utama”, adalah senyawa
organik kompleks berbobot
molekul tinggi yang merupakan
polimer dari monomer-monomer
asam amino yang dihubungkan
satu sama lain dengan ikatan
peptida. Molekul protein mengandung
karbon, hidrogen, oksigen, nitrogen
dan kadang kala sulfur serta fosfor.
Protein berperan penting dalam
struktur dan fungsi semua sel
makhluk hidup dan virus.
Kimia Pangan 314
Kebanyakan protein merupakan
enzimatau subunit enzim. Jenis
protein lain berperan dalam fungsi
struktural atau mekanis, seperti
misalnya protein yang membentuk
batang dan sendi sitoskeleton.
Protein terlibat dalam sistem
kekebalan (imun) sebagai antibodi,
sistem kendali dalam bentuk
hormon, sebagai komponen
penyimpanan (dalam biji) dan juga
dalam transportasi hara. Sebagai
salah satu sumber gizi, protein
berperan sebagai sumber asam
amino bagi organisme yang tidak
mampu membentuk asam amino
tersebut (heterotrof).
Protein merupakan salah satu dari
biomolekul raksasa, selain
polisakarida, lipid, dan polinukleotida,
yang merupakan penyusun utama
makhluk hidup. Selain itu, protein
merupakan salah satu molekul yang
paling banyak diteliti dalam biokimia.
Protein ditemukan oleh Jöns Jakob
Berzelius pada tahun 1838.
Gambar 8.5. Jöns Jakob Berzelius
Sumbe: www. student.britannica.com
8.2.1. Struktur Protein
Bagaimana suatu protein dapat
memerankan berbagai fungsi
dalam sistem makhluk hidup?
Jawabnya adalah terletak pada
strukturnya. Struktur protein terdiri
atas empat macam struktur.
1. Struktur primer
Struktur ini terdiri atas asamasam
amino yang dihubungkan
satu sama lain secara kovalen
melalui ikatan peptida.
Informasi yang menentukan
urutan asam amino suatu
protein tersimpan dalam
molekul DNA dalam bentuk
kode genetik. Sebelum kode
genetik ini diterjemahkan
menjadi asam-asam amino
yang membangun struktur
primer protein, mula-mula kode
ini disalin kedalam bentuk kode
lain yang berpadanan dengan
urutan kode genetik pada DNA,
yaitu dalam bentuk molekul
RNA. Urutan RNA inilah yang
kemudian diterjemahkan
menjadi urutan asam amino
2. Struktur sekunder.
Pada struktur sekunder, protein
sudah mengalami interaksi
intermolekul, melalui rantai
samping asam amino. Ikatan
yang membentuk struktur ini,
didominasi oleh ikatan hidrogen
antar rantai samping yang
membentuk pola tertentu
bergantung pada orientasi
ikatan hidrogennya. Ada dua
jenis struktur sekunder, yaitu:
á-heliks dan â-sheet. â-sheet
itu sendiri ada yang paralel dan
Kimia Pangan 315
juga ada yang anti-paralel,
bergantung pada orientasi
kedua rantai polipeptida yang
membentuk struktur sekunder
tersebut.
3. Struktur tersier
Struktur ini terbentuk karena
struktur-struktur sekunder yang
dikemas sedemikian rupa
membentuk struktur tiga
dimensi. Struktur ruang ini
adalah struktur ketiga atau
struktur tersier. Disini interaksi
intra molekuler seperti ikatan
hidrogen, ikatan ion, van der
Waals, hidropobik dan lainnya
turut menentukan orientasi
struktur tiga dimensi dari
protein
4. Strukur kuartener
Banyak molekul protein yang
memiliki lebih dari satu struktur
tersier, dengan kata lain multi
subunit. Intraksi intermolekul
antar sub unit protein ini
membentuk struktur keempat/
kwaterner. Setiap subunit
protein dapat melakukan
komunikasi dan saling
mempengaruhi satu sama lain
melalui interaksi intermolekular.
Gambar 8.6. Tipe Struktur Protein :
(a) Struktur protein primer,
(b) Struktur protein sekunder
(c) Struktur protein tersier
(d) Struktur protein kuartener
Sumber : www.acessexcellence.org
8..2..2.. Siintesiis Proteiin
Biosintesis protein alami sama
dengan ekspresi genetik. Kode
genetik yang dibawa DNA
ditranskripsi menjadi RNA, yang
berperan sebagai cetakan bagi
translasi yang dilakukan ribosom.
Sampai tahap ini, protein masih
"mentah", hanya tersusun dari
asam amino proteinogenik.
Melalui mekanisme pascatranslasi,
terbentuklah protein yang memiliki
fungsi penuh secara biologi.
(a)
(b)
(c)
(d)
Kimia Pangan 316
Gambar 8.7. Sintesis Protein
Sumber : www.biocrawler.com
8..2..3.. Komposiisii Kiimiia dan
Kllasiifiikasii
Protein dibuat dari satu atau lebih
ikatan asam amino. Ikatan ini
disebut polypeptida sebab asam
amino berikatan bersama asam
amino yang disebut ikatan peptida.
Protein masuk ke dalam tubuh akan
dicerna dengan berbagai enzim
pencernaan untuk mendapatkan
hasil akhir asam amino. Asam
amino akan diserap ke dalam tubuh.
8..2..4.. Asam Amiino
Asam amino adalah senyawa organik
yang memiliki gugus fungsional
karboksil (-COOH) dan amina
(biasanya -NH2). Gugus karboksil
memberikan sifat asam dan gugus
amina memberikan sifat basa.
Asam amino terbagi kedalam asam
amino non esensial dan asam amino
esensial. Asam amino esensial
inilah yang harus diperoleh dari
makanan, karena tubuh tidak bisa
membuatnya sendiri. Istilah "asam
amino esensial" berlaku hanya
bagi organisme heterotrof.
Termasuk kelompok asam amino
esensial adalah isoleusin, leusin,
lisin, metionin, fenilalanin, treonin,
triptofan, dan valin. Histidin dan
arginin disebut "setengah
esensial" karena tubuh manusia
dewasa sehat mampu memenuhi
kebutuhannya. Asam amino
karnitin juga bersifat "setengah
esensial" dan sering diberikan
untuk kepentingan pengobatan.
Pada awal pembentukannya,
protein hanya tersusun atas 20
asam amino yang dikenal sebagai
asam amino dasar (proteinogenik).
Asam-asam amino inilah yang
disandi oleh DNA/RNA sebagai
kode genetik. Berikut adalah asam
amino penyusun protein),
dikelompokkan menurut sifat atau
struktur kimiawinya:
Kimia Pangan 317
Asam Amino Penyusun Protein
Sumber : www.matcmadison.edu
Kimia Pangan 318
8..2..5.. Fungsii Proteiin
Sumber : http://www.sabah.edu
Protein sangat penting sebagai
sumber asam amino yang
digunakan untuk membangun
struktur tubuh. Selain itu protein
juga bisa digunakan sebagai
sumber energi bila terjadi defisiensi
energi dari karbohidrat dan/atau
lemak. Apabila protein digunakan
sebagai sumber energi, akan
menghasilkan residu nitrogen yang
harus dikeluarkan dari tubuh.
Pada mamalia residu nitrogen
adalah urea, sedangkan pada
unggas disebut asam urat.
8..2..6.. Sumber Proteiin
Kita memperoleh protein dari
makanan yang berasal dari hewan
atau tumbuhan. Protein yang
berasal dari hewan disebut protein
hewani, sedangkan protein yang
berasal dari tumbuhan disebut
protein nabati. Beberapa makanan
sumber protein ialah daging, telur,
susu, ikan, beras, kacang, kedelai,
gandum, jagung, dan beberapa
buah-buahan.
Gambar 8.8. Bahan Makanan Berprotein
Tinggi
Sumber:
www.thompsonhighereducation.com
Bahan makanan sebagai sumber
energi akan mengandung protein
atau asam amino yang tinggi,
tetapi tidak semua bahan makanan
yang mengandung protein dan
asam amino yang tinggi dapat
seluruhnya dimanfaatkan oleh
tubuh, tergantung dari kualitas
proteinnya.
Tabel 8.2. Perbandingan Kadar
Protein Beberapa Bahan Makanan
Bahan Makanan Protein (%
Berat)
Susu skim kering
Kedelai
Kacang hijau
Daging
Ikan segar
Telur ayam
Jagung
Beras
Tepung singkong
36,00
35,00
22,00
19,00
17,00
13,00
9,20
6,80
1,10
Sumber : Daftar Komposisi Bahan
Makanan, Depkes 1979
Membentuk
antibodi
Membentuk beberapa komponen
penting seperti hormon, enzim dan
hemoglobin
Merangsang
pertumbuhan dan
penggantian
jaringan dan otot
Keseimbangan
kandungan air
Memelihara
keseimbangan
badan
Kimia Pangan 319
Protein yang berasal dari hewan
memiliki semua asam amino
esensial, hingga disebut protein
lengkap. Sedangkan sumber protein
nabati merupakan protein tidak
lengkap, senantiasa mempunyai
kekurangan satu atau lebih asam
amino esensial. Sebab itu cara
mengkonsumsinya harus
dikombinasikan agar saling
melengkapi. Perbedaan
kelengkapan itu mengakibatkan ia
hanya mampu memelihara jaringan
tubuh, sedangkan protein hewani
mampu memelihara jaringan tubuh
dan menjamin pertumbuhannya.
Agar asam aminonya layak disebut
sebagai protein lengkap, protein
nabati bisa dikomsumsi dengan
sesamanya. Misalnya padi-padian
(kaya dengan methionin) dengan
biji-bijian (kaya dengan lisin dan
triptofan). Dalam hal ini terdapat
pada nasi dengan tahu atau
perkedel jagung.
Protein hewani tetap penting bagi
tubuh dan tak dapat digantikan
seratus persen oleh protein nabati.
Jika dianggap terlalu mahal, cukup
mengkonsumsi sehari sekali,
misalnya ikan dan telur.
Kelebihan protein tidak baik,
karena dapat mengganggu
metabolisme protein yang berada
di hati. Ginjal pun akan terganggu
tugasnya, karena bertugas
membuang hasil metabolisme
protein yang tidak terpakai.
Kekurangan protein akan membuat
mudah merasa lelah, tekanan darah
turun, dan daya tahan terhadap
infeksi menurun. Pada anak-anak,
selain mudah terserang penyakit
kwashiorkor (kekurangan protein),
juga pertumbuhan dan tingkat
kecerdasannya akan terganggu
Gambar 8.9. Penderita Kwasiorkor
Sumber : www.bio.ilstu.edu
Karena sistem imunitas tubuh
sangat bergantung pada
tersedianya protein yang cukup,
maka anak-anak yang mengalami
kurang protein mudah terserang
infeksi seperti diare, infeksi saluran
pernapasan, TBC, polio, dan lainlain.
Kurang energi protein (KEP) dapat
dikategorikan dalam tiga jenis yaitu
ringan, sedang, dan berat. Busung
lapar terjadi karena KEP berat atau
gizi buruk. Seorang balita
dikatakan mengalami KEP berat
atau gizi buruk apabila berat badan
menurut umur kurang dari 60%
baku median WHO-NCHS
(Nutrition Child Health Statistic).
Atau berat badan menurut tinggi
badan kurang dari 70% baku
median WHO-NCHS.
Kimia Pangan 320
8..2..7.. Pengaruh proses
pengollahan pangan
terhadap mutu proteiin
Proses Pengolahan Susu
Proses pengolahan susu cair
dengan teknik sterilisasi atau
pengolahan menjadi susu bubuk
sangat berpengaruh terhadap mutu
sensoris dan mutu gizinya
terutama vitamin dan protein.
Terjadi kerusakan protein sebesar
30 persen pada pengolahan susu
cair menjadi susu bubuk.
Sebaliknya pengolahan susu cair
segar menjadi susu UHT sangat
sedikit pengaruhnya terhadap
kerusakan protein.
Kerusakan protein pada pengolahan
susu dapat berupa terbentuknya
pigmen coklat (melanoidin) akibat
reaksi Mallard (Reaksi pencoklatan
non enzimatik yang terjadi antara
gula dan protein susu akibat proses
pemanasan yang berlangsung
dalam waktu yang cukup lama
seperti pada proses pembuatan
susu bubuk). Dimana reaksi
pencoklatan tersebut menyebabkan
menurunnya daya cerna protein.
Proses pemanasan susu dengan
suhu tinggi dalam waktu yang
cukup lama juga dapat
menyebabkan terjadinya
rasemisasi asam-asam amino yaitu
perubahan konfigurasi asam amino
dari bentuk L ke bentuk D. Tubuh
manusia umumnya hanya dapat
menggunakan asam amino dalam
bentuk L. Proses rasemisasi
sangat merugikan dari sudut
pandang ketersediaan biologis
asam-asam amino di dalam tubuh.
Reaksi pencoklatan (Maillard) dan
rasemisasi asam amino telah
berdampak kepada menurunnya
ketersedian lisinpada produkproduk
olahan susu. Dimana
Penurunan ketersediaan lisin pada
susu UHT relatif kecil yaitu hanya
mencapai 0-2 persen, sedangkan
pada susu bubuk penurunannya
dapat mencapai 5-10 persen.
Tabel 8.3. Pengaruh Perlakuan
Panas Terhadap Kandungan Lisin
Susu Pasteuriasasi
Perlakuan panas Rata-rata
Kehilangan lisin *
Susu
pasteuriasasi
UHT langsung
UHT tidak
Langsung
Sterilisasi dalam
polyethylene
Sterilisasi dalam
gelas (kaca)
1,8
3,8
5,7
8,9
11,3
Sumber : Saleh (2004)
* (mean osses (%) of available lysine)
Proses Pembekuan daging
Pada daging yang mengalami
pembekuan, kehilangan nutrien
daging beku terjadi selama
penyegaran kembali, yaitu adanya
nutrien yang terlarut dalam air dan
hilang bersama cairan daging yang
keluar (eksudasi cairan) yang lazim
disebut drip. Jumlah nutrien yang
hilang dari daging beku bervariasi,
tergantung pada kondisi
pembekuan dan penyegaran
kembali. Nutrien (konstituen)
didalam cairan drip, antara lain
terdiri atas bermacam-macam
Kimia Pangan 321
garam, protein, peptida, asamasam
amino, asam laktat, purin,
dan vitamin yang larut dalam air,
termasuk vitamin B kompleks.
Selama penyimpanan beku dapat
terjadi perubahan protein otot.
Jumlah konstituen yang
terkandung didalam drip
berhubungan dengan tingkat
kerusakan sel pada saat
pembekuan dan penyimpanan
beku. Dua faktor yang
mempengaruhi jumlah drip yaitu :
(1) besarnya cairan yang keluar
dari daging, dan (2) faktor yang
berhubungan dengan daya ikat air
oleh protein daging.
Kerusakan protein merupakan
fungsi dan waktu dan temperatur
pembekuan. Jadi jumlah drip
cenderung meningkat dengan
meningkatnya waktu penyimpanan.
Misalnya, kerusakan protein
miofibrilar dan sarkoplasmik
meningkat pada temperatur
pembekuan -40oC dengan semakin
lamanya penyimpanan.
Laju pembekuan dan ukuran kristal
es yang terbentuk ikut menentukan
jumlah drip. Pada laju pembekuan
yang sangat cepat, struktur daging
tidak mengalami perubahan.
Sedangkan pada laju pembekuan
yang lambat, kristal es mulai terjadi
diluar serabut otot (ekstraselular),
pembentukan kristal es
ekstraselular berlangsung terus,
sehingga cairan ekstraselular yang
tersisa dan belum membeku akan
meningkat kekuatan fisiknya dan
menarik air secara osmotik dari
bagian dalam sel otot yang sangat
dingin. Air ini membeku pada
kristal es yang sudah terbentuk
sebelumnya dan menyebabkan
kristal es membesar.
Kristal-kristal yang besar ini
menyebabkan distorsi dan
merusak serabut otot serta
sarkolema. Kekuatan ionik cairan
ekstraselular yang tinggi, juga
menyebabkan denaturasi sejumlah
protein otot. Denaturasi protein
menyebabkan hilangnya daya ikat
protein daging, dan pada saat
penyegaran kembali terjadi
kegagalan serabut otot menyerap
kembali semua air yang
menaglami translokasi atau keluar
pada proses pembekuan.
8..3.. LEMAK DAN
MIINYAK
Lemak dan minyak dikenal juga
sebagai lipid, seperti halnya
karbohidrat lipid juga mengandung
elemen-elemen karbon, hidrogen,
dan oksigen. Lipid merupakan
ester dari gliserol dan asam lemak.
Gliserol merupakan trihidrat
alkohol mempunyai 3 grup –OH.
Formula umum dari asam lemak
(asam alkanoat) adalah R.COOH
dimana R merupakan representasi
dari rantai hidrokarbon. Tiap-tiap
grup –OH dari gliserol bereaksi
dengan COOH dari asam lemak
membentuk molekul lemak atau
minyak. Contoh reaksi kondensasi
ini tersaji pada gambar 8.10.
Kimia Pangan 322
Gambar 8.10. Reaksi kondensasi pada lemak
Lemak dan minyak merupakan
campuran trigliserida. Satu
trigliserida terdiri dari satu molekul
gliserol bergabung dengan 3
molekul asam lemak, seperti
digambarkan pada persamaan di
atas. Digliserida terdiri dari gliserol
berkombinasi dengan 2 molekul
asam lemak, dan di dalam
monogliserida hanya satu molekul
asam lemak. Digliserida dan
monogliserida digunakan sebagai
emulsifier.
Tipe paling sederhana dari
trigliserida adalah satu di dalam
semua 3 asam lemak yang sama.
Trigliserida biasanya mengandung
dua atau tiga asam lemak yang
berbeda dikenal sebagai campuran
trigliserida. Secara alami lemak
dan minyak merupakan campuran
dari campuran trigliserida dan oleh
karena itu mengandung satu asam
lemak yang berbeda. Di dalam
bahan pangan terdapat 40 asam
lemak yang berbeda.
Pada dasarnya ada dua tipe asam
lemak:
1. Asam lemak jenuh yang
mengandung rantai hidrokarbon
jenuh dengan hidrogen.
Gambar 8.11. Bagian asam lemak
dengan rantai hidrokarbon jenuh
hidrogen
2. Asam lemak tidak jenuh yang
mengandung rantai hidrokarbon
tidak jenuh hidrogen dan oleh
karenanya mempunyai satu
atau lebih ikatan ganda.
Asam lemak tidak jenuh dapat
berupa:
a. monounsaturated mengandung
satu ikatan ganda contoh :
asam oleat atau
b. polyunsaturated mengandung
lebih dari satu ikatan ganda
contoh : asam linoleat
Posisi atom-atom pada ikatan
ganda dapat bervariasi dan
bisa asam lemak
monounsaturated maupun
polyunsaturated pada posisi:
a. asam lemak cis, dengan 2
atom hidrogen pada sisi
yang sama dari iaktan
ganda
Kimia Pangan 323
b. asam lemak trans, dengan
atom-atom hidrogen pada
posisi berlawanan secara
geometrik dari ikatan ganda.
Untuk memperjelas posisi asam
lemak cis dan trans dapat dibuat
skema sebagai berikut.
Beberapa informasi penting asam
lemak tersaji pada tabel berikut.
Tabel 8.4. Beberapa informasi penting asam lemak
Tipe Nama Formula
Jumlah
ikatan
rangkap
Terdapat pada
Saturated Asam
butirat
C3H7COOH 0 Milk and butter
Asam
palmitat
C13H31COOH 0 Terdapat secara luas
pada bahan pangan,
khususnya pada lemaklemak
solid
Asam
stearat
C17H35COOH 0 sda
Monoun
saturated
Asam
Oleat
C17H33COOH 1 Terdapat pada lemak
dan minyak
Polyun
saturated
Asam
linoleat
C17H31COOH 2 sda
Asam
linolenat
C17H29COOH 3 Ditemukan utamanya
pada lemak sayuran
dan lemak ikan
Lemak dan minyak secara umum
mempunyai struktur kimia yang
sama. Pada umumnya
kata ”lemak” digunakan untuk
merujuk campuran trigliserida yang
pada temperatur kamar berbentuk
padat. Sedangkan kata ”minyak”
merujuk campuran trigliserida yang
pada temperatur kamar berbentuk
cair. Perbedaan antara lemak dan
minyak terletak pada keberadaan
asam lemak, dapat dijelaskan
sebagai berikut. Lemak
mengandung sejumlah besar
proporsi asam lemak jenuh yang
terdistribusi diantara trigliserida.
Minyak proporsi asam lemak tidak
jenuhnya banyak. Keberadaan
asam lemak-asam lemak yang
tidak jenuh menurunkan slip point,
contoh temperatur pada saat awal
meleleh pada minyak dan lemak.
Secara umum, lemak diperoleh
dari sumber-sumber hewani dan
minyak dari sumber-sumber nabati.
Baik lemak dan minyak
mengandung sejumlah kecil
komponen non-trigliserida,
komplek asam lemak mengandung
phosphat, yang dikenal sebagai
phospholipid.
Tingkat ketidakjeuhan misalnya
jumlah ikatan rangkap dari lemak
atau minyak dapat diukur dikenal
dengan istilah angka iodin. Suatu
molekul iodin (I2) akan bereaksi
dengan setiap ikatan rangkap,
Kimia Pangan 324
kemudian minyak tidak jenuh
mempunyai angka iodin yang lebih
tinggi dibanding lemak jenuh.
Minyak sayuran sebaiknya tidak
dibuat rancu dengan baik minyak
mineral maupun minyak esensial.
Minyak mineral diperoleh dari
minyak kasar dan merupakan
campuran hidrokarbon. Minyak
esensial diperoleh di dalam
tanaman tetapi tidak trigliserida.
Mereka adalah komponen organik
yang mudah menguap, misalnya
mereka mudah terevaporasi, dan
bertanggung jawab pada flavor
beberapa bumbu/rempah dan
beberapa makanan lainnya.
Contohnya eugenol, bertanggung
jawab pada flavor cengkeh.
Negara-negara yang makanan
utamanya roti, kebutuhan akan
lemak-lemak yang dapat dioleskan
lebih banyak dibanding untuk
minyak cair. Sejak minyak-minyak
sayur lebih mudah tersedia
dibandingkan lemak-lemak hewan,
lebih banyak minyak sayur yang
diproduksi di dunia dikonversi
menjadi lemak melalui proses
hidrogenasi. Hidrogenasi
merupakan penambahan hidrogen
pada ikatan rangkap. Asam lemak
tidak jenuh diubah menjadi suatu
asam lemak jenuh. Pada cara ini
minyak-minyak sayur dapat
digunakan di dalam industri
margarin dan lemak untuk
pengolahan.
Karakteristik Lemak dan
Minyak
1. Kelarutan
Lemak dan minyak tidak larut
dalam air. Namun demikian oleh
adanya substansi yang dikenal
dengan emulsifying agent,
substansi ini mampu membentuk
campuran yang stabil antara lemak
dan air. Campuran ini dikenal
dengan nama emulsi. Tipe emulsi
bisa berupa emulsi lemak dalam
air contoh susu, atau emulsi air
dalam lemak, contohnya butter.
Lemak dan minyak larut dalam
pelarut organik seperti petrol, eter,
dan karbon tetraklorit. Pelarut
dengan tipe seperti ini dapat
digunakan untuk menghilangkan
noda lemak pada pakaian.
2. Efek panas
Lemak oleh adanya perlakuan
panas, terdapat tiga temperatur
yang dapat menyebabkan
terjadinya perubahan.
a. Titik leleh (melting- point)
Lemak akan meleleh jika
dipanaskan. Lemak yang
merupakan campuran trigliserida,
maka tidak mempunyai titik leleh
(melting-point) yang jelas tetapi
meleleh di atas kisaran temperatur..
Temperatur awal lemak meleleh
disebut slip point. Lemak meleleh
pada temperatur antara 30-40°C.
Titik leleh dari minyak dibawah
temperatur udara normal. Semakin
banyak ikatan rangkap yang
dikandung lemak menurunkan
melting point.
Kimia Pangan 325
b. Titik asap (smoke-point)
Ketika lemak atau minyak
dipanaskan pada temperatur
tertentu mulai terjadi penguraian,
memproduksi asap berwarna biru
dan timbul karakteristik aroma
yang tajam. Kebanyakan lemak
dan minyak mulai membentuk
asap pada temperature sekitar
200°C. Titik asap untuk lemak babi
185°C dan untuk minyak jagung
232°C. Secara umum minyak dari
sayuran mempunyai titik asam
lebih tinggi dibandingkan lemak
hewan. Dekomposisi dari
trigliserida menghasilkan sejumlah
kecil gliserol dan asam-asam
lemak. Gliserol terdekomposisi
lebih lanjut memproduksi suatu
komponen yang dikenal sebagai
acrolein. Dekomposisi ini bersifat
tidak dapat balik, dan ketika
menggunakan lemak dan minyak
untuk deep frying, temperatur
penggorengan sebaiknya dijaga di
bawah titik asap. Titik asap
bermanfaat mengukur dan menguji
kualitas lemak-dan minyak untuk
tujuan penggorengan.
Pemanasan berulang dari lemak
dan minyak atau adanya partikel
makanan yang terbakar akan
mengurangi nilai titik asap.
Pemanasan berulang juga akan
menyebabkan perubahan oksidatif
dan hidrolitik pada lemak dan
menghasilkan akumulasi substansi
yang memberikan efek flavor yang
tidak dikehendaki pada bahanbahan
pangan yang dimasak di
dalam lemak.
c. Flash-Point
Ketika lemak dipanaskan dengan
temperature sangat tinggi, uap
(vapour) akan keluar secara
spontan ignite. Temperatur
tersebut dikenal sebagai flashpoint.
Untuk minyak jagung flash
point 360°C. Api lemak tersebut
jangan pernah di put out dengan
air. Hal ini hanya akan meratakan
api. Panas sebaiknya dimatikan
dan oksigen
8..4.. E N Z II M
Enzim dihasilkan oleh sel-sel hidup,
baik hewani maupun nabati. Bila
digabungkan dengan bahan
organik tertentu maka bisa
mengubah susunan menjadi
persenyawaan yang lebih
sederhana, namun enzim itu tidak
turut berubah. Sehingga enzim
dikenal memiliki peran sebagai
biokatalisator/katalisator organik
yang dihasilkan oleh sel.
Enzim sangat penting dalam
kehidupan dan tidak ada
organisme tumbuhan atau hewan
yang dapat hidup tanpa enzim,
contohnya tepung tidak akan
memiliki sifat-sifat tertentu bila
dalam biji gandum tidak ada enzim.
Struktur enzim terdiri atas :
Apoenzim, yaitu bagian enzim
yang tersusun atas protein,
yang akan rusak bila suhu
terlampau panas (termolabil).
Gugus Prostetik (Kofaktor),
yaitu bagian enzim yang tidak
tersusun atas protein, tetapi
dari ion-ion logam atau
Kimia Pangan 326
molekul-molekul organik yang
disebut Koenzim. Molekul
gugus prostetik lebih kecil dan
tahan panas (termostabil), ionion
logam yang menjadi
kofaktor berperan sebagai
stabilisator agarenzim tetap
aktif.
Enzim mengatur kecepatan dan
kekhususan ribuan reaksi kimia
yang berlangsung di dalam sel.
Walaupun enzim dibuat di dalam
sel, tetapi untuk bertindak sebagai
katalis tidak harus berada di dalam
sel. Reaksi yang dikendalikan oleh
enzim antara lain ialah respirasi,
pertumbuhan dan perkembangan,
kontraksi otot, fotosintesis, fiksasi,
nitrogen, dan pencernaan.
8..4..1.. Siifat-siifat Enziim
Enzim mempunyai sifat-sifat
sebagai berikut:
1. Biokatalisator, mempercepat
jalannya reaksi tanpa ikut
bereaksi.
2. Thermolabil; mudah rusak, bila
dipanasi lebih dari suhu 60º C,
karena enzim tersusun dari
protein yang mempunyai sifat
thermolabil.
3. Merupakan senyawa protein
sehingga sifat protein tetap
melekat pada enzim.
4. Dibutuhkan dalam jumlah
sedikit, sebagai biokatalisator,
reaksinya sangat cepat dan
dapat digunakan berulang-ulang.
5. Bekerjanya ada yang di dalam
sel (endoenzim) dan di luar sel
(ektoenzim), contoh ektoenzim:
amilase,maltase.
6. Umumnya enzim bekerja
mengkatalisis reaksi satu arah,
meskipun ada juga yang mengkatalisis
reaksi dua arah, contoh:
lipase, mengkatalisis pembentukan
dan penguraian lemak.
lipase
Lemak + H2O —> Asam lemak + Gliserol
7. Bekerjanya spesifik; enzim
bersifat spesifik, karena bagian
yang aktif ( permukaan tempat
melekatnya substrat) hanya
setangkup dengan permukaan
substrat tertentu.
Gambar 8.12. Cara Kerja Enzim yang
Spesifik
Sumber : www.biyolojiegitim.yyu.edu.tr
8. Umumnya enzim tak dapat
bekerja tanpa adanya suatu zat
non protein tambahan yang
disebut kofaktor.
Pada reaksis enzimatis terdapat
zat yang mempengaruhi reaksi,
yakni aktivator dan inhibitor,
aktivator dapat mempercepat
jalannya reaksi, contoh aktivator
enzim : ion Mg2+, Ca2+, zat organik
seperti koenzim-A. Inhibitor akan
menghambat jalannya reaksi
enzim. Contoh inhibitor: CO,
Arsen, Hg, dan Sianida.
Kimia Pangan 327
Tiap enzim memerlukan suhu dan
pH (tingkat keasaman) optimum
yang berbeda-beda karena enzim
adalah protein, yang dapat
mengalami perubahan bentuk jika
suhu dan keasaman berubah. Di
luar suhu atau pH yang sesuai,
enzim tidak dapat bekerja secara
optimal atau strukturnya akan
mengalami kerusakan. Hal ini akan
menyebabkan enzim kehilangan
fungsinya sama sekali.
Enzim adalah suatu katalisator
biologis yang dihasilkan oleh selsel
hidup dan dapat membantu
mempercepat bermacam-macam
reaksi biokimia. Enzim yang
terdapat dalam makanan dapat
berasal dari bahan mentahnya
atau mikroba yang terdapat pada
makanan tersebut.
Bahan makanan seperti daging,
ikan susu, buah-buahan dan bijibijian
mengandung enzim tertentu
secara normal ikut aktif bekerja di
dalam bahan tersebut. Enzim
dapat menyebabkan perubahan
dalam bahan pangan. Perubahan
itu dapat menguntungkan ini dapat
dikembangkan semaksima mungkin,
tetapi yang merugikan harus
dicegah. Perubahan yang terjadi
dapat berupa rasa, warna, bentuk,
kalori, dan sifat-sifat lainnya.
Mikroba merupakan sumber
penting dari beberapa jenis enzim.
Sebagai sumber enzim, mikroba
memiliki beberapa kelebihan jika
dibandingkan dengan hewan
maupun tanaman, yaitu :
Produksi enzim pada mikroba
lebih murah
Kandungan enzim dapat
diprediksi dan dikontrol
Pasokan bahan baku terjamin,
dengan komposisi konstan dan
mudah dikelola.
Jaringan tanaman maupun
hewan mengandung bahan
yang kemungkinan berbahaya
seperti senyawa fenolik (pada
tanaman), inhibitor enzim dan
protase.
Enzim mikroba dapat
disekresikan ke luar sel
sehingga memudahkan proses
isolasi dan pemurniannya.
Setidaknya ada tiga keuntungan
berkaitan dengan enzim ekstra sel:
Tidak memerlukan proses
penghancuran sel saat
memanen enzim (proses
penghancuran sel tidak selalu
mudah dilakukan dalam skala
besar).
Secara alami enzim disekresikan
keluar sel umumnya terbatas
jenisnya, menunjukkan enzim
ekstrim sel terhindar dari
kontaminasi berbagai jenis
protein.
Secara alami enzim disekresikan
keluar sel umumnya lebih tahan
terhadap proses denaturasi.
Tabel 8.5. Beberapa enzim penting
dari hewan.
Enzim Sumber Industri
Pengguna
Katalase Hati makanan
Kemotripsin Pankreas kulit
Lipase Pankreas makanan
Rennet Abomasum keju
Tripsin Pankreas kulit
Sumber : Winarno (1989)
Kimia Pangan 328
Tabel 8.6. Beberapa enzim penting
dari tanaman.
Enzim Sumber Industri
Pengguna
A
ktinidin Buah kiwi makanan
a
- amilase Kecambah
barley
bir
ß - amilse Kecambah
barley
bir
Bromelin Getah
nanas
bir
ß - glukonase Kecambah
barley
bir
hicin Getah hg makanan
Lipoksigenase Kacang
kedelai
makanan
Papain Getah
pepaya
daging
Sumber : Winarno (1989)
8..4..2.. Peranan Enziim dallam
Biidang Pangan
a. Peranan Enzim dalam
Adonan Roti
Ada dua jenis enzim yang sangat
penting, yaitu diastase dan
protease. Diastase adalah suatu
enzim kombinasi dari á dan â
amylase, dan berfungsi mengubah
pati yang rusak menjadi gula
maltose. Sehingga bila butir-butir
pati rusak atau kurang tahan
disenyawakan dengan diastase,
maka á amylase akan mengubah
pati menjadi dekstrin, sedangkan â
amylase akan mengubah dekstrin,
mengakibatkan pati hancur menjadi
gula maltosa. Selanjutnya gula
maltosa diubah oleh enzim maltose
menjadi gula biasa, yang bila
diasimilasikan dengan ragi akan
menghasilkan karbondioksida yang
dapat mengembangkan adonan,
alkohol dan sejumlah kecil bahan
lain seperti asam.
Enzim protease berfungsi
melembekkan, melembutkan atau
menurunkan gluten yang
membentuk protein. Sehingga bila
ingin memperoleh adonan roti yang
baik maka sedikit enzim protease
perlu ditambahkan.
b. Peranan enzim dalam
pengolahan daging
Beberapa enzim yang penting
dalam pengolahan daging adalah
bromelin dari nenas dan papain
dari getah buah atau daun pepaya.
Enzim Bromalin
Didapat dari buah nenas, digunakan
untuk mengempukkan daging.
Aktifitasnya dipengaruhi oleh
kematangan buah, konsentrasi
pemakaian dan waktu penggunaan.
Untuk memperoleh hasil yang
maksimum sebaiknya digunakan
buah yang muda. Semakin banyak
nenas yang digunakan, semakin
cepat proses bekerjanya.
Enzim Papain
Berupa getah pepaya, disadap dari
buahnya yang berumur 2,5~3
bulan. Dapat digunakan untuk
mengempukan daging, bahan
penjernih pada industri minuman
bir, industri tekstil, industri
penyamakan kulit, industri
pharmasi dan alat-alat kecantikan
(kosmetik) dan lain-lain. Enzim
papain biasa diperdagangkan
Kimia Pangan 329
dalam bentuk serbuk putih
kekuningan, halus, dan kadar
airnya 8%. Enzim ini harus
disimpan dibawah suhu 60 °C.
Pada 1 (satu) buah pepaya dapat
dilakukan 5 kali sadapan. Tiap
sadapan menghasilkan ± 20 gram
getah. Getah dapat diambil setiap
4 hari dengan jalan menggoreskan
buah tersebut dengan pisau.
8..5.. Viitamiin dan Miinerall
8..5..1.. Viitamiin
Menurut deMan (1999) vitamin
adalah komponen minor makanan
yang memainkan peranan penting
dalam nutrisi manusia. Vitaminvitamin
sintetik penggunaannya
telah berkembang luas untuk
menggantikan kehilangan tersebut
dan menjaga jumlahnya dalam
makanan.
Semua makhluk hidup
membutuhkan vitamin, tetapi tidak
setiap vitamin yang ditemukan
dibutuhkan oleh semua hewan.
Tanaman (termasuk khamir dan
bakteri) dapat membuat vitamin
yang dibutuhkannya, tetapi hewan
harus mensuplai kebanyakan
vitamin dari makanan. Selain itu,
ada perbedaan antara kebutuhan
manusia akan vitamin dengan hewan.
Bogert (1960) dalam bukunya yang
berjudul Nutrition and Physical
Fitness memaparkan bahwa
vitamin sebagai suatu zat pengatur
tubuh, memiliki fungsi sebagai
berikut:
a. memacu pertumbuhan;
b. memacu kemampuan
memproduksi keturunan yang
sehat;
c. memelihara kesehatan dan
kekuatan melalui peningkatan:
fungsi normal dari saluran
pencernaan,
nutrisi normal, khususnya
penggunaan elemen mineral
dan oksidasi karbohidrat,
stabilitas urat syaraf,
kesehatan jaringan-jaringan
dan ketahanan terhadap
infeksii bakteri.
Vitamin berbeda dengan elemenelemen
mineral karena vitamin
merupakan zat organik, beberapa
di antaranya merupakan senyawa
kompleks. Vitamin juga berbeda
dengan hormon karena
kebanyakan tidak dapat disintesis
oleh tubuh sehingga harus disuplai
dari makanan.
A. Klasifikasi dan Nomenklatur
Sebelum mengetahui susunan
kimianya, vitamin diberi nama
menurut abjad ( A, B, C, D, E, dan
K). Vitamin B ternyata terdiri atas
beberapa unsur vitamin.
Penelitian- penelitian kemudian
membedakan vitamin berdasarkan
kelarutannya, yang dapat
diklasifikasikan menjadi dua
kelompok utama (Almatsier, 2004 ).
Vitamin yang larut dalam lemak
Vitamin larut lemak adalah yang
absorpsinya dalam tubuh
tergantung pada absorspsi normal
lemak dari diet. Vitamin yang larut
dalam lemak ditemukan terutama
dalam makanan-makanan
Kimia Pangan 330
berlemak, seperti hati, mentega,
kuning telur, dan lain-lain.
Yang digolongkan dalam vitamin
ini adalah :
Vitamin A
Vitamin D
Vitamin E
Vitamin K
Vitamin yang larut dalam air
Vitamin yang larut dalam air lebih
banyak terdapat dalam buahbuahan
dan sayur-sayuran, bijibijian
utuh dan kacang-kacangan,
serta daging tanpa lemak,
sedangkan susu mengandung
kedua kelompok vitamin tersebut
(Bogert,1960).
Yang digolongkan dalam vitamin
ini adalah :
Vitamin C
Vitamin B1
Vitamin B2
Vitamin B3
Vitamin B6
Asam Folat
Asam Pantotenat
Biotin
Vitamin B12
Vitamin P
Tabel 8.7. Sifat-sifat umum vitamin larut lemak dan vitamin larut air
Vitamin larut lemak Vitamin larut air
Larut dalam lemak dan pelarut lemak Larut dalam air
Kelebihan konsumsi dari yang
dibutuhkan disimpan dalam tubuh
Simpanan sebagai kelebihan
kebutuhan sangat sedikit
Dikeluarkan dalam jumlah kecil
melalui empedu
Dikeluarkan melalui urin
Gejala defisiensi berkembang
lambat
Gejala defisiensi sering terjadi
dengan cepat
Tidak selalu perlu ada dalam
makanan sehari-hari
Harus selalu ada dalam makanan
sehari-hari
Mempunyai prekursor atau provitamin Umumnya tidak mempunyai prekursor
Hanya mengandung unsur-unsur C,
H, dan O
Selain C, H, dan O mengandung N,
kadang-kadang S dan Co
Diabsorpsi melalui sistem limfe Diabsorpsi melalui vena porta
Hanya dibutuhkan oleh organisme
kompleks
Dibutuhkan oleh organisme
sederhana dan kompleks
Beberapa jenis bersifat toksik pada
umlah relatif rendah (6-10 X GA)
Bersifat toksik hanya pada dosis
tinggi/megadosis (>10 x KGA)
Sumber : Almatsier, 2004
Beberapa vitamin berfungsi
sebagai bagian dari koenzim, yang
tanpa vitamin itu enzim tersebut
tidak efektif sebagai biokatalis.
Koenzim seperti itu seringkali
adalah bentuk vitamin yang
difosforilasi dan berperan dalam
metabolisme lemak, protein, dan
Kimia Pangan 331
karbohidrat. Beberapa vitamin
terdapat dalam makanan sebagai
provitamin – senyawa yang bukan
vitamin tetapi dapat diubah oleh
tubuh menjadi vitamin. Pada
Gambar 8.13 diperlihatkan vitaminvitamin
yang terkandung dalam
makanan serta fungsinya secara
umum dalam tubuh.
Gambar 8.13. Jenis dan fungsi vitamin secara umum dalam tubuh
Kekurangan vitamin telah lama
dikenal mengakibatkan penyakit
defisiensi yang serius. Sekarang
diketahui juga bahwa kelebihan
dosis vitamin tertentu, terutama
vitamin yang larut dalam lemak,
dapat mengakibatkan keracunan
yang serius. Karena alasan ini,
penambahan vitamin ke dalam
makanan harus dikendalikan
secara hati-hati (Almatsier, 2004).
B. Kebutuhan dan Sumber
Makanan Berbagai Macan
Vitamin
Tabel 8.8. Kebutuhan Vitamin Larut Lemak Berdasarkan Peraturan RDA
Age Energy Protein Vit. A Vit. D Vit. E Vit. K
k. cal g IU *ug RE IU *ug IU *mg TE *ug
Anak-
anak 4-6 1,800 30/24 2,500 500 400 5 9 7 -/20
7-10 2,400/
2,000 36/28 3,300 500 400 5 10 7 -/30
Laki-laki 15-18 3,000 54/59 5,000 1,000 400 5 15 10 -/65
19-24 3,000/
2,900 54/58 5,000 1,000 400 5 15 10 -/70
25-50 2,700 56/63 5,000 1,000 - 5 15 10 -/80
50+ 2,400 56/63 5,000 1,000 - 10 15 10 -/80
Wanita 15-18 2,100 48/44 4,000 800 400 5 12 8 -/55
19-24 2,100 46/46 4,000 800 400 5 12 8 -/60
25-50 2,000 46/50 4,000 800 - 5 12 8 -/65
50+ 1,800 46/50 4,000 800 - 10 12 8 -/65
Sumber : Http://www.anyvitamins.com/rda.htm
Kimia Pangan 332
Tabel 8.9. Kebutuhan Vitamin Larut Air Berdasarkan Peraturan RDA
Age Ascorbic
Acid
Folacin/
Folate Niacin Riboflavin Thiamine Vit. B6 Vit. B12 Vitamin P
mg mcg mg mg mg mg mcg mg
Anak-
anak 4-6 40/45 200/75 12 1.1 0.9 0.9/1.1 1.5/1.0 0-6 bulan 1
7-10 40/45 300/100 16/13 1.2 1.2/1.0 1.2 2.0/1.4 6-12 bulan 3
Laki-laki 15-18 45/60 400/200 20 1.8 1.5 2.0 3.0/2.0 1-18 tahun 5-10
19-24 45/60 400/200 20/19 1.8/1.7 1.5 2.0 3.0/2.0 18 tahun
keatas 10-25
25-50 45/60 400/200 18/19 1.6/1.7 1.4/1.5 2.0 3.0/2.0 Hamil dan
menyusui
25
50+ 45/60 400/200 16/15 1.5/1.4 1.2 2.0 3.0/2.0
Wanita 15-18 45/60 400/180 14/15 1.4/1.3 1.1 2.0/1.5 3.0/2.0
19-24 45/60 400/180 14/15 1.4/1.3 1.1 2.0/1.6 3.0/2.0
25-50 45/60 400/180 13/15 1.2/1.3 1.0/1.1 2.0/1.6 3.0/2.0
50+ 45/60 400/180 12/13 1.1/1.2 1.0 2.0/1.6 3.0/2.0
Ket : * Golongan pertama menunjukkan daftar RDA yang lama, sementara kelompok
kedua menunjukkan daftar DRI yang terbaru.
Sumber : Http://www.anyvitamins.com/rda.htm
Tabel 8.10. Sumber Vitamin pada Berbagai Bahan Makanan
VITAMIN A VITAMIN D VITAMIN E VITAMIN K VITAMIN C
SUMBER SUMBER SUMBER SUMBER SUMBER
Hati sapi 13.170 Hati (sapi,
babi)
2 – 5 Hati sapi 0,9-1,6 Kubis
putih
70 Daun
singkong
275
Minyak
ikan
24.000 Telur 44 Daging anak
lembu, tidak
berlemak
0,9 Kubis
merah
18 Daun
katuk
200
Minyak
klp. sawit
18.000 Susu 0,9 Ikan
haring
1,8 Kembang
kol
23 Daun
melinjo
150
Wortel 3.600 Mentega 2-40 Ikan
makarel
1,6 Wortel 5 Daun
papaya
140
Daun
pepaya
5.475 Keju 12-47 Kepiting
beku
5,9 Madu 25 Sawi 102
Daun
lamtoro
5.340 M. ikan 2500 Susu 0,02-
0,15
Hati
ayam
13 Kol 50
Daun
Katuk
3.111 Keju 0,4 Hati babi 111 Kol
kembang
65
Daun
Melinjo
3.000 Telur 0,5-1,5 Susu 8 Bayam 60
Daun
talas
3.118 Kuning
telur
3,0 K.
polong
50 Kemangi 50
Ubi jalar
merah
2.310 Kubis 2-3 Kentang 10 Tomat
masak
40
Minyak hati
ikan hiu
2.100 Gandum 7-10 Bayam 161 Kangkung 30
RE
µg/100 g
Ìg/1000 G
Bagian Dpt Dimakan
Total Tokoferol
Sbg Á-Tokoferol
(Mg/100 G)
Units/100 Gram Mg/100 Gram
Sumber : Komposisi zat gizi Pangan Indonesia, Depkes 1990
Kimia Pangan 333
VITAMIN B1 VITAMIN B2 VITAMIN B3 VITAMIN B6 ASAM FOLAT
SUMBER SUMBER SUMBER SUMBER SUMBER
Ragi 6000 Susu tanpa
lemak
1,8 Kacang
tanah lokal
13,0 Daging
sapi
0,42 Daging
sapi, rebus
0,03
Beras
tumbuk
0,34 Hati
ayamk
1,42 Teri nasi
kering
9,7 Hati sapi 0,82 Daging
ayam,
panggang
0,07
Beras
giling
0,26 Susu
segar
0,14 Sardin 7,6 Hati ayam 0,72 Cod,
goreng
0,16
Beras
merah
0,34 Es krim 1,20 Ikan
kembung
6,5 Jantung
sapi
0,36 Telur,
rebus
0,30
Beras ketan
hitam
tumbuk
0,24 Keju putih 0,35 Ikan
bandeng
5,8 Jantung
ayam
0,28 Kol
brusel,
rebus
0,20
Jagung
kuning
0,12 Kacang
kedelai
0,12 Udang
segar
2,2 Ginjal 0,39 Kol, rebus 0,11
Havermout 0,60 Tahu 0,10 Petis
udang
2,2 Ikan tuna 0,92 Slada 2,00
Roti gandum
utuh
0,14 Daging
sapi
0.31 Ayam 8,0 Kuning
telur
0,31 Kentang,
rebus
0,12
Roti biasa 0,10 Telur
ayam
0,38 Daging
babi
8,6 Beras
pecah kulit
0,62 Bayam,
rebus
0,29
Ubi jalar
merah
0,13 Telur
bebek
0,37 Daging
sapi
4,5 Kacang
tolo
0,42 Tomat 0,18
Mg/100 Gram Mg/100 Gram Mg/100 Gram Mg/100 Gram µg/g
ASAM PANTOTENAT BIOTIN B12 VITAMIN P
SUMBER SUMBER SUMBER SUMBER
Daging sapi,
tak berlemak
10 Susu 1,1-3,7 Otot sapi 0,25-3,4 µ/100 g Kelompok buah
sitrus (jeruk)
termasuk lemon,
limau, jeruk
nipis, grape fruit,
jeruk bali ,
pepaya, ceri,
anggur, apricot,
plum, blackberry.
Kelompok
sayuran, parika
hijau, brokoli,
tomat, bawang
merah dan
bawang putih
Gandum 11 Tomat 1 Hati sapi 14-152 µg/g
Kentang 6,5 Kacang
lebar
3 Susu 3,2-12,4 µg/l
Kacang
polong
20-22 Keju 1,1-7,6 Kerang 600 970 µ/100g
(bobot kering)
Tomat 1 Gandum 5,2 Kuning
telur
0,28-1,556
Jeruk 0,7 Daging sapi 2,6
Walnut 8 Hati sapi 96
Susu 1,3-4,2 Slada 3,1
Hati sapi 25-60 Jamur 16
Telur 8-48 Kentang 0,6
Bayam 6,9
µg/ gram µg/ 100 gram µg/100gram
Sumber : Komposisi zat gizi Pangan Indonesia, Depkes 1990
Kimia Pangan 334
C. Vitamin Larut Lemak
1. Vitamin A
a. Klasifikasi dan Struktur Kimia
Istilah vitamin A digunakan untuk
menamakan dua jenis senyawa
yaitu retinol dan dehidroretinol.
Retinol (C20H29OH) merupakan
isoprenoid poliene alkohol, disebut
juga vitamin A1, akseroptol, biosterol,
dan ophthalamin, merupakan
vitamin antiseropthalmia, senyawa
pelindung epitel, dan vitamin
antiinfeksi. Strukturnya berupa
alkohol siklik tidak jenuh dengan
20 atom C dan 5 konjugat
berikatan rangkap.
Rumus struktur vitamin A disajikan
dalam Gambar 8.14 dan
menunjukkan sifat ketidakjenuhan
vitamin A. Senyawa yang berupa
alkohol ini terdapat di alam
terutama dalam bentuk ester asam
lemak. Bentuk semua –trans
paling aktif secara biologi. Isomer,
13-cis, dikenal sebagai neo-vitamin
A, aktivitas biologisnya hanya
sekitar 75% dari bentuk semua –
trans (deMan, 1999).
CH3 C H3 CH2OR
CH3 CH3
CH3
Gambar 8.14.. Rumus sturktur vitamin A
ãâDehidroretinol disebut juga
vitamin A2 (C20H27OH) dapat
dibedakan dari vitamin A1, di
antaranya:
vitamin A2 mempunyai 6
konjugat etilen, sedangkan
vitamin A1 hanya 5;
vitamin A2 mempunyai aktivitas
biologis sekitar 40% retinol;
dalam alkohol, absorbansi
maksimum vitamin A1 pada 325
– 328 nm, sedangkan vitamin
A2 345 – 350 nm.
Pigmen karotenoid yang ditemukan
dalam tanaman merupakan
prekursor vitamin A disebut
sebagai provitamin A. Dewasa ini
telah dikenal 10 jenis provitamin A
yang terdapat di alam, yaitu á-, â-,
dan ã-karoten, kriptosantin,
ekhinenon, mixoxantin, leproten,
aphanin, aphanisin, dan â-apo-8'-
karotenal. Diduga masih terdapat
provitamin A lain yang belum
ditemukan pada saat ini.
Dari ke-10 provitamin A tersebut,
yang paling penting adalah â-
karoten.
Rumus struktur beberapa
provitamin A ditunjukkan dalam
Gambar 8.15.
Kimia Pangan 335
CH3 C H3
CH3
CH3 CH3
CH3
CH3
C H3 CH3
CH3 C H3
CH3
CH3 CH3
R
CH3
CH3
Gambar 8.15. Rumus struktur beberapa provitamin A (a) â-karotena, dan (b)
apokarotenal (R = CHO) dan ester asam apokarotenoat (R = COOC2H5)
b. Kebutuhan dan Defisiensi
Vitamin A
Kebutuhan vitamin A berbedabeda
yang antara lain disebabkan
oleh faktor jenis kelamin dan usia,
serta kondisi hamil atau menyusui.
Jumlah vitamin A dapat dinyatakan
dalam RE (retinol ekuivalen) yang
setara dengan:
1 µg RE = 1 µg retinol = 6 µg â-
karoten.
Kekurangan atau defisiensi vitamin
A ditunjukkan oleh sejumlah gejala,
yang paling serius adalah masalah
penglihatan dan penekanan fungsi
kekebalan. Defisiensi vitamin A
jarang terjadi di negara-negara
maju karena rata-rata asupan
harian biasanya melebihi RDA
(Stipanuk, 2000).
Tetapi di negara-negara sedang
berkembang di Asia Selatan dan
Tenggara, Afrika, serta Amerika
Tengah dan Selatan, defisiensi
vitamin ini merupakan masalah gizi
serius khususnya mempengaruhi
anak-anak prasekolah.
Diperkirakan 1,5 juta anak-anak di
seluruh dunia buta dan 70% di
antaranya disebabkan karena
kekurangan vitamin A (Underwood,
1994).
Tanda-tanda awal dari kekurangan
vitamin A adalah buta senja dan
mengganggu integritas epidermal
yang dicirikan oleh hiperkeratosis.
Kondisi ini dapat disembuhkan
dengan suplementasi vitamin A.
Jika dibiarkan, buta senja ini diikuti
oleh xerophthalmia, suatu penyakit
yang berhubungan dengan
perubahan struktur pada kornea.
Perubahan struktur mula-mula
adalah pengeringan konjungtiva
dan kornea (xerosis) dan
pengembangan daerah buram tak
tembus cahaya yang disebut Bitot's
spot. Hal ini dikuti oleh
pengembangan keratomalcia, yang
meliputi kerusakan ireversibel pada
kornea dan menyebabkan
kebutaan (Sommer, 1982).
Kimia Pangan 336
Selain keratinisasi kornea, juga
mengakibatkan keratinisasi epitel
tenggorokan (trachea) dan
penipisan epitel usus.
Xerophthalmia diikuti oleh infeksi
pernafasan bagian atas dan diare
serta keadaan lebih buruk yaitu
malnutrisi energi protein.
Gambar 8.16. Kelainan Mata Berkaitan dengan Defisiensi Vitamin A.
Secara normal sekitar 70 – 90%
diet retinol yang terlarut dalam
lemak (lipid), diserap oleh usus
halus (small intestine).
Penyerapan karoten sebanyak 5 –
60% tergantung pada sifat
makanan dan kondisinya, dimasak
atau mentah.
Bagi mereka yang makanannya
kurang mengandung lemak (energi
dari lemak sekitar 10%),
penyerapan retinol maupun
karoten terganggu. Jadi, diet yang
sangat kurang mengandung lemak
berhubungan dengan defisiensi
vitamin A (Bender, 2002).
c. Sifat Fisikokimia
Retinol merupakan kristal
berwarna kuning pucat dan larut
dalam lemak, eter, minyak, dan
kloroform, serta sedikit larut dalam
etanol dan isopropanol. Kristal ini
memiliki BM 286,44 dan titik lebur
62 – 64 oC, serta dapat didestilasi
pada suhu 137 – 138 oC dan
tekanan 10 -5 mmHg.
Bentuk ester vitamin A relative
lebih stabil, sedangkan bentuk
alkohol, aldehid, dan asam sangat
mudah teroksidasi jika terkena
udara dan cahaya. Dalam bahan
pangan hewani vitamin A sebagian
besar terdapat dalam bentuk ester
(yang lebih stabil) karena itu
prosedur pengolahan yang normal
tidak banyak merusak vitamin A.
Jika pada bahan pangan tersebut
terdapat lemak yang mengalami
ketengikan, vitamin A yang
terdapat di dalamnya dapat hilang
dengan cepat.
Vitamin A relatif stabil terhadap
panas jika tidak ada oksigen (Tabel
8.11). Karena sifat tidak jenuhnya
yang tinggi dalam molekul, vitamin
A agak rentan teroksidasi –
khususnya di bawah pengaruh
cahaya, baik cahaya matahari atau
buatan. Vitamin A tidak stabil
dengan adanya asam-asam
mineral tetapi stabil dalam alkali.
Vitamin A dan karotenoid
mempunyai kestabilan yang baik
selama proses pengolahan
makanan. Kehilangan mungkin
a) Xerosis Konjungtiva a) Xerosis Konjungtiva c) Bercak Bitot
Kimia Pangan 337
terjadi pada temperatur tinggi dan
ada oksigen. Selain itu, vitamin A
rentan terhadap oksidasi oleh lipid
peroksida, dan kondisi-kondisi
yang sesuai untuk oksidasi lipid,
juga mengakibatkan vitamin A
terurai. Prooksidan yang
berbahaya terutama tembaga,
sementara besi sedikit di bawah
tembaga.
Tabel 8.11. Stabilitas vitamin A dan karoten di dalam makanan
Produk Kandungan Kondisi
Penyimpanan
Retensi
(%)
VITAMIN A
Mentega 17.000-30.000 IU/lb 12 bulan @ 5oC
5 bulan @ 28oC
66-98
64-68
Margarin 15.000 IU/lb 6 bulan @ 5oC 89-100
Sereal siap santap fortifikasi 4000 IU/oz 6 bulan @ 23oC 83
Keripik kentang fortifikasi 700 IU/100g 2 bulan @ 23oC 100
KAROTEN
Margarin 3 mg/lb 6 bulan @ 5oC 98
Kuning telur kering 35,2 mg/100 g 3 bulan @ 37oC 94
Minuman karbonasi 7,6 mg/29 oz 2 bulan @ 30oC 94
Minuman jus kaleng 0,6-1,3 mg/8 fl oz 12 bulan@23oC 85-100
Sumber: deRitter, 1976.
d. Pengaruh Pengolahan
Pasteurisasi susu tidak
mengakibatkan kehilangan vitamin
A, kehilangan terjadi jika kontak
dengan cahaya. Oleh karena itu,
sangat penting untuk mengemas
susu sterilisasi dalam wadah tahan
cahaya. Kemungkinan hilangnya
vitamin A ini selama penyimpanan
makanan lebih dipengaruhi oleh
lamanya penyimpanan daripada
suhu penyimpanan. Pemblansiran
buah-buahan dan sayur-mayur
membantu mencegah terjadinya
kehilangan selama penyimpanan
beku.
Vitamin A (sintetik) yang
ditambahkan ke dalam susu lebih
mudah rusak oleh cahaya daripada
vitamin A alami. Hal ini bukan
karena keduanya berbeda, tetapi
kedua jenis vitamin tersebut
didispersikan berbeda dalam susu
(deMan, 1981). Bentuk vitamin A
yang ditambahkan ke dalam
produk makanan mungkin
mempengaruhi kestabilannya.
Vitamin A dalam bentuk butiran
(beadlet) lebih stabil daripada
bentuk larutan dalam minyak.
Butiran-butiran vitamin A
distabilisasi oleh pelapis yang
protektif. Jika pelapis ini dirusak
oleh air, kestabilannya sebagian
besar berkurang (deMan et al.,
1986).
Kimia Pangan 338
Menurut Andarwulan (1992),
vitamin A dapat dibuat secara
sintetik. Dasar pembuatan vitamin
A sintetik yang stabil adalah
dengan dibungkus dengan
senyawa pelindung misalnya
gelatin, gum, atau lilin; diformulasi
dalam bentuk emulsi cair; dan
dikompleks dengan senyawa lain.
Dari sepuluh jenis sayuran yang
umum, apabila dibekukan, disimpan,
dan dimasak atau dikalengkan,
disimpan dan dimasak rata-rata
mengalami susut vitamin A 10%;
sedangkan dari delapan macam
buah-buahan jika mendapat
perlakuan yang sama terjadi susut
yang lebih besar yaitu 30%.
Pengeringan beku hanya
menyebabkan sedikit sekali vitamin
A yang rusak, tetapi pengeringan
telur, sayuran, dan buah-buahan
yang dilakukan dengan udara
panas, sinar matahari, atau suhu
tinggi dapat menyebabkan susut
vitamin A yang serius. Mentega
yang dikemas tanpa vakum jika
dipanaskan pada suhu 50 oC akan
kehilangan seluruh aktivitas
vitamin A-nya setelah pemanasan
6 jam; sedangkan jika dikemas
vakum, pemasan 120 oC selama 6
jam hanya menyebabkan sedikit
kerusakan vitamin A.
Pada pembuatan semur hati,
retensi vitamin A sebesar 90 –
100%. Dalam pengolahan susu
bubuk dengan pengering semprot
atau pada pembuatan susu kental,
tak ada vitamin A yang hilang.
Retensi vitamin A juga baik pada
pembuatan produk-produk yang
dipanggang seperti tortilla baker,
bolu, dan roti tawar.
Makanan dapat difortifikasi dengan
vitamin A sintetik tanpa
menimbulkan masalah cita rasa
dengan aktivitas biologis dan
stabilitas yang baik. Di samping
itu, biayanya pun relatif murah.
Vitamin A telah ditambahkan
dengan hasil baik pada minyak
salad, margarin, mentega kacang
tanah, susu skim cair, susu skim
bubuk, es krim, mellorin, minuman
sari buah, the bubuk, the daun,
gula, gula, garam, MSG, dan lainlain
(Andarwulan, 1992).
Vitamin A digunakan untuk
fortifikasi margarin dan susu skim.
Jumlah yang ditambahkan untuk
margarin sebesar 3.525 IU per 100
gram. Beberapa karotenoid
(provitamin A) digunakan sebagai
pewarna makanan (deMan, 1999).
2. Vitamin D
a. Klasifikasi dan Struktur
DeMan (1999) menjelaskan bahwa
vitamin ini berada dalam beberapa
bentuk, dua yang paling penting
adalah vitamin D2 (C28H44O) atau
ergocalciferol dan vitamin D3
(C27H44O) atau biasa disebut
cholecalciferol. Kedua struktur
vitamin tersebut dapat dilihat pada
Gambar 8.17.
Kimia Pangan 339
C H3 CH3
CH3
CH3
CH2
OH
CH3
CH3
CH3
C H3 CH3
CH2
OH
CH3
Gambar 8.17. Rumus struktur Vitamin D2
dan D3
Vitamin D2 memiliki aktivitas penuh
bagi manusia yang berasal dari
iradiasi ergosterol yang terdapat
dalam hampir semua tanaman,
terutama sel khamir. Vitamin D3
mempunyai aktivitas penuh bagi
hewan dan manusia. Bentukbentuk
vitamin D yang lain adalah
D4, D5, D6, dan D7. Perbedaan
masing-masing vitamin D tersebut
kurang penting karena aktivitasnya
kecil.
Prekursor vitamin D2 adalah
ergosterol, sedangkan vitamin D3
adalah 7-dehidrokolesterol.
Prekursor-prekursor atau
provitamin-provitamin tersebut
dapat dikonversi masing-masing
menjadi vitamin D2 dan D3 melalui
iradiasi dengan sinar ultraviolet.
Selain kedua prekursor di atas,
ada beberapa sterol lain yang
dapat memperoleh aktivitas vitamin
D ketika diiradiasi. Provitaminprovitamin
itu dapat dikonversi
menjadi vitamin D dalam kulit
manusia melalui kontak dengan
sinar matahari.
b. Kebutuhan dan Defisiensi
Vitamin D
Vitamin D2 ada dalam jumlah yang
kecil dalam minyak hati ikan;
sementara vitamin D3 tersebar luas
dalam produk-produk hewani
dengan jumlah terbanyak
terkandung dalam minyak hati
ikan, sedangkan jumlah lebih kecil
ada dalam telur, susu, mentega,
dan keju.
Satuan aktivitas untuk vitamin D
adalah IU yang sama dengan
aktivitas 1 mg preparat standar
yang dikeluarkan WHO. Satu IU
juga sama dengan aktivitas 0,025
µg kristal murni vitamin D2 atau D3.
Kebutuhan manusia sebesar 400 –
500 IU tetapi meningkat hingga
1000 IU selama hamil dan
menyusui. Orang dewasa yang
secara teratur terkena sinar
matahari mungkin mempunyai
persediaan vitamin D yang cukup.
Kelebihan asupan vitamin ini
menyebabkan toksik.
Menurut Stipanuk (2000), sintesis
vitamin D dalam kulit sebagai
akibat terkena sinar matahari
merupakan sumber vitamin D
terpenting. Suplemen vitamin D
atau asupan makanan yang
difortifikasi vitamin D bermanfaat
bagi individu yang terkena sinar
matahari terbatas atau orang
dewasa lainnya yang memiliki
kemampuan terbatas dalam
mensintesis vitamin D.
Kimia Pangan 340
Karena sangat sedikit makanan
sebagai sumber vitamin D yang baik,
manusia memiliki kemungkinan yang
lebih besar kekurangan vitamin D
dibandingkan kekurangan vitamin
yang lain. Pengayaan
(enrichment) beberapa makanan
dengan vitamin D telah membantu
secara signifikan untuk
memberantas rahitis, suatu jenis
penyakit kekurangan vitamin D.
Margarin dan susu adalah
makanan yang biasanya
digunakan sebagai pembawa
untuk vitamin D yang ditambahkan.
Fungsi utama vitamin D dalam
memelihara skeleton yang sehat
adalah mempertahankan konsentrasi
kalsium dan fosfor dalam serum
dalam kisaran normalnya.
Defisiensi vitamin D terjadi jika
absorpsi kalsium dalam usus yang
biasanya 30% sampai 50% menurun
menjadi tidak lebih dari 15%.
Penurunan ini mengakibatkan
kerusakan matriks mineral dalam
tulang karena kalsium dan fosfor
diserap untuk menutupi kekurangan
tadi. Akibatnya akan terjadi rakhitis
pada anak-anak dan osteomalacia
pada orang dewasa. Gambar 8.18
di bawah ini memperlihatkan
pasien yang terkena rakhitis
tersebut.
Gambar 8.18 Penderita rakhitis
c. Sifat Fisikokimia
Dalam keadaan murni, semua
vitamin D merupakan kristal putih,
tidak berbau, larut dalam lemak
atau minyak dan pelarut organik
seperti eter, heksana, kloroform,
aseton, alkohol, serta tidak larut
dalam air.
Vitamin D sensitif terhadap faktorfaktor
yang sama dengan vitamin
A, tetapi mempunyai tingkat
kestabilan yang lebih baik. Vitamin
D2 lebih labil dibandingkan D3
karena ikatan rangkapnya lebih
banyak. Kestabilan vitamin ini
dipengaruhi oleh jenis zat pelarut
yang digunakan.
Untuk menjaga kestabilan vitamin
D dalam bahan pangan dapat
dilakukan dengan menambahkan
antioksidan pada minyak atau
lemak, dihindari kontak dengan
udara, asam, dan trace mineral
seperti Cu dan Fe karena dapat
bertindak sebagai prooksidan.
Kimia Pangan 341
d. Pengaruh Pengolahan
Vitamin D sangat stabil, sedikit
atau tidak ada kehilangan dalam
pengolahan dan penyimpanan.
Vitamin D dalam susu tidak
dipengaruhi pasteurisasi,
perebusan, atau sterilisasi
(Hartman dan Dryden, 1965).
Penyimpanan beku susu atau
mentega juga memiliki sedikit atau
tidak berefek pada jumlah vitamin
D, dan hasil yang diperoleh sama
selama penyimpanan susu kering.
Potensi vitamin D susu dapat
ditingkatkan melalui beberapa
cara: pemberian pakan sapi yang
tinggi vitamin D seperti khamir
yang diiradiasi, iradiasi susu, dan
penambahan konsentrat vitamin D.
Metode terakhir sekarang hanya
digunakan sebagai prosedur biasa.
Praktek iradiasi susu untuk
meningkatkan potensi vitamin D
telah dihentikan, karena pengaruh
buruk iradiasi pada komponen susu
yang lain. Vitamin D ditambahkan
pada susu untuk memberikan
konsentrasi sebesar 400 IU per
quart (0.9463 liter). Penambahan
vitamin D pada margarin ada pada
level 550 IU per 100 gram.
Pada saat ini hampir semua susu
diperkaya dengan vitamin D
dengan cara penambahan kristal
vitamin D secara langsung. Susu
secara alami miskin vitamin D,
tetapi merupakan media yang
cocok untuk fortifikasi karena
mengandung kalsium dan fosfor.
Bahan pangan lain yang
difortifikasi dengan vitamin D
adalah produk biji-bijian dan
margarin, berbagai jenis breakfast
cereal, serta makanan bayi.
3. Vitamin E
a. Klasifikasi dan Struktur
Vitamin E adalah istilah untuk
semua tokoferol, tokotrienol, dan
turunannya yang secara kualitatif
memperlihatkan aktivitas dari
RRR-á-tokoferol (Gambar 8.19).
Istilah tokoferol adalah deskripsi
umum untuk semua mono-, di-,
dan trimetil tokoferol dan
tokotrienol.
Posisi metil Struktur Tokoferol Struktur Tokotrienol
5,7,8 á - Tokoferol (á-T) á-Tokotrienol ( á-T-3 )
5,8 â - Tokoferol (â-T) â-Tokotrienol ( â-T-3 )
7,8 ã - Tokoferol (ã-T) ã-Tokotrienol ( ã-T-3 )
8 ä - Tokoferol (ä-T) ä -Tokotrienol ( ä-T-3)
C
C
C
C
C
C
O
C
CH2
C
H2
3
CH3
CH3 CH3
O H
5 CH3
1
2
5
4 6
7
8
9
10
11
12
5
8
7
6
7 9
10
2
3
4
8
CH3
Struktur Tocopherol
Kimia Pangan 342
1
2
5
6
7
CH3
CH3
CH3
8
9
10
11
12
5
8
7
6
7 9
O
CH2
C
H2
3
O H
5 CH3 3
4
8
CH3
Struktur Tocotrienrol
O
CH2
C
H2
CH3
C H3
CH3
CH2
O H
5
3 5 CH3
CH3 C H3 H
6
7 8 9
10 4 3
2
CH3
1
2 4 6
7
8
9
10
11
12
H3C H
2R, 4’R, 8’R- á- Tocopherol
Gambar 8.19. Rumus struktur vitamin E.
b. Kebutuhan dan Defisiensi
Vitamin E
Sumber vitamin E alami yang
paling baik adalah minyak nabati,
terutama minyak dari lembaga
(germ) gandum. Salada dan alfalfa
mengandung vitamin E cukup
banyak; jeruk, pisang, dan minyak
kacang tanah hanya sedikit;
sedangkan minyak zaitun tidak
mengandung vitamin E. Jaringan
hewan hanya mengandung sedikit
vitamin E. Jumlah yang paling
besar terdapat dalam hati (kuda
dan sapi, tetapi tidak banyak dalam
tikus), sejumlah kecil terdapat
dalam otot, hati, ginjal, plasenta,
susu, dan telur. Minyak hati ikan
yang kaya akan vitamin A dan D,
sangat sedikit mengandung vitamin
E.
Kebutuhan dan makanan yang
mengandung vitamin E
didefinisikan dalam istilah á-
tokoferol ekivalen (á-TE). Untuk
memperoleh 1 mg á-TE, seseorang
harus mengkonsumsi 1 mg RRR-
á-tokoferol, 1,35 mg all-rac- á-
tokoferol, 1,49 mg all-rac- á-tokoferil
asetat, atau 10 mg RRR- -tokoferol.
Satuan sebelumnya yang
digunakan adalah International
Unit (IU), yang besarnya adalah:
1 mg á-TE = 1,49 IU
Kebutuhan vitamin E juga tidak
sama untuk setiap golongan umur,
jenis kelamin, dan kondisi.
Kebutuhan tertinggi adalah bagi
golongan ibu menyusui.
Keadaan defisiensi vitamin E pada
manusia. masih belum diketahui.
Pada tikus yang dihilangkan
vitamin E-nya, yang jantan menjadi
steril dan betina yang sedang hamil
tidak dapat melahirkan karena
kekurangan vitamin ini akan
mengakibatkan kematian dan
reabsorpsi embrio dalam uterus.
Kesuburan tikus betina tidak
dihilangkan, ketika diberikan vitamin
E yang cukup, mereka dapat
Kimia Pangan 343
melahirkan normal. Anak-anak
tikus (dan hewan lain) setelah
beberapa bulan diberikan diet
yang kurang vitamin E, tidak
tumbuh normal, lemah, dan terjadi
degenerasi (kemunduran) pada
jaringan skeletal (muscular
dystrophy), juga luka ditemukan
pada jaringan hati (Bogert, 1960).
c. Sifat Fisikokimia
Tokoferol dan tokotrienol berwarna
kuning sampai kuning pucat,
berbentuk minyak kental, larut
dalam alkohol, lemak, dan pelarut
lemak, tetapi tidak larut dalam air.
Tokoferol dan tokotrienol stabil
terhadap asam, panas, dan alkali,
tetapi dapat dirusak oleh oksigen
dan proses oksidasi dapat
dipercepat jika terkena cahaya,
panas, alkali, dan adanya logam
seperti Cu2+ dan Fe3+. Tanpa
adanya oksigen, vitamin E stabil
terhadap panas pada suhu di atas
200 oC, serta tidak terpengaruh
oleh asam sulfat dan asam klorida
pada suhu di atas 100 oC.
d. Pengaruh Pengolahan
Kehilangan tokoferol selama
proses pengolahan bahan pangan
sebagian besar disebabkan karena
oksidasi karena tokoferol
merupakan antioksidan sehingga
mudah teroksidasi.
Distribusi tokoferol di seluruh biji
tidak seragam, dan tepung dengan
derajat ekstraksi berbeda dapat
memiliki jumlah tokoferol berbeda
pula. Hal ini ditunjukkan oleh
Menger (1957) dalam suatu studi
tentang tepung terigu (Tabel 8.12).
Tabel 8.12. Kandungan Tokoferol
Gandum dan Produk-
Produk Gilingnya
Produk Abu
(%)
Tokoferol
Mg/100 G
(Db)
Gandum utuh 2,05 5,04
Tepung 1 (halus) 1,68 5,90
Tepung 2 1,14 4,27
Tepung 3 0,84 3,48
Tepung 4 0,59 2,55
Tepung 5 0,47 2,35
Tepung 6 (kasar) 0,48 2,13
Endosperma
(germ) 4,10 25,0
Sumber: Menger, 1957
Pada proses pemasakan yang
normal dilaporkan tidak ada
kehilangan vitamin E. Walaupun
kehilangan vitamin E pada minyak
yang digunakan untuk menggoreng
irisan kentang hanya 11%, tetapi
kehilangan yang besar dapat
dialami pada minyak yang melekat
pada produk hasil gorengan selama
penyimpanan. Hanya setelah dua
minggu penyimpanan keripik pada
suhu ruang, hampir setengah
tokoferol hilang. Kehilangankehilangan
agak lebih kecil selama
penyimpanan pada suhu freezer.
Perebusan sayuran hingga 30 menit
berakibat kehilangan tokoferol
hanya sedikit. Pemanggangan roti
putih mengakibatkan kehilangan
sekitar 5% tokoferol dalam remahremahnya
(crumb).
Kimia Pangan 344
Vitamin E dapat ditambahkan ke
dalam makanan sebagai
antioksidan. Komponen ini
menetralisasi radikal-radikal bebas,
menuju peningkatan masa simpan.
4. Vitamin K
a. Klasifikasi dan Struktur
Menurut Fennema (1985), aktivitas
vitamin K ditemukan dalam turunanturunan
naftokuinon larut lemak.
Menurut Stipanuk (2000), senyawa
yang memiliki aktivitas vitamin K
adalah 2-metil-1,4-naftokuinon
dengan bagian hidrofobik pada
posisi 3 (Gambar 8.20.).
Phylloquinone atau disebut vitamin
K1 diisolasi dari tanaman hijau dan
memiliki grup phytyl pada posisi 3
dari cincin naftokuinon. Bakteri juga
mensintesis vitamin K yang disebut
K2 yang lebih dikenal dengan
menakuinon. Bentuk ini
mempunyai grup multiprenyl tidak
jenuh pada posisi 3. Senyawa
sintetik menadione (2-metil-1,4-
naftokuinon) yang juga mempunyai
aktivitas vitamin K biasanya
digunakan sebagai sumber vitamin
makanan hewan. Phylloquinone
tersedia dalam bentuk tablet untuk
kebutuhan manusia.
4 3
2
O
1
c3
O
Phylloquinone
O
c6
O
Menaquinone-7
Gambar 8.20. Struktur Vitamin K.
b. Kebutuhan dan Defisiensi
Vitamin K
Vitamin K secara luas terdapat
makanan dan juga disintesis oleh
flora usus. Sumber-sumber vitamin
K yang baik adalah sayuran
berwarna hijau gelap seperti
bayam dan daun kol, kembang kol,
kacang polong, dan sereal. Produk
hewani sedikit mengandung vitamin
ini kecuali hati babi.
Walaupun defisiensi vitamin K
yang utama tidak umum terjadi
pada orang dewasa, penyakit
pendarahan pada bayi baru lahir
karena kekurangan vitamin ini juga
jarang, namun merupakan sindrom
yang telah lama dikenal.
Kimia Pangan 345
Persediaan vitamin K dari bayi
yang baru lahir rendah karena
transfer vitamin melalui plasenta
yang minim dan usus steril
menghalangi kemungkinan
produksi dan penggunaan
menakuinon selama awal
kehidupan. Di samping itu,
kandungan vitamin K air susu ibu
lebih rendah dibandingkan susu
sapi. Susu formula bayi kini
disuplementasi dengan vitamin K.
Adapun pendarahan pada orang
dewasa terjadi karena rendahnya
asupan diet vitamin K rendah oleh
seorang pasien yang juga
mengkonsumsi antibiotik, yang
mengganggu sintesis menakuinon
oleh mikroba dalam usus.
Hipoprotrombinemia merupakan
defisiensi vitamin K terjadi pada
bayi yang diberikan makanan yang
mengandung isolat protein kedelai,
formula dasar daging (meatbase
formula) atau formula yang
mengandung hidrolized casein.
Produk-produk tersebut ternyata
rendah kandungan vitamin K-nya.
c. Sifat Fisikokimia
Vitamin K1 berupa cairan berwarna
kuning, sedangkan K2 adalah
kristal berwarna kuning. Semua
vitamin K larut dalam sebagian
besar pelarut lemak, tetapi hanya
sedikit larut dalam metanol atau
etanol. Vitamin K1 dengan lambat
didekomposisi oleh oksigen atmosfer
tetapi siap dirusak oleh cahaya
(fotoreaktif). Vitamin ini stabil
terhadap panas, tetapi tidak stabil
terhadap alkali dan asam kuat.
d. Pengaruh Pengolahan
Kehilangan vitamin K selama
pengolahan relatif kecil karena
stabil terhadap panas dan tidak
larut dalam air. Pemasakan biasa
hanya menyebabkan kerusakan
sedikit. Makanan beku cenderung
mengandung sedikit vitamin K.
Vitamin K1 sintetik merupakan
bentuk vitamin K yang digunakan
untuk nutrifikasi makanan, terutama
makanan bayi. Codex Alimentarius
Committee menetapkan jumlah
minimal vitamin K dalam makanan
bayi sebesar 4 mikrogram per 100
KKal atau 27 mikrogram per liter.
D. Vitamin Larut Air
1. Vitamin C
Vitamin C ditemukan oleh Albert
Szent-Gyorgyi pada 1937. Albert
Szent-Gyorgyi mendeskripsikan
vitamin yang serupa gula itu sebagai
suatu yang dapat membuat badan
bekerja baik sehingga tubuh
menjadi lebih kuat dan lebih sehat.
Ilmuwan pemenang hadiah nobel
dua kali Dr Linus Pauling meninggal
dalam usia 93 tahun. Ia dengan
bersemangat mengatakan dirinya
telah berhasil menunda kematian
sekurang-kurangnya selama 20
tahun karena mengkonsumsi
vitamin C dosis tinggi.
a. Klasifikasi dan Struktur
Asam L-askorbat adalah lakton
(ester dalam asam
hidroksikarboksilat) dan diberi ciri
oleh gugus enadiol yang
Kimia Pangan 346
menjadikannya senyawa pereduksi
yang kuat. Bentuk D tidak
mempunyai aktivitas biologi. Salah
satu dari isomer , asam Disoaskorbat,
atau asam eritorbat,
diproduksi secara niaga untuk
sebagai tinambah dalam makanan
(De Man, 1999).
Vitamin C dapat berbentuk sebagai
asam L-askorbat dan asam Ldehidroaskorbat,
keduanya
memiliki keaktifan sebagai vitamin
C.Asam askorbat sangat mudah
teroksidasi secara reversible
menjadi asam L-dehidroaskorbat,
yang secara kimia bersifat sangat
labil dan dapat mengalami
perubahan lebih lanjut menjadi
asam L-diketogulonat yang tidak
memiliki keaktifan vitamin C lagi
(Winarno,1998).
H
CH2OH CH2OH
H
O H H O H H H OH
CH2OH
H
O H H
OH
O O
COOH
O
O
O H H
O
O
H
CH2OH
O O
O
O
O H OH
L-ascorbic Dehydro-L-ascorbic acid D-isoascorbic acid
2,3-Diketogutonik acid
(DKGA)
(DHAA)
Gambar 8.21. Struktur Asam Askorbat & Unsur- Unsur Yang Berhubungan
b. Kebutuhan dan Defisiensi
Vitamin C
Sumber vitamin C antara lain
berasal dari sayur-sayuran dan
buah-buahan. Di antara sayursayuran
dan buah-buahan yang
paling mendominasi sebagai
sumber vitamin C terbanyak
adalah tomat dan jeruk. beraneka
jenis makanan lainnya adalah,
asparagus, kol, susu, mentega,
kentang, ikan, atau hati. Oleh
karena itu, cara yang terbaik
mendapatkan vitamin C adalah
dengan mengonsumsi bahan
makanan yang banyak
mengandung vitamin C
(Noer,R.,2002 ). Berikut ini adalah
sumber makanan terbaik untuk
mendapatkan vitamin C dalam
setiap 100 gram bahan.
Kebutuhan vitamin C memang
berbeda-beda bagi tiap orang,
tergantung kebiasaan masingmasing.
Pada remaja, kebiasaan
yang berpengaruh di antaranya:
merokok, minum kopi, atau
minuman beralkohol, konsumsi
Kimia Pangan 347
obat tertentu seperti obat
antikejang, antibiotik,obat tidur,
dan kontrasepsi oral. Kebiasaan
merokok menghilangkan 25%
vitamin C dalam darah. Selain
nikotin senyawa lain yang
berdampak sama buruknya adalah
kafein. Maka, sebisa mungkin
hindari minum kopi, teh, dan cola.
Selain itu stres, demam, infeksi,
dan giat berolahraga juga
meningkatkan kebutuhan akan
vitamin C.
Kondisi badan yang selalu didera
stress juga akan menguras
berbagai vitamin/mineral termasuk
vitamin C. Dalam suatu penelitian
diketahui mereka yang stres ringan
ketika diekspos dengan virus flu,
27 persen diantaranya segera
terserang flu.
Vitamin C tersimpan dalam
kelenjar adrenal, kelenjar lendir,
ginjal, hati, indung telur, mata, dan
organ yang lain. Vitamin ini akan
keluar saat kita berolah raga berat
dan pada saat tekanan yang
sangat tinggi.
Hipoaskorbemia (defisiensi asam
askorbat) bisa berakibat seriawan,
baik di mulut maupun perut, kulit
kasar, gusi tidak sehat sehingga
gigi mudah goyah dan lepas,
perdarahan di bawah kulit (sekitar
mata dan gusi), cepat lelah, otot
lemah dan depresi. Bahkan, punya
korelasi dengan masalah
kesehatan seperti kolestrol tinggi,
sakit jantung, artritis (radang sendi),
dan pilek. Defesiensi vitamin juga
akan mengakibatkan animea
apabila terjadi saat bayi dan pada
saat kehamilan ( Noer, R., 2002 ).
c. Sifat Fisikokimia
Asam L-askorbat mudah dioksidasi
secara bolak-balik menjadi asam
dehidro-L-askorbat, yang tetap
mempertahankan aktivitas vitamin
C. Senyawa ini dapat dioksidasi
lebih lanjut menjadi asam diketo-Lgulonat,
dalam reaksi yang tidak
bolak-balik. Asam diketo-L-gulonat
tidak mempunyai aktivitas biologi,
tidak stabil, dan dioksidasi lebih
lanjut menjadi beberapa senyawa
yang mungkin, termasuk asam 1-
treona.
Dehidrasi dan dekarboksilasi dapat
menjurus ke pembentukan furfural,
yang dapat berpolimerisasi
membentuk pigmen coklat atau
bergabung dengan asam amino
dalam penguraian Strecker (deMan,
1999).
Gambar 8.22 . Reaksi metabolisme vitamin C
Kimia Pangan 348
Berikut ini beberapa fungsi dari
vitamin C yang sekarang semakin
disadari tidak hanya sekedar untuk
antisariawan, tetapi juga untuk
meningkatkan kekebalan tubuh.
Agar tubuh mampu menangkal
penyerbu-penyerbu asing (virus,
kuman, dan bakteri) maka
limposit (sel darah putih) harus
tersedia dalam jumlah yang
cukup. Mengkonsumsi vitamin
C dosis tinggi diketahui dapat
meningkatkan produksi limfosit.
Vitamin C bekerja sebagai
antibiotika dalam tubuh untuk
menghancurkan virus
penyebab penyakit.
Vitamin C juga akan
meningkatkan kadar glutation di
dalam tubuh. Glutation adalah
antioksidan dalam tubuh yang
dapat menjaga sistem
kekebalan tubuh. Konsumsi
vitamin C 500 mg sehari dapat
meningkatkan kadar glutation
tubuh sampai 50 persen
(Khomsan, 2000).
Selama ini vitamin C atau asam
askorbat lebih terkenal
perannya dalam menjaga dan
memperkuat imunitas terhadap
infeksi. Vitamin C juga
berperan penting dalam fungsi
otak, karena otak banyak
mengandung vitamin C. Dua
peneliti di Texas Woman's
University menemukan, murid
SMTP yang tingkat vitamin Cnya
dalam darah lebih tinggi
ternyata menghasilkan tes IQ
lebih baik daripada yang jumlah
vitamin C-nya lebih rendah.
Vitamin C digunakan untuk
menjaga struktur kolagen,
sejenis protein yang
menghubungkan semua
jaringan serabut, kulit, urat,
tulang rawan, dan jaringan lain
di tubuh manusia. Struktur
kolagen yang baik dapat
menyembuhkan luka, patah
tulang, memar, perdarahan
kecil dan luka ringan.
d. Pengaruh Pengolahan
Vitamin C adalah vitamin yang
paling tidak stabil dari semua
vitamin dan mudah rusak selama
pemrosesan dan penyimpanan.
Laju perusakan meningkat karena
kerja logam, terutama tembaga
dan besi dan juga oleh kerja enzim.
Pendedahan oksigen, pemanasan
yang terlalu lama dengan adanya
oksigen dan pendedahan terhadap
cahaya semuanya merusak
kandungan vitamin C makanan
(deMan, 1999).
Kandungan vitamin C pada
makanan dapat hilang saat proses
pengolahan, ketika dimasak atau
pada proses penyimpanan.
Beberapa cara untuk
meminimalkan perubahan yang
timbul antara lain adalah sebagai
berikut:
Bila merebus makanan,
diusahakan tidak terlalu banyak
air dan tidak dalam waktu yang
terlalu lama.
Menyimpan juice dalam kulkas
jangan lebih dari 2-3 hari.
Menyimpan buah-buahan dan
sayur-sayuran di tempat yang
jauh dari air agar tidak
tercampur dengan air karena
vitamin C larut dalam air
( Noer, ., 2002 ).
Kimia Pangan 349
Tabel 8.13. Kestabilan vitamin C dalam makanan dan minuman setelah
penyimpanan pada 23°C selama 12 bulan.
Jumlah Produk Cuplikan
Tersisa
Rata-rata
(%)
Rentang (%)
Serealia siap santap 4 71 60-87
Campuran minuman
buah kering 3 94 91-97
Serbuk coklat 3 97 80-100
Susu murni kering,
kemas udara 2 75 65-84
Susu murni kering,
kemas gas 1 93 -
Serbuk kedelai kering 1 81 -
Persik beku 1 80 -
Sari apel 5 68 58-76
Sari kranberi (Vacciniium
oxycoccas) 2 81 78-83
Sari grape fruit 5 81 73-86
Minuman anggur 3 76 65-94
Minuman jeruk 5 80 75-83
Minuman berkarbonat 3 60 54-64
Sumber : DeMann, 1999
2. Vitamin B1 (tiamin)
Tidak seperti vitamin lainnya,
vitamin B dibedakan atas beberapa
macam dan tergabung dalam
vitamin B kompleks; ada vitamin B1
(tiamin), B2 (riboflavin), B3 (niasin),
B6 (piridoksin), dan B12 (kobalamin).
Masing-masing punya peran yang
berbeda. Struktur kimia dan
sintesis tiamin untuk pertama kali
berhasil dilakukan oleh Williams
dan Cline pada tahun 1936.
a. Klasifikasi dan Struktur
Istilah tiamin menyatakan bahwa
zat ini mengandung sulfur (tio) dan
nitrogen (amine).Molekul tiamin
terdiri atas cncin pirimidin yang
terikat dengan cincin tiasol.
N
N C H3 NH2
CH2 S N+
C H3 CH2CH2OH
Thiamin
Kimia Pangan 350
N+
N C H3 NH2
CH2 H S N+
C H3 CH2CH2 O P
O
O
P O
O
O
O
Thiamin pyrophosphat
N+
N C H3 NH2
CH2 H S N+
C H3 CH2CH2OH
Cl Cl
Tiamin hydrochloride
N+
N C H3 NH2
CH2 H S N+
C H3 CH2CH2OH
NO3
Thiamin Mononitrat
Gambar 8.23. Struktur dari berbagai bentuk tiiamin. Semuanya memiliki aktivitas Vitamin
B1 (tiamin)
b. Kebutuhan dan Defisiensi
Sedikit tiamin terdapat hamper
dalam semua makanan yang
berasal dari tumbuhan dan hewan.
Sumber yang baik ialah butir
serealia utuh; daging organ hewan
seperti hati, jantung dan ginjal dan
lain sebagainya.
Meskipun kandungan tiamin
biasanya diukur dalam mg per 100
g makanan, satuan lain telah
dipakai kadang-kadang, S.I. yang
setara dengan 3 µg tiamin
hidroklorida. Kebutuhan harian
manusia berkaitan dengan aras
karbohidrat makanan. Konsumsi
minimum 1 mg per 2000 kkal
dianggap suatu keharusan.
Peningkatan aktivitas metabolisme,
seperti yang diakibatkan oleh kerja
berat, kehamilan atau penyakit,
memerlukan konsumsi yang lebih
tinggi (deMan, 1999).
Vitamin B1 memiliki beberapa
fungsi, diantaranya adalah
membantu mendorong nafsu
makan, metabolisme karbohidrat,
berperan dalam sistem saraf dan
fungsi jantung. Vitamin ini adalah
koenzim penting dalam produksi
energi yaitu mengubah glukosa
menjadi enegi, oleh karena itu bagi
diabetesi sangat dianjurkan
menambah asupan B1 untuk
mengatur penggunaan glukosa
tubuh.
Kimia Pangan 351
Beberapa gejala kekurangan
tiiamin diantaranya ditandai
dengan berkurangnya nafsu
makan, sukar buang air besar,
susah tidur dan gelisah. Beri-beri
adalah gejala kekurangan vitamin
ini. Selain itu kekurangan thiamin
sering terjadi pada pecandu
minuman alkohol. Hal ini
disebabkan alkohol bertentangan
dengan proses penyerapan thiamin
dalam pencernaan.
Sementara konsumsi vitamin B1
dalam dosis tinggi (5,000-10,000
mg) dapat menyebabkan sakit
kepala, iritasi, meningkatkan
denyut dan menimbulkan
kelemahan tubuh.
c. Sifat Fisikokimia
Tiamin merupakan kristal putih
kekuningan yang larut dalam air.
Dalam keadaan kering vitamin B1
cukup stabil. Di dalam keadaan
larut, vitamin B1 hanya tahan
panas bila berada dalam keadaan
asam. Dalam suasana alkali,
vitamin B1 mudah rusak oleh panas
atau oksidasi. Tiamin secara
komersial didapat sebagai tiamin
hidroklorida yang lebih stabil dan
aktif secara biologik (Almatsier,
2004 ).
Bila ditinjau dari sifat biokimianya,
dalam bentuk pirofosfat (TPP)
atau difosfat (TDP), tiamin
berfungsi sebagai koenzim
berbagai reaksi metabolisme
energi. Tiamin dibutuhkan untuk
dekarboksilasi oksidatif piruvat
menjadi asetil KoA dan
memungkinkan masuknya substrat
yang dapat dioksidasi ke dalam
siklus Krebs untuk pembentukan
energi. Asetil KoA yang dihasilkan
enzim ini. Disamping itu
merupakan prekursor penting lipida
asetil kolin, yang berarti adanya
peranan TPP dalam fungsi normal
system syaraf.
d. Pengaruh Pengolahan
Tiamin adalah salah satu vitamin
yang kurang kestabilannya.
Berbagai operasi pemrosesan
makanan dapat sangat mereduksi
tiamin. Panas, oksigen, belerang
dioksida, pH netral atau basa dapat
mengakibatkan perusakan tiamin.
Makanan dapat diautoklaf pada
1200C dengan sedikit atau tanpa
kehilangan tiamin. Pada pH netral
atau basa, vitamin rusak dengan
pendidihan atau bahkan dengan
penyimpanan pada suhu kamar.
Beberapa spesies ikan mengandung
enzim yang dapat merusak tiamin
dengan cepat. Karena alasan ini,
belerang dioksida tidak diizinkan
sebagai tinambah dalam makanan
yang mengandung tiamin dalam
jumlah yang lumayan.
Pemanggangan roti putih dapat
mengakibatkan kehilangan tiamin
20%. Kehilangan tiamin dalam
pemrosesan susu ialah sebagai
berikut: pasteurisasi 3-20%,
sterilisasi 30-50%, pengering semprot
10% dan penggilingan 20-30%.
Bukan hanya karena penggilingan
saja kandungan tiamin berkurang,
tetapi penyimpanan butir gandum
utuhpun dapat berakibat kehilangan
vitamin ini (DeMan, 1997).
Kimia Pangan 352
3. Vitamin B2 ( Ribloflavin)
Vitamin B2 ditemukan sebagai
pigmen kuning kehijauan yang
bersifat fluoresen ( mengeluarkan
cahaya ) dalam susu pada tahun
1879 dan fungsi biologiknya baru
ditemukan pada tahun 1932.
Vitamin ini disintesis pada tahun
1935 dan dinamakan riboflavin
(Anonymous, 2004).
a. Klasiffikasi dan Struktur
Struktur riboflavin terdiri atas cincin
isoaloksazin dengan rantai
samping ribitil. Vitamin ini
merupakan komponen dari dua
koenzim, Flavin mononukleotida
(FMN) dibentuk dengan
dikaitkannya ester fosfat pada
rantai samping ribitil. Flavin Adenin
Difosfat ( FAD ) dibentuk bila FMN
pada rantai sampingnya dikaitkan
dengan adenine monofosfat.
Enzim- enzim flavoprotein yang
mengandung FMN dan FAD terikat
pada bermacam apoenzim dan
terlibat dalam reaksi oksidasireduksi
berbagai jalur metabolisme
yang berpengaruh terhadap
respirasi sel ( Almatsier, 2004).
C H3
C H3
N O
NH
N
O
C H2 (CHOH)3 CH2OH
Riboflavin
N
NH
N
N
C H3
C H3
O
O
C H2 (CHOH)2 CH2 O P O P O
O O
O O
CH2
O
N
O H OH
N N
N
NH2
Flavin Mononukleotida
Flavin Adenin Dinukleotide
Gambar 8.24 . Struktur Riboflavin, FMN dan FAD
b. Kebutuhan dan Defisiensi
Vitamin B12
Pada umumnya, Riboflavin
makanan berada dalam bentuk
nukleotida, ester asam fosfat atau
terikat pada protein. Hanya dalam
susu saja riboflavin kebanyakan
dalam bentuk bebas.
Vitamin B2 memiliki fungsi
diantaranya memperbaiki kulit dan
mata, serta membantu produksi
energi antara sel.
Kimia Pangan 353
Defisiensi vitamin ini adalah
berkurangnya kepekaan terhadap
cahaya, Kekurangan Riboflavin
biasanya dihubungkan dengan
kekurangan tiamin dan niacin.
Tanda- tanda yang muncul akibat
kekurangan Riboflavin bersifat
menyebar, tetapi secara khusus
dapat dilihat pada jaringan
epithethial. Disamping itu biasanya
kulit menjadi kering dan bersisik,
munculnya angular stomatitis
(pecah di sudut bibir, serta
gangguan kulit sekitar hidung dan
bibir), lidah keungu- unguan dan
bengkak, rasa terbakar, dan terjadi
iritasi pada mata.
Tidak ada kasus mengenai
keracunan riboflavin yang telah
diobservasi. Batas atas keamanan
untuk riboflavin belum ditentukan
berkaitan dengan ketiadaan data
selama ini mengenai efek negatif
yang timbul bila mengkonsumsi
riboflavin secara berlebihan. The
Food and Nutrition Board of the
Institute of Medicine
merekomendasikan bahwa
sebaiknya riboflavin dikonsumsi
hanya dari sumber makanan saja.
Hal ini dilakukan untuk mencegah
intake level racun yang potensial.
c. Sifat Fisikokimia
Dalam bentuk murni, riboflavin
adalah kristal kuning, dan larut air,
tahan panas, oksidasi dan asam,
tetapi tidak tahan alkali dan cahaya
terutama sinar ultraviolet
(Almatsier, 2004). Vitamin ini
mantap terhadap panas dalam
bentuk kering atau dalam medium
asam (Harris dan Karmas, 1989 ).
Molekul vitamin B2 terdiri atas
satuan d-ribitol yang terikat pada
cincin isoaloksazina, Perubahan
sekecil apapun dalam molekul
mengakibatkan hilangnya aktivitas
vitamin. Larutan riboflavin dalam
air berwarna kuning dengan
fluoresensi hijau- kekuningan.
Karena pengaruh cahaya dan pH
basa, riboflavin diubah menjadi
lumiflavin, senyawa tak aktif
dengan fluoresensi hijau-
kekuningan. Pada kondisi asam,
Riboflavin dirubah menjadi turunan
tak aktif yang lain, lumikrom dan
ribitol. Senyawa ini mempunyai
Fluoresensi biru. Perubahan
menjadi lumiflavin dalam susu
mengakibatkan kerusakan asam
askorbat (deMan, 1999).
Gambar 8.25 . Perubahan fotokimia Riboflavin menjadi lumikrom dan lumiflavin
Kimia Pangan 354
Selain bersifat stabil terhadap
panas dan dalam larutan asam,
Riboflavin merupakan oksidator
yang agak kuat, pada pH netral
maupun basa (Harris dan Karmas,
1989 ).
Gambar 8.26. Kemampuan oksidasi-reduksi Flavin
Berdasarkan sifat biokimia yang
dimilikinya, Riboflavin termasuk
kelompok vitamin yang larut dalam
air, dan merupakan energi pendukung
untuk proses metabolisme dan
biosintesis dari sejumlah
persenyawaan termasuk dalam bentuk
coenzyme, seperti flavin adenine
dinucleotide (FAD) and flavin adenine
mononucleotide (FMN). Riboflavin
juga berperan dalam aktivasi dan
pendukung aktivitas berbagai jenis
vitamin seperti vitamin B6, folate,
niacin, dan vitamin K.
d. Pengaruh Pengolahan
Riboflavin sangat peka terhadap
cahaya, dan laju kerusakannya
meningkat dengan naiknya pH dan
suhu. Reduktor seperti asam
askorbat, disertai cahaya, dapat
menyebabkan kerusakan, misalnya
kerusakan susu dalam botol yang
terbuat dari kaca bening. Riboflavin
dalam susu pada kondisi seperti itu
akan mengalami kerusakan
sebesar 50% dalam 2 jam. (Harris
dan Karmas, 1989 ).
Susu termasuk sumber utama
riboflavin, maka digunakan
kemasan yang bersifat opaque
atau lightblocking mengingat
Riboflavin bersifat larut dalam air
dan stabil terhadap panas, tetapi
sensitif terhadap kerusakan yang
diakibatkan oleh adanya cahaya.
Hal tersebut menunjukkan sifat
bahan pengemas dapat
mempengaruhi derajat kerusakan
Riboflavin secara bermakna.
Tampaknya panjang gelombang
cahaya yang terlibat pada
kerusakan riboflavin terdapat di
daerah spectrum tampak di bawah
500 sampai 520 nm (DeMan,
1997).
Sama dengan vitamin B lainnya,
riboflavin hilang pada saat
penggilingan biji- bijian. Untuk
menutupi kekurangan ini, biasanya
dilakukan penambahan vitamin
pada tepung, namun Riboflavin
bukan termasuk vitamin yang ikut
ditambahkan. pada beras putih
karena dapat menyebabkan warna
kuning/ yellowish pada produk.
e. Analisis
Metode Fisik
- Penentuan spektrum
absorpsi Penentuan
spektrum absorpsi sinar
UV untuk vitamin B2
hanya cocok untuk
Kimia Pangan 355
larutan riboflavin murni.
Hal ini pun masih
memiliki kelemahan
karena sangat peka
terhadap cahaya.
- Pengukuran spektrum
fluoresensi
Vitamin B2 dapat diukur
berdasarkan sifatnya yang
dapat berfluoresensi
dengan panjang
gelombang maksimum
565 nm pada pH 6.
Metode Biokimia
Pada metode pengukuran
Riboflavin adenin
dinukleotida, senyawa
nukleotida diukur
berdasarkan kemampuannya
untuk berikatan dengan d—
asam-amino olsidase
Metode Biologi
Pada tes bakteri asam
laktat, metode ini
berdasarkan kebutuhan
Lactobacillus caseii akan
vitamin B2 untuk
pertumbuhan. Metode ini
tidak hanya mengukur
riboflavin bebas tetapi juga
riboflavin terikat. (koenzim
atau enzim).
4. Vitamin B3 (niasin)
Identifikasi niasin erat berkaitan
dengan penelitian tentang
penyebab dan pengobatan
pellagra, suatu penyakit yang
umum ditemukan pada abad ke –
18 di Spanyol dan Itali.
a. Klasifikasi dan Struktur
Niacinamide ( nicotinamide) adalah
salah satu bentuk dasar niasin
yang termasuk dalam vitamin BComplex.
Niasin digunakan
sebagai suatu istilah kolektif untuk
mengacu pada keduanya,
nicotinamide maupun nicotinic acid.
Nicotinamide dan nicotinic acid
mempunyai aktivitas vitamin yang
serupa, tetapi mereka memiliki
aktivitas farmakologis sangat
berbeda (Anonymous, 2004).
Bentuk niasin sebagai nikotinamida
kemudian diisolasi dari
Nikotinamida Adenin Dinukleotida
Fosfat (NADP) dan Nikotinamida
Adenin Dinukleotida (NAD).
Hubungan antara triptofan dan
niasin ditemukan melalui
eksperimen pada manusia yang
mengukur metabolisme niasin
sesudah diberi beberapa dosis
triptofan. Ternyata triptofan adalah
prekursor dari niasin ( Almatsier,
2004).
Kimia Pangan 356
N
N N
N
NH2
O
O H OR (H or PO3)
CH2 O P
O
P
O
O
O
O
C H2
O
O
O H OH
N+
CONH2
N
CONH2
N
COOH
Nicotinamide cotinamide Nicotinamide
acid
Gambar 8.27. Struktur nicotinic acid, nicotinamide dan nicotinamide adenine
dinucleotide (phosphate)
b. Kebutuhan dan Defisiensi
Vitamin B3
Kebutuhan manusia akan niasin
berkaitan dengan pemasukan
triptofan. Protein hewan
mengandung kira-kira 1,4%
triptofan, protein sayur sekitar 1%.
Pemasukan 60 mg triptofan melalui
makanan dianggap setara dengan
1 mg niasin. Dosis kebutuhan
harian untuk orang dewasa,
dinyatakan sebagai niasin, 6,6 mg
per 1000 kcal, dan tidak kurang
dari 13 mg jika jumlah kalori
kurang dari 2000kcal (deMann,
1999).
Nikotinamida dalam dosis
farmakologis tidak memiliki
aktivitas antihyperlipidemic,
maupun kemampuan untuk
menyebabkan niacin-flush.
Berdasarkan bukti yang ada,
bagaimanapun, dosis nikotinamida
secara farmakologis dapat
mencegah penyakit diabetes
mellitus tipe satu. Pyrazinamide,
salah satu obat penting dalam
perawatan tuberculosis, memiliki
sifat/ keadaan yang serupa, bila
dibandingkan dengan mekanisme
biokimia dengan nikotinamida.
Bila kekurangan vitamin ini dapat
menimbulkan penyakit seperti
pellagra (kerusakan kulit, lidah jadi
licin, bingung, diare, lekas marah).
Sebaliknya konsumsi vitamin B3
lebih dari 100 mg dapat
menimbulkan rasa gatal, sakit
kepala, mual, diare dan borok.
Gambar. 8.28. Penderita pellagra
Kimia Pangan 357
c. Sifat Fisikokimia
Niasin dan asam nikotinat
merupakan kristal putih, yang lebih
stabil dari tiamin dan riboflavin.
Niasin tahan terhadap suhu tinggi,
cahaya, asam, alkali dan oksidasi.
Niasin tidak rusak oleh pengolahan
dan pemasakan normal, kecuali
kehilangan melalui air masakan
yang dibuang. Niasin mudah diubah
menjadi bentuk aktif nikotinamida.
Vitamin B3 memiliki peran secara
biokimia yang ditunjukkan dengan
beberapa fungsi, di antaranya
adalah peranannya dalam sintesis
lemak, pernapasan jaringan dan
penggunaan karbohidrat, membentuk
nafsu makan yang baik, membantu
pencernaan, serta memperbaiki
kulit, saraf, dan saluran
pencernaan ( Anonymous, 2004).
Nicotinamida berfungsi di dalam
tubuh sebagai koenzim NAD dan
NADP ( NADH dan NADPH adalah
bentuk reduksinya). Koenzim-
koenzim ini diperlukan dalam
reaksi oksidasi- reduksi pada
glikolisis, metabolisme protein,
asam lemak, pernafasan sel dan
detoksifikasi, Peranannya adalah
melepas dan menerima atom
hydrogen. NAD juga berfungsi
dalam sintesis glikogen ( Almatsier,
2004).
d. Pengaruh Pengolahan
Niasin amida sebagian terhirolisis
oleh asam dan basa, tetapi
menghasilkan niasin dengan
aktivitas hayati yang sama. Perlu
diketahui juga bahwa niasin
langsung tercuci pada proses
pengukusan dan pencucian.
Vitamin ini dapat rusak oleh reaksi
enzim dalam proses pemeraman
daging (Harris dan Karmas, 1989 ).
Niasin barangkali merupakan
vitamin B yang paling stabil.
Senyawa ini tidak terpengaruh oleh
cahaya, panas, oksigen, asam
atau basa. Kehilangan utama yang
diakibatkan oleh pemrosesan ialah
pelarutan dalam air pemroses.
Pemutihan sayur dapat
menyebabkan kehilangan sekitar
15%. Proses yang menggunakan
air garam dapat mengakibatkan
kehilangan sampai 30%.
Pemrosesan susu, seperti
pasteurisasi, pensterilan, penguapan
dan pengeringan pengaruhnya
kecil bahkan tidak berpengaruh
terhadap asam nikotinat.
Sebenarnya semua niasin dalam
susu terdapat dalam bentuk
nikotinamida. Dalam banyak
makanan, penggunaan panas,
seperti pemanggangan dan
pembakaran, meningkatkan jumlah
niasin yang tersedia. Ini adalah akibat
perubahan dari niasin terikat menjadi
bentuk bebasnya (deMan, 1997).
e. Analisis
Metode Kimia
- Metode sianogen bromida
Prinsip metode ini
adalah berdasarkan sifat
turunan piridin yang dapat
memberikan warna
spesifik dengan sianogen
bromida dan anina primer
atau sekunder. Untuk
mengukur kadar asam
nikotinat dalam produkproduk
alami, terlebih
dahulu harus dilakukan
hidrolisa enzimatis untuk
mendapatkan asam
nikotinat bebas.
Kimia Pangan 358
- Metode 2,4-dinitro
chlorobenzen
Sampel yang dianalisi
dengan metode ini
hanya yang mengandung
asam nikotinat dan
amida bebas. Oleh
karena itu, sebelumnya
sampel dihidrolisis
terlebih dahulu.
Metode Biokimia
Berdasarkan tes
Lacrobacillus, dilakukan
pengukuran Lactobacillus
arabinous. Jika suplai
faktor- faktor pertumbuhan
yang diperlukan bakteri
tersebut telah cukup, maka
jumlah asam laktat yang
diproduksinya berbanding
lurus (proposional) dengan
jumlah asam nikotinat yang
ada. Metode ini memiliki
banyak kelebihan bila
dibandingkan metode kimia.
5. Vitamin B6 (pyrodoxine)
Pada tahun 1934, Gyorgy
mengidentifikasi dan memisahkan
vitamin B6 yang dapat
menyembuhkan dermatitis bersisik
pada tikus percobaan. Struktur
kimia dan sintesis vitamin B6 atau
piridoksin ditetapkan pada tahun
1939. Bentuk lain berupa
piridoksamin serta bentuk aktifnya
sebagai piridoksal fosfat ditetapkan
pada tahun 1942.
a. Klasifikasi dan Struktur
Vitamin B6 pada kenyataannya
tidak hanya satu jenis vitamin saja,
tapi merupakan suatu kelompok
tiga campuran yang saling
berkaitan yaitu, piridoksin,
piridoksal dan piridoksamin, dan
derivatif dari phosphorylated, yaitu
pyridoxine 5'-phosphate, pyridoxal
5'-phosphate dan pyridoxamine 5'-
phosphate. Meskipun semua
campuran ini secara teknis dikenal
sebagai vitamin B6, istilah Vitamin
B6 pada umumnya digunakan
untuk satu jenis vitamin yaitu
piridoksin.
N
R
CH2OH
H C H3
O H
1 2
3
4
5 6
4'
CH
O
CH2NH2
CH2OH
N
R
C
H2
O H
C H3 H
O P
O
OH
OH
N C H3 H
CH2OH
CH2
O H O
O
OH
OH
OH CH2OH
Pyridoxal
R Group
Pyridoxamine
Pyridoxine
Vitamin B6 5' Phosphat Pyridoxine -5'-B- D- Gukoside
Gambar 8.29. Struktur Vitamin B6
Kimia Pangan 359
Piridoksin hidroklorida adalah
bentuk sintetik yang digunakan
sebagai obat. Dalam keadaan
difosforilasi, vitamin B6 berperan
sebagai koenzim berupa piridoksal
fosfat (PLP) dan piridoksamin
fosfat (PMP) dalam berbagai reaksi
transaminasi. Disamping itu PLP
berperan dalam reaksi lain
( Amatsier, 2004). Vitamin B6
terdapat dalam jaringan hewan
dalam bentuk piridoksal dan
piridoksamina atau sebagai
fosfatnya. Piridoksin terdapat
dalam produk tumbuhan ( deMan,
1999 ).
b. Kebutuhan dan Defisiensi
Vitamin B6
Kekurangan vitamin B6 jarang
terjadi dan bila terjadi biasanya
secara bersamaan dengan
kekurangan beberapa jenis vitamin
B-kompleks lain. Kekurangan bisa
terjadi karena obat- obatan tertentu,
kacanduan alkohol, kelainan
kongenital, penyakit kronik tertentu
dan gangguan absorpsi.
Kekurangan vitamin B6 dapat
menyertai kecanduan alkohol
karena alkohol dan penyakit hati
yang disebabkan alkoholl dapat
mengganggu metabolisme vitamin
B6.
Gejala kekurangan vitamin ini
biasanya berkaitan dengan
gangguan metabolisme protein,
seperti lemah, mudah tersinggung
dan sukar tidur. Kekurangan lebih
lanjut menyebabkan gangguan
pertumbuhan, gangguan fungsi
motorik dan kejang- kejang,
anemia, penurunan pembentukan
antibodi, peradangan lidah serta
luka pada bibir, sudut-sudut mulut
dan kulit. Sedangkan kekurangan
vitamin B6 berat dapat
menimbulkan kerusakan pada
system saraf pusat, sebaliknya
kelebihan dosis > 25 mg dapat
menyebabkan kerusakan syaraf
yang tidak dapat diperbaiki
c. Sifat Fisikokimia
Piridoksin merupakan kristal putih
tidak berbau, larut air dan alkohol.
Piridoksin tahan panas dalam
keadaan asam, tidak begitu stabil
dalam larutan alkali dan tidak
tahan cahaya. Ketiga bentuk
vitamin B6 mengalami fosforilasi
pada posisi-5 dan oksidasi hingga
menjadi koenzim aktif piridoksal
fosfat ( Almatsier, 2004).
Piridoksin stabil terhadap panas
dan basa kuat atau asam, juga
peka terhadap cahaya, terutama
sinar ultraviolet dan jika terdapat
dalam larutan basa. Piridoksal dan
piridoksamin dirusak dengan cepat
jika kena udara, panas atau
cahaya. Piridoksamin mudah rusak
pada operasi pemrosesan
makanan ( deMan, 1999 ). Dalam
larutan netral atau basa, ketiganya
peka terhadap cahaya ultraviolet
(Harris dan Karmas, 1999).
Vitamin B6 berperan dalam bentuk
fosforilasi PLP dan MP sebagai
koenzim terutama dalam
transaminasi, dekarboksilasi, dan
reaksi lain yang berkaitan dengan
metabolisme protein.
Dekarboksilasi yang bergantung
pada PLP menghasilkan berbagai
bentuk amin, seperti epinefrin,
norepinefrin dan serotonin. PLP
Kimia Pangan 360
juga berperan dalam pembentukan
asam alfa-aminolevulinat, yaitu
precursor hem dalam hemoglobin.
Disamping itu, PLP diperlukan
untuk perubahan triptofan menjadi
niasin. Sebagai koenzim untuk
fosforilase, PLP membantu
pelepasan glikogen dari hati dan
otot sebagai glukosa-1-fosfat. PLP
juga terlibat dalam perubahan
asam linoleat menjadi asam
arakidonat yang mempunyai fungsi
biologik penting.
d. Pengaruh Pengolahan
Piridoksin mantap terhadap panas
dalam larutan asam dan basa,
namun peka terhadap cahaya
pada pH = 6,0. Piridoksal, bentuk
utama yang terdapat dalam susu
dan makanan lain, tak mantap
terhadap panas (Harris dan
Karmas, ). Pengaruh pemrosesan
terhadap piridoksin dalam susu
dan produk susu, tak ada
kehilangan yang berarti sebagai
akibat dari pasteurisasi,
penghomogenan dan produksi
susu kering. Akan tetapi,
pensterilan secara panas
dilaporkan mengakibatkan
kehilangan yang mempunyai
rentang dari 36 – 49 %. Kehilangan
tidak hanya terjadi selama
perlakuan menggunakan panas
tetapi juga selama penyimpanan
susu itu selanjutnya. Kehilangan
pada penyimpanan ini disebabkan
oleh pengubahan piridoksal
menjadi piridoksamin dan karena
perbedaan bentuk vitamin,
diidentifikasi senyawa ini sebagai
bis-4-piridoksal disulfide. Senyawa
ini dibentuk oleh reaksi piridoksal
dan gugus sulfihidril aktif. Yang
terakhir terbentuk selama
perlakuan protein dengan panas.
Pengalengan makanan
mengakibatkan kehilangan vitamin
B6 20-30%. Penggilingan gandum
dapat mengakibatkan kehilangan
sampai 80-90%. Pemanggangan
roti dapat menimbulkan kehilangan
sampai 17 % (deMan, 1999).
e. Analisis
Metode Kimia
- Tes Cyamida
Tes ini hanya dapat
digunakan untuk garam
vitamin B6-metil-etil.
Oleh karena itu, mulamula
vitamin B6 harus
dikonversi menjadi
vitamin B6-metil eter
dengan diazo metana
dan kemudian dikonversi
lebih lanjut menjadi
senyawa iodo-metilpiridinium
atau senyawa-
senyawa piridinium lain.
- Metode Ferri klorida
Tes ini sangat berguna
untuk penentuan kadar
vutamin B6 pada
sumber- sumber kaya
vitamin tersebut. Vitamin
B6 akan membentuk
warna coklat merah
dengan ferri chlorida dan
hasilnya dibandingkan
dengan standar.
Metode Biologi
Pada tes pertumbuhan
khamir, Vitamin B6 dapat
menstimulir pertumbuhan
Kimia Pangan 361
Sacharomices carlbergensis.
Oleh karena itu analisis
vutamin B6 berdasarkan
pengeluaran kecepatan
pertumbuhan khamir
tersebut dapat dilakukan.
6. Asam Folat
a. Klasifikasi dan Struktur
Asam folat (folid acid) merupakan
sederet senyawa berkaitan yang
terdiri atas tiga bagian : pteridin,
asam para-amino benzoat, dan
asam glutamat atau tersusun dari
2-amino-4-hidroksi pteridin yang
mengikat asam glutamat (PABG),
gambar 8.30.
Dalam sistem bologis/hayati asam
folat dapat berada dalam bentuk
yang berbeda-beda. Bentuk yang
tersebar di alam adalah asam
glutamat yang dinamai asam
pteroil glutamat (APG) atau
konyugat dengan jumlah bagian
asam glutamat yang beragam,
seperti mono, tri- dan
heptaglutamat. Bentuk ini tersedia
dengan konsentrasi yang sangat
kecil.
Gambar 8.30. Struktur asam folat
Asam folat disebut juga folasin
(C19H19N7O6) sedangkan nama
sebelumnya adalah antianemia,
faktor U (unknown) yang
diperlukan untuk pertumbuhan
anak ayam, juga disebut Bc
(antianemia untuk chick) atau M
dan faktor L.caseii.
b. Kebutuhan dan Defisiensi
Asam Folat
Vitamin ini terdapat dalam
berbagai makanan, terutama
dalam hati, ginjal, daging tanpa
lemak, susu, keju, sayuran
berdaun hijau tua, rumputrumputan,
bunga kubis, kacangkacangan,
kecambah gandum dan
khamir. Asam folat dapat diisolasi
dari bayam dengan absorpsi
menggunakan charcoal (arang
aktif), pengendapan dengan
garam-garam Pb atau Ag dan
absorbsi secara kromatografi
menggunakan “fuller’s earth”.
Asam folat merupakan vitamin
yang dibutuhkan untuk
pertumbuhan, reproduksi dan
pencegahan anemia pada hewan
dan dapat digunakan untuk
penyembuhan beberapa jenis
anemia pada manusia. Di samping
COOH NH C NH
COOH
CH CH2 CH2
O
C
C
N
C
N
N
CH
C
N H2 C
N
OH
CH2
Asam folat
Turunan pteridin Asam
p-aminobenzoat
Asam glutamat
PABG
Kimia Pangan 362
itu asam folat dapat menstimulir
pertumbuhan tikus dan berbagai
bakteri, antara lain Streptococcus
lactis, Lactobucillus delbruckii dan
Lactobacillus caseii.
Kebutuhan harian folat untuk orang
dewasa diperkirakan sebesar 0,4 –
0,8 mg. Persediaan folat yang
cukup dapat dipantau oleh
tingkatan asam folat bebas dalam
serum darah atau sel darah merah.
Folat dalam serum normal, jika
nilainya berkisar antara 5 – 20
ng/ml, kurang dari 5 ng/ml berarti
berada pada tingkatan defisiensi.
Kebutuhan tambahan folat selama
hamil sebesar 0,4 mg/hari dan 0,2
mg/hari selama menyusui.
Kekurangan asam folat dapat
terjadi pada wanita hamil yang
hanya mengkonsumsi sedikit
sayur-sayuran hijau dan tanaman
polong yang banyak mengandung
asam folat atau karena mengalami
penyakit saluran pencernaan. Bayi
dapat menderita kekurangan, bila
kandungan folat dalam susu
formulanya rendah. Kekurangan
asam folat menyebabkan sejenis
anemia dengan sel darah merah
yang tidak cukup matang
sebagaimana mestinya. Diagnosis
kekurangan asam folat didasarkan
pada ditemukannya anemia dengan
sel darah merah yang berukuran
besar dan ditemukannya kadar
yang rendah dalam darah.
Pemeriksaan sumsum tulang
menunjukkan adanya prekursor sel
darah merah imatur yang berukuran
besar, yang akan memperkuat
diagnosis. Pengobatan terhadap
kekurangan asam folat adalah
dengan pemberian asam folat peroral
(ditelan).
Kelebihan asam folat bisa
menyebabkan keracunan, pada
dosis lebih dari 100 kali dosis
harian yang dianjurkan. Hal ini
dapat meningkatkan frekwensi
kejang pada penderita epilepsi dan
memperburuk kerusakan saraf pada
penderita kekurangan vitamin B12.
c. Sifat Fisikokimia
Kristal folasin berwarna kuning
sampai kuning-oranye, tidak
berasa dan tidak berbau. Sangat
mudah larut dalam alkali encer dan
sedikit larut dalam air (0,16 mg per
100 ml air pada 25o C; 1 g per 100
ml pada 100o C) dan tidak larut
dalam alkohol, aseton, eter dan
kloroform. Titik lebur pada 250o C
dan BM –nya 441.40 dan
mempunyai aktivitas optik pada
{á} -25 = +2,3.
Asam folat stabil dalam medium
asam tetapi cepat dirusak dalam
kondisi netral dan basa. Dalam
larutan, vitamin mudah dirusak
oleh cahaya. Asam folat stabil
terhadap basa dalam kondisi
anaerob, namun demikian
hidrolisis masih dapat berlangsung
dengan memecah rantai samping
sehingga menghasilkan PABG dan
asam pterin-6-karboksilat. Asam
hidrolisis dibawah kondisi anaerob
menghasilkan 6-metilpterin.
Turunan poliglutamat dari asam
folat dapat dihidrolisa oleh basa
pada kondisi tanpa udara
menghasilkan asam folat dan
asam glutamat. Reaksi-reaksi ini
dikatalisis oleh riboflavin dan FMN
Kimia Pangan 363
(flavin mononukleotida). Hanya
asam folat dan turunan
poliglutamat yang mempunyai
aktivitas vitamin.
Asam folat tidak mempunyai
aktivitas koenzim tetapi molekulnya
tereduksi secara enzimatik. Enzim
folat reduktase mereduksi asam
folat menjadi asam dihidrofolat
(FH2), kemudian FH2 direduksi
oleh FH2 reduktase menghasilkan
tetrahidrofolat (FH4), yang
merupakan bentuk koenzim
aktifnya.
Koenzim folat berperan dalam
reaksi-reaksi biokimia
Asam folat + NADPH + H+ Folat FH2 + NADP+
Reduktase
dihidrofolat
FH2 + NADPH + H+ FH4 + NADP+
Reduktase
Peran utama FH4 adalah sebagai
pembawa sementara gugus 1 -
karbon di dalam sejumlah reaksi
kompleks enzimatik. FH4 juga
berperan dalam banyak reaksi
penting dalam tubuh berdasarkan
fungsinya baik sebagai sumber
atom hidrogen maupun sumber
atom karbon dalam sintesis gugus
CH3 dan menghasilkan FH2.
Asam folat yang berada dalam
bentuk yang lebih aktif dari pada
APG disebut asam folinat atau
faktor sitrovorum berupa N5–
formil-5,6,7,8-tetrahidro APG.
FH2 dan FH4 sangat mudah
teroksidasi oleh udara, dalam
larutan netral FH4 teroksidasi
dengan cepat menghasilkan APG
pterin, xantopterin, 6-metil pterin
dan senyawa pterin lainnya seperti
asam folat. Oksidasi udara
terhadap FH4 dapat dikurangi
dengan adanya tiol, sistein atau
asam askorbat. FH2 bersifat lebih
stabil daripada FH4 tetapi masih
dapat teroksidasi. FH2 teroksidasi
lebih cepat dalam larutan asam
dari pada basa, menghasilkan
PABG dan 7,8-dihidropterin-6-
karboksaldehida. Disinipun senyawa
tiol dan asam askorbat dapat
menghambat oksidasi (gambar
8.31).
Kimia Pangan 364
N
N N
N
O
H
N
H N
R H
N H2
N
N
O
N H2 N
N C
H
O
N
N
O
H
N H2 N
N
N N
N
O
O
H
H
N H2
Tetrahidrofolat
Dihidrofolat
P-aminobenzoil
glutamat
Dihidropterin +
Pterin-6-karboksaldehid Pterin Xantopterin
Gambar 8.31. Mekanisme pembentukan FH2 dan Pterin dari FH4
d. Pengaruh Pengolahan
Dari studi tentang penyimpanan
dan pengolahan susu
menunjukkan bahwa yang utama
berperan dalam proses inaktivasi
adalah yang bersifat oksidatif.
Kerusakan folat paralel dengan
askorbat, dan penambahan
askorbat dapat menstabilkan folat.
Kedua vitamin ini akan bertambah
stabilitasnya dengan adanya
deoksigenasi susu, tetapi
keduanya akan menurun setelah
14 hari dalam penyimpanan pada
suhu 15-190 C.
Beberapa hasil penelitian
menunjukkan bahwa kerusakan
dan atau kehilangan asam folat
dalam bahan pangan bervariasi,
dan biasanya disebabkan oleh
antara lain; pencucian,
perendaman, perebusan,
pengalengan, pengorengan dan
blansir dengan air panas serta cara
pengolahan yang lain. Berikut ini
disajikan kehilangan folat dalam
berbagai pengolahan sumbersumber
folat.
Kimia Pangan 365
Tabel 8.14. Kehilangan folat pada berbagai pengolahan sumber-sumber
folat.
Produk Makanan
Cara Pengolahan
Kehilangan
Aktivitas Asam
Folat (%)
Telur
Sourkrant
Hati
Ikan Pecak
Kembang kol Wortel
Daging
Sari buah jeruk
Sari buah tomat:
- Yugoslavia
- Amerika
Tepung
Daging atau sayur rebus
Penggorengan
Perebusan
Fermentasi
Pemasakan
Pemasakan
Perebusan
Perebusan
Radiasi - ã
Pengalengan dan
penyimpanan
Pengalengan
Pengalengan
Penyimpanan dalam
gelap (1 tahun)
Penyimpaan dalam terang
(1 tahun)
Penggilingan
Pengalengan dan
penyimpanan (1½ tahun)
Pengalengan dan
penyimpanan (3 tahun)
18-24
Tidak ada
Tidak ada
46
69
79
Tidak ada
Dapat diabaikan
70
50
7
30
20 – 80
Diabaikan
Diabaikan
Diabaikan
Sumber : Malin dalam Fennema, 1985
Pasteurisasi dan pensterilan susu
hanya menyebabkan kehilangan
sedikit atau tanpa kehilangan,
tetapi susu kering diikuti dengan
pensterilan seperti yang dapat
terjadi pada susu bayi dan
menyebabkan kehlangan folat
yang berarti.
e. Metode Analisis
Kandungan asam folat di dalam
bahan pangan umumnya dianalisis
secara mikrobiologis. Pengujian
secara mikrobilogi disajikan
sebagai suatu metode tradisional
dari analisis asam folat dan
didasarkan pada kebutuhan
makanan dari mikroorganisme
(Lactobacillus caseii, Pediococcus
cerevisiae, and Streptococcus
faecalis).
Asam folat diektrak dari sampel
yaitu dengan cara mensuspensikan
sampel ke dalam buffer phosfataskorbat.
Asam askorbat dilarutkan
dalam akuades. Campuran di
autoklaf pada suhu 121 oC selama
15 menit setelah dingin diberi
enzim ”Bactochicken pancreas”.
Enzim ini dihilangkan setelah
hidrolisa selesai, lalu ditambahkan
toluen. Campuran diinkubasi pada
suhu 37o C selama 24 jam, lalu di
autoklaf selama 3 menit pada 121oC,
Kimia Pangan 366
didinginkan dan disaring. Filtratnya
diencerkan dengan buffer askorbat
sampai memperoleh konsentrasi
0,5-2,0 mg asam folat per ml.
Pada uji ini digunakan mikroba
Streptococcus faecalis, sedangkan
untuk standar digunakan larutan
asam folat yang diperoleh dengan
melarutkan kristal APG dalam
etanol 20% dalam air.
Dalam jumlah yang lebih besar
pengukuran dilakukan dengan
huorometri dan kromatografi. Dalam
larutan murni folat diukur dengan
menggunakan spektrofotometer –UV,
dan secara polografi.
7. Asam Pantotenat
a. Klasifikasi dan Struktur
Asam pantotenat sering disingkat
pantoten, berasal dari bahasa
Yunani kuno yang berarti “di manamana”.
Asam pantotenat
(C9H17O5N), secara kimiawi diberi
nama D(+)-N-(2,4-dihidroksi-3,3 -
dimetil-butiril)-â- alanin (atau
disebut juga vitamin B5). Vitamin
ini disebut juga faktor anti
dermatosis anak ayam, faktor anti
uban, faktor anti pellagra anak
ayam dan faktor filtrat (filtrat hati,
khamir dan ekstrak hati).
Asam pantotenat mula-mula
diisolasi oleh Robert William pada
tahun 1938 dari khamir dan ekstrak
hati. Pada tahun 1950 setelah
diisolasi fungsi keenzimannya,
Fritz Lipmann dan Nathan Kaplan
menemukan kofaktor tahan panas
yang penting untuk
melangsungkan asetilasi enzimatik
alkohol atau amin yang bergabung
pada ATP. Pada pemurnian dan
analisis faktor ini disebut koenzim
A (KoA atau KoA-SH, untuk
asetilasi) koenzim A mengandung
asam pantotenat dalam bentuk
terikat (gambar 3). Sebagai
koenzim A asam pantotenat terlibat
dalam metabolisme karbohidrat,
lemak dan protein, khususnya
dalam produksi energi. Asam
pantotenat juga terlibat dalam
metabolisme asam lemak dan
lipida lain. Koenzim A merupakan
pembawa sementara gugus asil.
Molekul koenzim A mengandung
gugus tiol (-SH) yang reaktif,
tempat gugus asil berikatan secara
kovalen membentuk tioester
selama reaksi pemindahan gugus
asil.
C CH2
O H
O
CH2 NH2 C
O
C
OH
C
CH3
CH2
H OH CH3
Asam pantotenat
S H C
H2
CH2 NH C
O
CH2CH2 NH C
16
C
O OH
O
C
CH3
CH3
CH2O P
O
O
O
P
O
O
O
CH2
H
O
H
O
P O
O
O
H
OH
N
H
N
C H
C C
N
CH
N
C
Asam Pantotenat
Koenzim A
Ribosa 3-fosfat
Adenin
B - merkaptoetilamin
Gugus reaktif
Gambar 8.32. Struktur asam pantotenat dan koenzim A
Kimia Pangan 367
b. Kebutuhan dan Defisiensi
Asam Pantotenat
Asam pantotenat terdapat pada
semua sel dan jaringan mahluk
hidup, karena itu terdapat dalam
kebanyakan produk makanan.
Sumber makanan yang baik
termasuk daging, hati, ginjal, buah,
sayur, susu, kuning telur, ragi,
butir utuh serealia, dan buah batu.
Dalam produk hewan sebagian
besar asam pantotenat terdapat
dalam bentuk terikat, tetapi dalam
susu hanya sekitar seperempat
dari vitamin yang terikat.
Kebutuhan harian pantotenat untuk
orang dewasa adalah 6 – 8 mg.
Konsentrasi dalam darah 10 – 40
µg/100 ml dan 2,7 mg/hari yang
dikeluarkan melalui urin.
Kekurangan asam pantotenat
memberikan gejala kehilangan
selera makan, tidak dapat
melaksanakan pencernaan
makanan dengan baik, depresi
mental, insomnia, mudah terjadi
infeksi saluran pernapasan, yang
sering ditandai dengan muntahmuntah,
tremor, iritasi dan “burning
feet syndrome”
c. Sifat Fisikokimia
Asam pantotenat merupakan
cairan kental berwarna kuning,
larut dalam air, etanol, etil asetat,
dioksan, asam asetat glasial, agak
larut dalam eter dan amil alkohol,
srta tidak larut dalam benzen dan
khloroform.
Asam pantotenat sangat stabil pada
kisaran pH 4-7. Di atas dan dibawah
kisaran pH tersebut asam pantotenat
dapat terhidrolisis menjadi bentukbentuk
yang tidak aktif. Hidrolisis
alkalin menghasilkan â-alanin dan
asam pantoat, sebaliknya hidrolisis
asam menghasilkan lactona-ã pada
asam pantoat.
Asam pantotenat dan garamgaram
anorganiknya dalam bentuk
larutan bersifat labil terhadap
panas, terutama dengan adanya
alkali dan asam kuat, tetapi larutan
D-pantotenol dalam air lebih stabil.
Karena sifatnya yang larut dalm air
maka akan terjadi kehilangan
besar pada saat pencucian dan
dripping pada defrosing makanan
beku terutama daging.
d. Pengaruh pengolahan
Pada umumnya asam pantotenat
mempunyai stabilitas yang baik,
dan seperti halnya riboflavin dan
niasin sebagian besar kehilangan
disebabkan karena menetes keluar
bersama air. Kehilangan atau
kerusakan asam pantotenat pada
produk makanan hewani maupun
nabati dapat terjadi pada proses
pengalengan dan ataupun
pembekuan, yaitu antara lain karena
pencucian, blanching, pengukusan
dan atau pemasakan. Kehilangan
dapat pula terjadi pada proses
pembekuan, pasteurisasi dan pada
saat penyimpanan. Kehilangan
pantotenat yang tinggi terutama
karena pencucian, pemasakan dan
blanching, sedangkan pada
pengukusan, penyimpanan dan
pasteurisasi hanya terjadi
kehilangan pantotenat dalam
jumlah yang rendah.
Kimia Pangan 368
e. Metode Analisis
Asam pantotenat di dalam
makanan dapat diuji mikrobologis
yang menggunakan Lactobacillus
plantarum atau melalui uji
radioimun. Faktor penentu yang
berpengaruh terhadap validitas
dari analisis asam pantotenat
adalah perlakuan awal yang
dibutuhkan untuk melepaskan
bentuk-bentuk ikatan dari vitamin.
Metode L. Plantarum hanya dapat
mengukur asam pantotenat bebas.
Untuk mengukur total pantotenat,
aam pantotenat yang terikat harus
dibebaskan lebih dulu dengan
menggunakan enzim papain dan
diastase.
Cara analisis pantotenat lain ialah
dengan menggunakan khamir.
Dengan metode ini sejumlah
0,0005 asam pantotenat per
medium dapat ditentukan secara
kuantitatif.
Disamping itu pantotenat dapat
juga diuji dengan mengunakan
metode biologi yang menggunakan
hewan percobaan (anak ayam dan
tikus). Metode lainnya adalah
metode kimia (termasuk
kromatografi). Metode kimia untuk
asam pantotenat menyangkut
hidrolisis atau redoksi dengan
mengukur salah satu hasil
degradasinya terutama â-alanin
atau asam pantoat (2,4 – dihidroksi
– 3,3- dimetil asam butirat).
8. Biotin
a. Klasifikasi dan Struktur
Biotin terdiri atas dua cincin siklik
yang dibentuk dari urea dan cincin
tiopen. Strukturnya mengandung
tiga atom karbon asimetrik
(gambar 8.33.), dan ada delapan
stereoisomer yang mungkin
terbentuk, dan hanya D - biotin
yang terdapat di alam dan
mempunyai aktifitas vitamin.
Biotin dikenal juga sebagai vitamin
H. Nama lainnya adalah Bios II,
faktor X, koenzim R, Bios II B,
faktor anti “egg-white-injury”, faktor
W, vitamin Bw dan faktor S.
secara kimia biotin disebut juga
cis-tetrahidro-2-2oxotieno 3-4-dimidazolin-
4-asam valerat atau
C10H16N2O3S.
Terdapat dua bentuk yang terjadi
secara alami yaitu D-Biotin bebas
dan biositin atau å-N-biotinil-LLysin
(gambar 8.33). Biositin
berfungsi sebagai bentuk
kooenzim yang berasal dari residu
lisin biotinilasi yang secara kovalen
berikatan dalam gugus protein dari
reaksi karboksilasi.
Kimia Pangan 369
HC CH
NH
C
N H
O
CH C H2
S COOH
Biotin
HC CH
NH
C
N H
O
CH C H2
C NH
(CH2)4
O
CH
NH2
COOH
Biocitin
Gambar 8.33. Struktur biotin dan biocitin
b. Kebutuhan dan Defisiensi
Biotin
Kekurangan vitamin ini jarang
terjadi. Sebagian besar
kekurangan biotin hanya terjadi
pada manusia yang terlalu banyak
mengkonsumsi albumen. Pasokan
biotin manusia hanya sebagian
saja berasal dari makanan.
c. Sifat Fisikokimia
D-biotin merupakan kristal bubuk
berwarna putih atau kristal
berbentuk jarum tidak berwarna.
Vitamin ini sedikit larut dalam air
(sekitar 22 mg per 100 ml pada 25 oC)
dan larut dalam alkohol, alkali encer
dan air panas, agak larut dalam
asam encer dan tidak larut dalam
kloroform, eter dan petroleum eter.
Biotin murni stabil terhadap panas,
cahaya, udara dan asam lemah
serta kondisi netral (pH optimum 5-
8). Pada kondisi pH yang sangat
tinggi atau rendah menyebabkan
biotin mengalami degradasi.
Larutan alkalin dari biotin dapat
bertahan sampai pH 9.
Biotin dalam putih telur terikat
sangat kuat dengan avidin protein
kompleks. Avidin terdenaturasi
oleh panas, sehingga reaksi dapat
dihilangkan jika telur dimasak.
Oksidasi terhadap biotin dengan
permanganat atau hidrogen
peroksida di dalam asam asetat
menghasilkan sulfon. Asam nitrit
dapat menghilangkan aktivitas
biologi biotin yang kiranya dapat
membentuk suatu turunan nitros
urea. Formaldehid juga
menginaktifkan vitamin.
Vitamin ini merupakan koenzim
untuk reaksi karboksilasi. Biotin
berperan sebagai pembawa gugus
karboksi (-COO-) pada sejumlah
reaksi karboksilasi enzimatik yang
memerlukan ATP. Beberapa
reaksi karboksilasi tersebut antara
lain : reaksi karboksilasi (dari asam
piruvat menjadi asam oksaloasetat
dalam siklus krebs) dan reaksi
transkarboksilasi, dari asetil Co-A
menjadi malonil Co-A .
Kimia Pangan 370
Biotin sangat diperlukan dalam
biosintesis asam lemak dan dalam
glukoneogenesis.
d. Pengaruh Pengolahan
Biotin mempunyai stabilitas yang
baik selama pengolahan.
Perlakuan panas hanya
menyebabkan kehilangan yang
relatif kecil. Pada produksi susu
yang diuapkan dan dikeringkan,
kehilangan biotin tidak mencapai
15 %. Selama pengolahan kedelai
menjadi tepung dan konsentrat
protein tidak ditemukan kehilangan
biotin, tetapi pada pembuatan
isolat protein kedelai diperoleh
susut biotin sebanyak 80 %. Pada
pengalengan beberapa sayuran
dan biji-bijian, kehilangan vitamin
ini relatif besar.
Tabel 8.15. Kehilangan biotin pada
pengalengan beberapa
produk pertanian
Produk % Kehilangan
biotin
Wortel
Jamur
Bayam
Tomat
Jagung
Kacang Kapri
40
54,4
66,7
55,0
63,3
77,7
Sumber: Kimia Vitamin, Nuri Andarwulan,
1989
e. Metode Analisis
Pengukuran kadar biotin dalam
pangan dilakukan dengan uji
mikrobiologis, yaitu dengan
menggunakan bakteri seperti
Lactobacilus plantarum,
Sacharomyces cereviceae,
Staphylococcus aueus, lostridium
butylicum dan Lactobacillus
arabinosus. Yaitu dengan
menambahkan d-biotin murni pada
kultur medianya (yang biasa
digunakan adalah L. Plantarum).
Secara teknis penggunaan
mikroba ini lebih sederhana dan
lebih singkat. Tetapi
mikroorganisme hanya dapat
menentukan kadar biotin bebas
dan biotin terikat (botin total).
Disamping itu kadar biotin dapat
juga diukur melalui metode
sebagai berikut :
Metode tikus percobaan
Metode ini diujicobakan pada
tikus putih jantan. Tikus diberi
ransum seimbang dengan satusatunya
protein yaitu putih telur.
Putih telur diberikan dalam
jumlah yang besar dan waktu
yang dibutuhkan untuk gejalagejala
kelainan kulit yang
pertama sebanding dengan
kadar biotin dalam ransum.
Penentuan jumlah biotin yang
dibutuhkan untuk
menghilangkan gejala-gejala
tersebut dengan menggunakan
standar d-biotin murni.
Disamping pengujian yang
menyangkut timbulnya “eggwhite
injury”, dapat juga
dilakukan dengan mengukur
pertumbuhan tikus.
Metode anak ayam
Pengukuran kadar biotin dapat
dilakukan berdasarkan
pertumbuhan anak ayam, hal
ini disebabkan karena anak
ayam sangat membutuhkan
biotin untuk pertumbuhannya.
Kimia Pangan 371
Karena biotin murni tersedia dalam
bentuk sintetik, maka hasil analisis
biasanya dinyatakan dalam berat
d-biotin murni per berat sampel.
9. Vitamin B12 (Sianokobalamin)
a. Klasifikasi dan Struktur
Vitamin ini memiliki struktur yang
lebih kompleks, dengan dua
komponen khas. Dalam bagian
nukleotida, 5,6–dimetil
bensilmidazol berikatan dengan D -
ribosa melalui ikatan á-glikosidik.
Ribosa mengandung gugus fosfat
pada posisi 3’. Bagian pusat cincin
adalah suatu sistem cincin “corrin”,
yang mengandung porfirin. Empat
koordinat untuk atom nitrogen dari
cincin corrin adalah suatu atom
kobal sehinga vitamin ini disebut
juga kobalamin. Pada bentuk yang
biasa diisolasi, enam posisi
koordinat dari atom kobal II
ditempati oleh sianida
(sianokobalamin). Pada koenzim
aktif, keenam koordinat mengikat
5-dioksidanosin melalui gugus
metil (gambar 8.34).
N N
CH3
CH3
H
O
CH2OH
H
H
OH
CH
H
CH3
Co N
CH2
CH2
H
H2NOC
H
CH2
H2NOC
CH3
CH3
N
C H3
CH
CONH2
N
H
CH2
CO
NH
CH2
CH C H3
O
O
P
O
O
H
CH2
CH2
CONH2
CH3
H
CH2
CH2
CONH2
CH
CH3
N
CH2
H H
OH
H
OH
N
N
N
N O
H
NH2
(CH2)2CONH2
+
Gambar 8.34. Struktur Vitamin B12
Kimia Pangan 372
b. Kebutuhan dan Defisiensi
Vitamin B12
Vitamin B12 banyak ditemukan
pada jaringan hewan tetapi hampir
tidak ada pada jaringan tumbuhan.
Sumber vitamin dari makanan
yang penting ialah produk hewan.
Sumber yang baik adalah daging
kurus tanpa lemak, hati, ginjal, ikan,
kerang dan susu (tabel 24) dan
pada biji/buah atau sayuran yang
terkontaminasi oleh feses
serangga. Dalam susu vitamin
terdapat sebagai kobalamin yang
terikat pada protein.
Vitamin B12 diperlukan untuk
fungsi sel tubuh yang normal,
termasuk otak dan sel syaraf.
Kobalamin berhubungan dengan
produksi sel darah merah.
Defisiensi dari vitamin ini akan
menimbulkan Anemia Pernisiosa
c. Sifat Fisikokimia
Sianokobalamin adalah kristal
higroskopis yang berwarna merah
gelap, dengan rumus empirik
C63H88N14O14Pco. Sianokobalamin
bersifat basa, berbau busuk,
rasanya tawar yang larut dalam air.
Juga larut dalm alkohol dan fenol
tapi tiak larut dalam aseton,
kloroform dan eter.
Gugus sianida dari sianokobalamin
dapat diganti oleh ion-ion lain
menjadi bentuk hidroksokobalamin,
klorokobalamin, nitrokobalamin,
tiosianakobalamin dan lainnya.
Sianokobalamin stabil dalam udara
dan dalam udara kering dan relatif
stabil pada suhu 100o C selama
Terkena sinar ultraviolet atau sinar
tampak yang intensitasnya tinggi.
Stabil pada kisaran pH 4 –6. Pada
kisaran ini hanya sedikit
kehilangan yang ditemukan setelah
diautoklaf. Pereduksi seperti tiol
dalam konsentrasi yang rendah
dapat melindungi vitamin ini tetapi
dalam jumlah yang lebih besar
dapat menyebabkan kerusakan.
Asam askorbat dan sulfit dapat
merusak vitamin B12. Kombinasi
dari tiamin dan asam nikotinat
secara perlahan dapat pula
merusak vitamin B12 dalam larutan,
meskipun tidak pernah berbahaya
bagi keduanya. Besi melindungi
vitamin dari kedua senyawa
tersebut dengan cara bergabung
dengan hidrogen sulfit, senyawa
perusak dari tiamin.
d. Pengaruh Pengolahan
Vitamin B12 tidak dirusak oleh
pemasakan kecuali kalau
dididihkan dalam larutan basa.
Dalam hati, 8% dari vitamin ini
hilang oleh perebusan pada 100o C
selama 5 menit, sedangkan
pendidihan otot daging pada 170o
C selama 45 menit mengakibatka
kehilangan sebesar 30%. Dalam
pemanasan oven pada makanan
beku, retensi vitamin B12 berkisar
79-100%, pada produk-produk ikan,
ayam goreng, kalkun dan daging
sapi.
e. Metode Analisa
Vitamin B12 dianalisis secara
mikrobiologis dengan menggunakan
L. leichmannii sebagai suatu uji
organisme. Sebelum penyerapan,
vitamin B12 diikat dengan
mukoprotein dalam suatu getah
lambung yang disebut faktor
intrinsik. Protein di sekitar B12
dengan mudah dibebaskan oleh
enzim pencernaan.
Kimia Pangan 373
10. Bioflavonoid (Vitamin P)
a. Klasifikasi dan Nomenklatur
Bioflavonoid adalah sahabat asam
askorbat atau vitamin C pada
makanan alami. Biolavonoid
memperkuat aksi vitamin C.
Keduanya termasuk vitamin yang
larut dalam air dan secara alami
banyak terdapat pada jenis
makanan yang sama. Artinya,
flavonoid dian vitamin C selalu
bersama-sama dalam makanan.
Vitamin ini ditemukan ilmuwan
rusia, Dr. Albert Sznet – Gyorgyi,
(1936) dalam selaput putih di
bagian dalam buah sitrus (jeruk).
Huruf P berasal dari kata
permeability, faktor unggulan
flavonoid seperti vitamin C,
flavonoid mudah diserap dari
dalam usus. Oleh badan
Committee on Nomenclature of
American Society of Biological
Chemistry dan American Institut of
Nutrion (1950) namanya diubah
menjadi bioflavonoid atau biasa
dinyatakan dengan antihemorrhage
(pendarahan)
b. Kebutuhan dan Defisiensi
Vitamin P
Sebagaimana vitamin C, sumber
utama flavonoid adalah kelompok
buah sitrus (jeruk) termasuk lemon,
limau, jeruk nipis, grapefruit, jeruk
bali dan sebagainya. Jenis buah
lain seperti pepaya, cherry, anggur,
apricot, plum, blackberry, juga
termasuk sumber vitamin P.
Sedangkan dalam kelompok
sayuran adalah paprika hijau, daun
slada brokoli, tomat, bawang
merah dan bawang putih
Fungsi dan kegunaan flavonoid
untuk meningkatkan ketahanan
selaput pembuluh darah atau kapiler
dan mengatur kemampuan daya
serapnya, meningkatkan
penyerapan vitamin C dan
melindungi molekul-molekul vitamin
C dari oksidasi. sehingga secara
tidak langsung berperan dalam
menjaga kesehatan kolagen.
Flavonoid sendiri sering digunakan
untuk memperbaiki ketahanan kapiler
pada kasus pendarahan gusi,
sariawan dengan pendarahan pada
usus duabelas jari dan kulit mudah
memar. Juga digunakan untuk
masalah asma, alergi, bursitis dan
artitis, gangguan mata pada
diabetes dan mencegah kerusakan
sel-sel dari efek radiasi. Juga
mampu mencegah tejadinya kanker.
Kebutuhan bioflavonoid
khususnya rutin dan hesperidin per
hari berbeda menurut golongan
umur. Wanita hamil dan menyusui
lebih membutuhkan vitamin ini
dalam jumlah yang besar
dibandingkan dengan bayi ataupun
anak di usia pertumbuhan. Untuk
terapi kisaran yang dianjurkan
menurut RDA adalah 50 – 500 mg
pe hari.
Kekurangan flavonoid cenderung
meningkatkan resiko mudah
memar juga berkurangnya daya
tahan tubuh terhadap infeksi atau
peradangan pada artitis.
c. Sifat Fisikokimia
Bioflavonoid diekstrak dari
Capsicum anunum serta Citrus
limun. Citrin dan glycosidelain
sebagai anthoxanthin) mempunyai
Kimia Pangan 374
aktivitas vitamin P. Secara kimiawi
disebut flavonoid. Sitrin dan lemon
merupakan campuran dari dua
flavonone, glukosida dan
hesperidin dan eriodictin.
Bioflavonoid yang terdapat dalam
alam adalah rutin dan quercetin.
D. Bahan Mirip Vitamin dan
Kelompok Vitamin Baru
1. Bahan- bahan Mirip Vitamin
Beberapa faktor makanan
mempunyai karakteristik vitamin,
namun tidak diklasifikasikan
sebagai vitamin. Ada yang dapat
disintesis dalam batas-batas
tertentu oleh tubuh, tapi dalam
keadaan stres dibutuhkan dalam
bentuk suplemen. Ada pula yang
terdapat di dalam tubuh tetapi
belum diketahui kegunaannya.
a. Kolin
Kolin merupakan komponen
fosfolipida, yaitu lesitin,
spingomielin dan asetilkolin. Lesitin
dan spingomielin merupakan
bagian membran sel. Asetilkolin
berfungsi sebagai pengantar saraf.
Kolin pada umumnya dimakan
sebagai lesitin (95% lesitin
merupakan fosfatidilkolin). Percobaan
pada manusia menunjukkan
bahwa kekurangan kolin secara
kronis mempengaruhi ingatan.
Kebutuhan kolin tinggi pada
pertumbuhan dan mungkin
melebihi kemampuan bayi untuk
mensintesisnya. Di Amerika
Serikat ada ketentuan agar formula
bayi mengandung kolin sebanyak 7
mg/100 kkal, jumlah yang terdapat
di dalam ASI. Angka kecukupan
kolin sehari belum diketahui dan
akibat kelebihan juga belum
diketahui.
Sumber
Kolin bebas terdapat dalam hati,
kacang kedelai, havermout,
kembang kol dan kol. Telur, hati,
kacang kedelai, dan kacang tanah
juga merupakan sumber
fosfotidilkolin.
b. Mio-inositol
Inositol terdapat dalam buahbuahan,
serealia, sayuran, kacangkacangan,
hati, dan jantung.
Dalam susunan makanan rata-rata
biasa didapat cukup dalam bentuk
fosfolipida inositol dan sebagai
asam fitat (inositol heksafosfat).
Asam fitat mengganggu absorpsi
kalsium, besi, dan seng.
Sumber
Inositol terdapat dalam buahbuahan,
serealia, sayuran, kacangkacangan,
hati, dan jantung.
Dalam susunan makanan rata-rata
biasa didapat cukup dalam bentuk
fosfolipida inositol dan sebagai
asam fitat (inositol heksafosfat).
Asam fitat mengganggu absorpsi
kalsium, besi, dan seng.
Fungsi
Mio-inositol adalah satu-satunya
dari sembilan isomer inositol yang
mempunyai arti biologik, Mioinositol
merupakan senyawa siklik
dengan enam karbon dan enam
gugus hidroksil dengan struktur
Kimia Pangan 375
menyerupai glukosa. Mio-inositol
terdapat di dalam jaringan hewan
sebagai komponen fosfolipida,
terutama di dalam otak, cairan
serebrospinal dan juga di dalam
otot dan jantung serta jaringan lain.
Inositol bebas terutama terdapat
dalam alat reproduksi laki- laki
terutama dalam semen.
Peranan faalinya berkaitan dengan
kehadirannya dalam fosfatidilinositol
yang berarti dengan fungsi
fosfolipida dalam membran sel.
Fungsinya termasuk mengatur
respon sel terhadap rangsangan
luar, transmisi saraf dan pengaturan
aktivitas enzim. Melalui peranannya
dalam sintesis fosfolipida yang
mempengaruhi fungsi lipoprotein,
mio-inositol mempunyai aktjfitas
lipotropik. Metabolisme inositol
dipengaruhi oleh kolin dalam
makanan, jumlah dan tingkat
kejenuhan lemak makanan dan
komposisi asam lemak.
Akibat Kekurangan dan Kelebihan
Akibat kekurangan mio-inositol
belum begitu jelas. Kekurangan
pada manusia belum ditemukan,
kemungkinan karena
keberadaannya yang luas dalam
makanan. Karena kekurangannya
di dalam formula nonsusu sapi,
Akademi Pediatri Amerika Serikat
menganjurkan agar mio-inositol
ditambahkan pada formula
nonsusu sapi sebagai usaha
pencegahan. Akibat kelebihannya
belum diketahui.
2. Kelompok Vitamin Baru
a. Vitamin U
Vitamin U ditemukan dalam kubis
mentah dan diperkirakan dapat
membantu penyembuhan borok
kulit dan borok pada saluran
pencernaan. Tidak banyak
informasi lain yang tersedia. Dosis
dan toksik belum ditemukan.
Dosis yang digunakan, dianjurkan
berdasarkan aturan RDA, tetapi
perlu disadari bahwa dosis ini
adalah jumlah minimum yang
diperlukan per hari, untuk
menghindari kekurangan yang
serius dari defisiensi bahan gizi ini.
Di dalam penggunaan untuk tujuan
mengobati, dilakukan peningkatan
dosis pada umumnya.
b. Vitamin T
Vitamin T, ditemukan di biji wijen
dan kuning telur. Hanya sedikit
informasi yang diketahui mengenai
vitamin ini. Fungsi vitamin ini
adalah untuk memperkuat sel
darah merah. Dosis dan toksisitas
vitamin ini belum diketahui.
c. Vitamin B17- laetrile,
amygdaline
Laetrile, amygdalin adalah
senyawa penyusun vitamin ini,
Meskipun diberi nama vitamin B 17,
kebenarannya masih diragukan,
Hal ini juga disebabkan masih
minimnya informasi yang tersedia.
Vitamin jenis ini diketahui memiliki
bahan yang dapat menghambat
pertumbuhan kanker. Di
kebanyakan negara penjualan
vitamin ini masih termasuk illegal.
Bagaimanapun Laetrile dapat
Kimia Pangan 376
membantu menurunkan tekanan
darah dan penyakit yang
berhubungan dengan arthritis.
Dilain pihak Laetrile mengandung
cyanide, yang dapat menunjukkan
tanda- tanda keracunan, meliputi
sakit kepala, tekanan darah rendah
dan “ nausea”. Vitamin jenis ini
banyak terdapat pada apricot
kernel, dan sedikit pada stone fruit
kernel lainnya. Juga bisa
ditemukan pada biji yang
berkecambah.
d. Vitamin B15 – asam pangamic
Asam pangamic, juga disebut
vitamin B15, tidak termasuk
kualifikasi yang penting bagi diet
kita. Sampai benar- benar ada riset
yang dapat
dipertanggungjawabkan, kita harus
berhati- hati mengkonsumsi
suplemen yang mengandung asam
pangamic, calcium pangamate,
DMG or B15. Meskipun asam
pangamic tidak beracun bila
dimakan sebagai makanan normal,
bahan aktif dalam asam pangamic,
yang disebut dimethylglycine
(DMG), bersifat karsinogenik.
Sumber vitamin ini banyak terdapat
pada beras merah, brewer's yeast,
biji- bijian seperti biji bunga
matahari dan labu.
e. Vitamin B13 – asam orotic
Asam orotic (vitamin B13) tidak
benar- benar dikenali sebagai
vitamin, dan dapat diproduksi oleh
tubuh yaitu oleh ”intestinal
flora”. Asam Orotic membantu
produksi bahan genetik dan
menguntungkan setelah terjadi
serangan jantung. Juga digunakan
pada kondisi seperti multiple
sclerosis and chronic hepatitis.
Vitamin B13 bersifat stabil dan
tidak mudah rusak oleh panas.
Banyak terdapat pada sayuran ubi
seperti wortel, bit dan juga terdapat
pada cairan whey.
8..6.. RANGKUMAN
PROTEIN
Protein “protos” (Yunani), senyawa
organik kompleks berbobot molekul
tinggi yang merupakan polimer dari
monomer-monomer asam amino
yang dihubungkan satu sama lain
dengan ikatan peptida.
Protein berperan penting dalam
struktur dan fungsi semua sel
makhluk hidup dan virus, peran ini
ditentukan oleh struktur protein,
dimana terdiri dari empat macam
struktur yaitu primer, sekunder,
tersier, dan kuertener
Biosintesis protein alami sama
dengan ekspresi genetik, mulai
dari proses transkripsi DNA
hingga pascatranslasi yang
menghasilkan terbentuknya
protein yang memiliki fungsi penuh
secara biologi.
Asam amino merupakan penyusun
protein melalui suatu ikatan
polipeptida. Senywa penyusun
asam amino memiliki gugus
fungsional karboksil (-COOH) dan
amina (biasanya -NH2), dimana
gugus karboksil memberikan sifat
asam dan gugus amina
memberikan sifat basa.
Kimia Pangan 377
Sumber protein pada makanan
terbagi dalam dua kelompok yaitu
hewani (berasal dari hewan) dan
nabati (tumbuhan).
Protein berasal dari hewan
memiliki semua asam amino
esensial, hingga disebut protein
lengkap, berbeda dengan sumber
protein nabati yang merupakan
protein tidak lengkap, senantiasa
mempunyai kekurangan satu atau
lebih asam amino esensial.
Proses pengolahan pangan seperti
pemanasan maupun pembekuan
dapat berpengaruh terhadap mutu
protein
ENZIM
Enzim dihasilkan oleh sel-sel hidup,
baik hewani maupun nabati. Selain
itu enzim juga dikenal memiliki
peran sebagai biokatalisator
Struktur enzim terdiri dari
apoenzim dan koenzim . Setiap
enzim memerlukan suhu dan pH
(tingkat keasaman) optimum yang
berbeda-beda
Enzim dapat menyebabkan
perubahan dalam bahan pangan.
Perubahan yang terjadi dapat
berupa rasa, warna, bentuk, kalori,
dan sifat-sifat lainnya.
MINERAL
Mineral merupakan bahan organik
yang terdapat dalam di alam
maupun dalam tubuh makhluk
hidup. Tubuh memerlukan mineral
dari luar karena fungsinya yang
penting untuk kelangsungan
proses metabolisme.
Mineral dibagi dalam 3 kelompok
berdasarkan jumlah yang
diperlukan oleh tubuh, yaitu
Makromineral Mikromineral dan
Ultrace mineral. Makromineral
terdapat baik pada bahan
makanan sumber hewani maupun
nabati, sedangkan mikromineral
dan ultratrace mineral sebagian
besar terdapat pada bahan
makanan sumber hewani.
Kekurangan mineral, kecuali zat
besi dan yodium, jarang terjadi.
Sedangkan kelebihan beberapa
mineral bisa menyebabkan
keracunan.
Mineral memiliki beberapa sifat
spesifik, selain itu turut serta
dalam berbagai proses biokimia
penting dalam tubuh.
Mineral dapat berinteraksi dengan
berbagainkomponen pangan,
seperti dengan mineral lain,
maupun komponen makanan
lainnya
Kebutuhan setiap orang akan
mineral bervariasi bergantung
pada kondisinya. Suplementasi
mineral dapat dikonsumsi bila
kebutuhan dari makanan tidak
dapat terpenuhi.
KOMPONEN BIOAKTIF
Komponen-komponen bioaktif
dalam makanan dapat terbentuk
secara alami atau terbentuk
selama proses pengolahan
makanan.
Komponen bioaktif ini meliputi
senyawa yang berasal dari
Kimia Pangan 378
karbohidrat, protein, lemak, dan
komponen-komponen yang
terdapat secara alami di dalam
sayuran serta buah-buahan.
Komponen bioaktif di dalam sayur
dan buah-buahan yang
berpengaruh secara fisiologis
disebut sebagai phytochemicals.
Komponen Bioaktif Turunan
Protein, diantaranya adalah
Senyawa Amin. Sebagian senyawa
amin tersebut aktif secara fisiologis
sehingga sering disebut amin
bioaktif (bioactive amine).
Serat pangan adalah salah satu
komponen bioaktif turunan
karbohidrat disebut juga dietary
fiber. sedangkan komponen
bioaktif turunan lemak adalah
lipida. Ada beberapa asam lemak
dan senyawa lipida lain yang
mendapat perhatian secara khusus
karena mempunyai efek fisiologis
yang positif maupun negatif
terhadap kesehatan, yakni asam
lemak essensial, omega-3, dan
asam lemak tak jenuh isomer trans
(trans fatty acids =TFA).
Komponen aktif yang terdapat
pada bahan tanaman dikenal
dengan istilah fitokimia. yang dapat
memberikan fungsi-fungsi fisiologis
untuk pencegahan penyakit.
Berbagai jenis fitokimia
diantaranya Karotenoid , Fitosterol,
Saponin, Polifenol , Fitoestrogen,
Sulfida, Monoterpen dan Protease
Inhibitor sejenis tripsin.
PIGMEN
Pigmen atau zat warna/ pewarna
pada makanan secara umum
dapat dibagi menjadi tiga golongan,
yaitu : zat warna alami, zat warna
yang identik dengan zat warna
alami, dan zat warna sintetis.
Makanan atau minuman dapat
memiliki warna karena lima hal
diantaranya pigmen, reaksi
karamelisasi, reaksi maillard,
reaksi senyawa organik dengan
udara (oksidasi) dan penambahan
zat warna, baik alami maupun
sintetik.
Pigmen alami adalah zat warna
yang diperoleh dari
tumbuhan,hewan, atau dari
sumber-sumber mineral. Jenis zat
warna alami yang sering
digunakan untuk pewarna
makanan antara lain Klorofil,
Karotenoid, Lutein dan
Zeaxanthin, Flavonoid murni
artinya tidak mengandung
senyawa lain terdiri dari :
antosianin yaitu pigmen yang
berwarna merah, biru dan ungu,
antoxantin yang memberikan
warna kuning, dan tanin yang
berwarna coklat.
Berdasarkan rumus kimianya, zat
warna sintetis dalam makanan
menurut “Joint FAO/WHO Expert
Committee on Food Additives”
(JECFA) dapat digolongkan dalam
beberapa kelas, yaitu : azo,
triarilmetana, quinolin, xanten dan
indigoid.
Kimia Pangan 379
Pemakaian zat warna dalam
industri pangan
Pewarna sintetis dipakai sangat
luas dalam pembuatan berbagai
macam makanan. Pemakaian zat
warna oleh industri pangan
biasanya tidak lebih dari 100 mg
per kg produk.
FLAVOR ( CITA RASA )
Flavor adalah keseluruhan sensasi
yang diterima oleh indera manusia
ketika produk pangan dikonsumsi.
Beberapa faktor yang
mempengaruhi rasa diantaranya
senyawa kimia, suhu, konsentrasi,
interaksi dengan komponen rasa
lainnya.
Flavor pada makanan dapat
berasal dari tiga sumber yaitu
alami, flavor yang terbentuk dari
prekursor yang ada dalam bahan
dasar melalui reaksi kimia akibat
pemasakan. Sumber terakhir
adalah adanya penambahan dari
luar, baik yang alami atau sintetik.
Ditinjau dari cara pembuatannya,
secara umum flavor dibuat melalui
tiga cara yaitu pencampuran
bahan-bahan kimia, pembuatan
senyawa-senyawa flavor dan
pencampuran flavor alami
Dari segi asal-usul, flavor
dibedakan menjadi flavor
natural/alami, sintetis (buatan) dan
natur identical (diolah dari bahan
alami untuk menghasilkan flavor
sintetis).
Beberapa penyebab perubahan
flavor diantaranya adalah adanya
interaksi antar komponen,
pemrosesan dari makanan/flavor
atau bahan mentah, irradiasi,
enzim dan mikroba, dan oksidasi
udara.
Soall Latiihan:
1. Sebutkan ada berapa tipe
struktur protein, dan berikan
penjelasan singkat mengenai
perbedaan tipe struktur protein
tersebut!!
2. Jelaskan secara singkat
mengenai terjadinya sintesis
protein!
3. Jelaskan mengenai pengelompokan
asam amino berdasarkan
kebutuhan tubuh Manusia !
4. Sebutkan darimana kita bisa
mendapatkam sumber protein
untuk memenuhi kebutuhan
tubuh kita sehari-hari.
5. Dalam proses pengolahan
pangan, perlakuan yang
diberikan dapat menurunkan
mutu protein. Jelaskan
mengenai penurunan mutu
protein yang diakibatkan
adanya perlakuan panas.
6. Jelaskan secara singkat
mengenai peran enzim sebagai
biokatalisator!
7. Jelaskan mengenai kerja enzim
yang bersifat spesifik!
8. Jelaskan secara singkat peran
enzim dalam proses
pengolahan pangan. Berikan
salah satu contoh proses
pengolahan yang
memanfaatkan enzim !
9. Bagaimana komposisi mineral
serta pembagiannya berdasar
jumlah yang diperlukan dalam
tubuh ?
Kimia Pangan 380
10. Jelaskan fungsi-fungsi mineral
pada tubuh !
11. Sebutkan interaksi mineral
dengan komponen pangan
beserta contoh !
12. Bagaimana akibat dari
kekurangan / kelebihan mineral
Ca dan Se ?
13. Jelaskan mengenai
bioavailabilitas zat besi !
14. Apa yang disebut dengan
komponen bioaktif serta
pengaruhnya terhadap
manusia ?
15. Bagaimana terjadinya
keracunan amin toksis pada
tubuh kita ?
16. Sebutkan efek fisiologis dari
serat pangan !
17. Mengapa oligosakarida disebut
sebagai prebiotik ?
18. Sebutkan peran fitokimia dalam
fungsi-fungsi fisiologis tubuh !
19. Faktor-faktor apa sajakah yang
menyebabkan adanya warna
pada makanan dan minuman ?
Jelaskan !
20. Apa kekurangan dari
penggunaan pewarna alami
dibandingkan pewarna
sintetis ?
21. Sebutkan zat-zat warna alami
yang sering digunakan pada
makanan ?
22. Mengapa klorofil hijau daun
mudah berubah menjadi coklat
atau merah jika berinteraksi
dengan asam ?
23. Bagaimana peranan FDA
dalam mengatur penggunaan
zat warna sintetis dalam
makanan ?
24. Jelaskan terjadinya sensasi
dari flavor terhadap panca indra
kita !
25. Sebutkan faktor-faktor yang
mempengaruhi flavor !
26. Sebut dan jelaskan beberapa
faktor yang menyebabkan
perubahan flavor !
27. Bagaimana pengaruh
fermentasi kedelai terhadap
warna dan rasa pada
kecap ?
Bioteknologi Industri Pangan
381
9..1.. Fiisiiollogii Sell
Miikroba
Pertumbuhan dapat didefinisikan
sebagai pertambahan secara teratur
semua komponen di dalam sel hidup.
Pada organisme multi-seluler,
pertumbuhan adalah peningkatan
jumlah sel organisme dan
perbesaran ukuran sel. Pada
organisme uniseluler (bersel
tunggal), pertumbuhan adalah
pertambahan jumlah sel yang
berarti terjadi juga pertambahan
jumlah organisme, misalnya
pertumbuhan yang terjadi pada
suatu kultur jasad renik dari sedikit
menjadi banyak. Umur sel
ditentukan segera setelah proses
pembelahan sel selesai, sedangkan
umur kultur ditentukan dari waktu
atau lama-nya inkubasi. Ukuran sel
tergan-tung dari kecepatan
pertumbuhannya. Semakin baik zat
nutrisi di dalam sel semakin cepat
pertum-buhan jumlah dan ukuran sel.
Pertumbuhan mikroba dalam
bioreaktor terjadi secara
pertumbuhan individu sel dan
pertumbuh-an populasi.
Pertumbuhan individu sel meliputi
peningkatan substansi dan
komponen sel, peningkatan ukuran
sel serta pembelahan sel.
Pertumbuhan populasi meliputi
peningkatan jumlah akibat
pembelahan sel dan peningkatan
aktivitas sel yang melibatkan
sintesis enzim.
Dalam pertumbuhan mikroba juga
terjadi proses metabolik yaitu mulai
dari transport nutrien dari medium
ke dalam sel, konversi bahan
nutrien menjadi energi dan
konstituen sel, replikasi kromosom,
peningkatan ukuran dan masa sel
serta pembelahan sel secara biner
yang terjadi pula pewarisan genetik
(genom turunan) ke sel anakan
Gambar 9.1 Kurva Pertumbuhan Mikroba
(Fardiaz, 1997)
Kurva di atas disebut sebagai
kurva pertumbuhan mikroba. Ada
empat fase pada pertumbuhan
bakteri sebagaimana tampak pada
kurva yaitu fase lambat (lag phase),
fase eksponensial/logaritma (exponential
phase), fase stationer/ tetap
(stationary phase), dan fase
kematian (death phase). Adapun
ciri-ciri dari keempat fase seperti
yang dijelaskan pada Tabel 9.1.
IIX.. BIIOTEKNOLOGII IINDUSTRII
PANGAN
Bioteknologi Industri Pangan
382
Tabel 9.1 Fase Pertumbuhan Mikroba
Fase Pertumbuhan Ciri-ciri
Fase lambat (lag phase) Tidak ada pertumbuhan populasi karena sel
mengalami perubahan komposisi kimiawi dan
ukuran serta bertambahnya substansi
intraseluler sehingga siap untuk membelah diri.
Fase eksponensial/Logaritma
(exponential phase)
Sel membela diri dengan laju yang konstan,
massa menjadi dua kali lipat,
Fase stasioner/tetap
(stationary phase)
keadaan pertumbuhan seimbang. terjadinya
penumpukan racun akibat metabolisme sel
dan kandungan nutrien mulai habis, akibatnya
terjadi kompetisi nutrisi sehingga beberapa sel
mati dan lainnya tetap tumbuh. Jumlah sel
menjadi konstan.
Fase kematian (death phase) Sel menjadi mati akibat penumpukan racun
dan habisnya nutrisi, menyebabkan jumlah sel
yang mati lebih banyak sehingga mengalami
penurunan jumlah sel secara eksponensial.
Pertumbuhan Miikroba
Pengetahuan akan kurva
pertumbuhan mikroba (seperti
bakteri) sangat penting untuk
menggambarkan karakteristik pertumbuhannya,
sehingga akan
mempermudah dalam kultivasi
(menumbuhkan) mikroba pada
suatu media, atau penyimpanan
kultivasi dan penggantian media.
Pertumbuhan mikroba di-pengaruhi
oleh berbagai faktor lingkungan, di
antaranya yaitu suhu, pH, aktivitas
air, adanya oksigen, dan
tersedianya zat ma-kanan. Mikroba
mempunyai suhu maksimum dan
suhu minimum se-bagai batas
suhu pertumbuhannya. Suhu yang
terbaik untuk pertum-buhan
mikroba disebut suhu opti-mum.
Masing-masing jasad renik
mempunyai suhu optimum,
minimum, dan maksimum untuk
pertumbuhan. Hal ini disebabkan di
bawah suhu minimum dan di atas
suhu maksimum, aktivitas enzim
akan berhenti, bahkan pada suhu
yang terlalu tinggi akan terjadi
denaturasi enzim sehingga
metabolisme dan pertumbuhan sel
terganggu bahkan dapat menyebabkan
kematian sel mikroba.
Jasad renik dapat dibedakan atas
beberapa grup berdasarkan atas
kemampuannya untuk dapat
memulai pertumbuhan pada kisaran
suhu tertentu. Penggolongan tersebut
yaitu meliputi:
1. Psikrofilik adalah mikroba
yang dapat tumbuh pada suhu
0oC, dengan suhu optimum 5-
15oC, dan suhu maksimum
sekitar 20oC.
Bioteknologi Industri Pangan
383
2. Mesofilik adalah mikroba yang
tumbuh baik pada suhu 20-
45oC. Pada suhu tersebut jika
suatu makanan disimpan memberikan
pengaruh yang sangat
besar terhadap jenis jasad
renik yang dapat tumbuh serta
kecepatan pertumbuhannya.
Kapang dan Khamir pada
umumnya tergolong dalam
mikroba mesofilik.
3. Termofilik adalah mikroba
yang dapat tumbuh pada suhu
yang relatif tinggi dengan suhu
minimum 25oC, suhu optimum
45-55oC, dan suhu maksimum
55-65oC. Beberapa bakteri
termofilik bahkan masih dapat
hidup dan tumbuh sampai suhu
75oC, misalnya Bacillus
thermosaccharolyticum. Bakteri
yang masih tahan dan tidak
mati pada suhu pasteurisasi
tersebut, disebut bakteri
termodurik.
Mikroba menggunakan komponen-
komponen kimia di dalam
substrat sebagai sumber energi
untuk berkembang biak dan
membentuk sel-sel baru. Aktivitas
sel tersebut dilakukan oleh
berbagai enzim yang diproduksi sel
mikroba. Berlangsungnya reaksi
enzimatis dapat dilihat dari produk
akhir reaksi atau berkurangnya
komponen yang dipecah. Berdasarkan
sifat pemecahan terhadap
komponen kimia substrat, mikroba
dapat dikelompokkan menjadi
mikroba amilolitik, lipolitik, pektinolitik
dan sebagainya.
Mikroba amilolitik dapat meme-cah
pati menjadi komponen yang lebih
sederhana terutama glukosa,
komponen gula sederhana dapat
dipecah lebih lanjut oleh mikroba
menjadi asam, alkohol atau gas.
Mikroba lipolitik dapat memecah
lemak sehingga dihasilkan gliserol
dan asam-asam lemak, sedangkan
mikroba proteolitik dapat memecah
protein menjadi peptida dan asam
amino. Mikroba yang tersifat aerob
(membutuhkan oksigen dalam
kelangsungan hidup pertumbuhannya)
dapat memecah H2O2 yang
bersifat racun bagi sel mikroba itu
sendiri dengan mengubahnya
menjadi H2O dan O2 menggunakan
enzim katalase yang diproduksinya.
Bakteri tumbuh dengan cara
pembelahan biner, yang berarti
dari satu sel membelah menjadi
dua sel. Waktu yang dibutuhkan
oleh sel untuk membelah disebut
waktu generasi. Waktu ini bervariasi
tergantung pada spesies dan
kondisi pertumbuhan. Semua bakteri
yang tumbuh pada makan-an
bersifat heterotropik, yaitu membutuhkan
zat organik untuk pertumbuhannya.
Dalam metabolismenya
bakteri heterotropik menggunakan
protein, karbohidrat, lemak dan
komponen makanan lainnya sebagai
sumber karbon dan energi
untuk pertumbuhannya.
Beberapa bakteri dapat mengoksidasi
karbohidrat secara lengkap
menjadi CO2 dan H2O, atau
memecahnya menjadi asam,
alkohol, aldehida atau keton.
Bakteri juga dapat memecah protein
yang terdapat di dalam
makanan menjadi polipeptida,
asam amino, amonia, dan amin.
Bioteknologi Industri Pangan
384
Beberapa jenis spesies tertentu
dapat memecah lemak menjadi
gliserol dan asam lemak. Meskipun
bakteri membutuhkan vitamin untuk
proses metabolismenya, beberapa
dapat mensintesis vitaminvitamin
tersebut dari komponen
lainnya di dalam medium. Beberapa
bakteri lainnya tidak dapat
tumbuh jika tidak ada vitamin di
dalam mediumnya. (Pelczar et al,
1977).
Jika bakteri tumbuh pada bahan
pangan dapat menyebab-kan
berbagai perubahan baik penampakkan
maupun komposisi kimia
dan cita rasa bahan pangan
tersebut. Perubahan yang dapat
terlihat dari luar misalnya perubahan
warna, pembentukan film
atau lapisan pada permukaan
seperti pada minuman atau
makanan cair/padat, pembentukan
lendir, pembentukan endapan atau
kekeruhan pada minuman, pembentukan
gas, bau asam, bau
alkohol, bau busuk, dan berbagai
perubahan lainnya (Fardiaz, 1992).
Beberapa contoh mikroba (bakteri,
khamir dan kapang) yang sering
dibahas atau terdapat dalam
bahan makanan antara lain:
1. E. coli
Awalnya Eschericia disebut
Aerobacter yang merupakan
bakteri koliform yaitu bakteri
yang sering digunakan dalam
uji sanitasi air dan susu. Jenis
Escheciria hanya mempunyai
satu spesies yaitu E. coli, dan
disebut koliform fekal karena
ditemukan di dalam saluran
usus hewan dan manusia,
sehingga sering terdapat di
dalam feses. Bakteri ini sering
digunakan sebagai indikator
kontaminasi oleh kotoran feses.
2. Endomycopsis
Endomycopsis adalah jenis
khamir yang memiliki morfologi
spora bervariasi di antara
spesies. Endomycopsis memproduksi
spora berbentuk bulan
sabit.
3. Pseudomonas
Pseudomonas merupakan salah
satu jenis dalam kelompok
yang sering menimbulkan
kebusukan makanan. Bakteri
ini bersifat motil dengan flagela
polar.
4. Candida
Sel Candida tumbuh membentuk
pseudomiselium atau
hifa yang mengandung banyak
sel-sel tunas atau disebut
blastospora, dan mungkin
membentuk khlamidospora.
Kebanyakan spesies pertumbuhannya
membentuk film
pada permukaan, dan sering
merusak makanan-makanan
yang mengandung garam dan
asam dalam jumlah tinggi.
Selain menyebabkan kerusakan
makanan, beberapa spesies
Candida juga diguna-kan dalam
industri.
5. Bacillus subtilis
Bakteri ini bersifat aerobik
sampai anaerobik fakultatif,
katalase positif, dan kebanyakan
bersifat gram positif, hanya
beberapa saja yang bersifat
gram negatif. Bentuk spora
Bioteknologi Industri Pangan
385
yang diproduksi oleh Bacillus
bermacam-macam, tergantung
dari spesiesnya. Bacillus subtilis
memproduksi spora yang
langsing, dengan diameter tidak
melebihi 0,9 µM. B. subtilis
merupakan bakteri mesofilik.
6. Staphylococcus
Staphylococcus merupakan
bakteri berbentuk bulat yang
terdapat dalam bentuk tunggal,
berpasangan, tetrad, atau
berkelompok seperti buah
anggur. Nama bakteri ini
berasal dari bahasa Latin
“staphele” yang berarti anggur.
Bakteri ini membutuhkan
nitrogen organik (asam amino)
untuk pertumbuhannya, dan
bersifat anaerobik fakultatif.
7. Streptococcus faecalis
Streptococcus faecalis
merupakan bakteri dalam grup
Enterococcus yang dapat hidup
atau lebih tahan panas dan
berasal dari kotoran manusia.
Streptococcus faecalis
merupakan varietas yang
bersifat proteolitik-asam.
8. Saccharomyces ellipsoideus
Saccharomyces ellipsoideus
merupakan variasi khamir dari
S. cereviciae yang mempunyai
galur memproduksi alkohol
dalam jumlah tinggi sehingga
sering digunakan dalam
produksi olkohol, anggur dan
minuman keras (Netser et al,
1973).
9. Rhizopus
Rhizopus sering disebut juga
kapang roti karena sering
tumbuh dan menyebabkan
kerusakan pada roti. Selain itu
kapang ini juga sering tumbuh
pada sayur dan buah-buahan.
Selain merusak makanan,
beberapa spesies Rhizopus
juga digunakan dalam
pembuatan beberapa makanan
fermentasi tradisional, misalnya
R. oligosporus dan R. oryzae
yang digunakan dalam
fermentasi berbagai macam
tempe dan oncom hitam
(Frazier dan Westhoff, 1978).
10. Aspergillus niger
Grup Aspergillus niger
mempunyai kepala pembawa
konidia yang besar yang dipak
secara padat, bulat dan
berwarna hitam, cokelat-hitam
atau ungu-cokelat. Konidianya
kasar dan mengandung
pigmen. Kebanyakan galur
dalam grup ini mempunyai
sklerotia yang berwarna abuabu
sampai hitam. Beberapa
galur digunakan dalam
produksi asam sitrat, asam
glukonat dan enzim.
Untuk mengetahui morfologi
mikroba (bentuk dan ciri-ciri
tertentu) dapat dilakukan
pengamatan menggunakan
mikroskop. Pengamatan bakteri
dilakukan dengan pengecatan
gram untuk membedakan antara
bakteri gram positif dengan bakteri
gram negatif. Pada bakteri gram
positif akan menghasilkan
penampakan koloni sel berwarna
ungu sedangkan bakteri gram
negatif akan menghasilkan
penampakan koloni sel berwarna
merah muda (Gambar 9.2).
Bioteknologi Industri Pangan
386
Perbedaan tersebut disebabkan
oleh adanya perbedaan lapisan
pem-bentuk dinding sel (Gambar
9.3).
Gambar 9.2 A. Pewarnaan Gram Positif
(Bacillus sp), B. Pewarnaan Gram Negatif
Staphylococcus aureus. Pengamatan di
Bawah Mikroskop dengan Perbesaran
1000x. (Nurhayati, 2005)
Gambar 9.3 Struktur Lapisan membran
sel pada Bakteri Gram Positif
dan Gram Negatif (Anonim,
2005)
9..2.. Fermentasii
Metabolliit Priimer
Metabolit primer adalah senyawa
yang termasuk produk akhir yang
mempunyai berat molekul rendah
dan dihasilkan pada fase
eksponensial oleh mikroba. Senyawa
metabolit primer digunakan
untuk membentuk makromolekul
atau yang dikon-versikan menjadi
koenzim senyawa intermediet/
(antara) seperti asam amino
nukletida purin, pirimidin, vitamin,
asam organik, seperti asam sitrat,
asam fumarat, aseton butanol
asam asetat dan enzim termasuk
metabolit primer.
Metabolit primer lainnya adalah
yang termasuk senyawa antara
pada jalur reaksi Embden
Meyerhof, jalur pentosafosfat, dan
siklus asam trikarboksilat (Siklus
Krebs). Dalam memproduksi
senyawa metabolit primer harus
dipilih mikroba yang potensial
untuk fermentasi.
Beberapa contoh fermentasi
metabolit primer antara lain aseton
butanol, alkohol/etanol, asam cuka,
asam sitrat, enzim dan vitamin.
Fermentasi Aseton Butanol
oleh Bakteri
Bakteri yang berperan dalam
fermentasi aseton butanol adalah
Clostridium acetobutyricum,
Clostridium butyricum. Inokulum
Clostridium acetobutyricum jika
dipakai berkali-kali sifatnya
menurun, maka diperlukan heat
shocking.
Bahan dasar yang digunakan
antara lain padi, tepung tapioka,
arabinosa, dan xylosa. Sumber
nitrogen yang dibutuhkan seperti
protein, pepton, dan asam amino.
Selama proses fermentasi diperlukan
kondisi fermentasi tanpa
oksigen (anaerob) dengan suhu
optimum 370C, pH 4,7 – 8 dan
perbandingan atau konsentrasi
bahan dasar sekitar 3 – 10 %.
Produk akhir yang dihasilkan dari
fermentasi aseton butanol dengan
bahan dasar glukosa adalah
Bioteknologi Industri Pangan
387
n-butanol (6 bagian), aseton (3
bagian), dan etanol (1 bagian).
Begitu juga bila menggunakan
bahan dasar xylosa, sukrosa, dan
lefulosa. Sedangkan bila bahan
dasarnya menggunakan arabinosa
akan menghasilkan rasio butanol:
aseton : etanol sebesar 5 : 4 : 1
Fermentasi Alkohol (Wine)
Hampir sebagian besar industri
minuman beralkohol menggunakan
produk pertanian sebagai bahan
mentah dan khamir yang mengkonversikan
menjadi minuman
melalui proses fermentasi. Pada
fermentasi alkohol memerlukan
substrat gula sedangkan pada
fermentasi wine menggunakan sari
buah anggur (Vitis vinifera). Buah
tersebut merupakan medium yang
baik karena :
1. Kandungan nutrisi cukup tinggi
2. Mempunyai keasaman yang
tinggi sehingga dapat menghambat
pertumbuhan mikrobia
yang tidak diinginkan.
3. Kandungan gula cukup tinggi
4. Mempunyai aroma yang sedap.
Fermentasi anggur dilakukan
dengan penambahan SO2 ke
dalam jus/cairan buah anggur
dengan tujuan untuk:
1. Mencegah browning selama
penghancuran buah dan
2. Menghambat aktivitas khamir
lain
Wine dibedakan menjadi dua yaitu:
1. Wine merah (red wine): anggur
yang dibuat dari keseluruhan
buah anggur berwarna merah.
2. Wine putih (white wine): anggur
yang dibuat dari buah anggur
berwarna hijau dan juga warna
merah yang telah dikupas
kulitnya.
Tabel 9.2 Jenis Khamir dan Wine yang Dihasilkan (Anonim, 2006)
Jenis khamir Dapat ditemukan pada
Candida pulcherima (Metschnikovia
pulcherima)
Sccharomyces cerevisiae
Kloeckera africana; K. apiculata
S. carlsbergensis; S. rouxii
Torulopsis stelatta
Ekstrak (hancuran buah
anggur) dan wine
Wine klasik
Wine dan buah anggur
Wine dan buah anggur
Wine
Proses akibat aktivitas khamir yang
telah lama dikenal adalah
fermentasi bir dan minuman
anggur (wine). Proses tersebut
melibatkan khamir yang secara
alami banyak terdapat dalam buahbuahan
atau biji-bijian yaitu genus
Saccharomyces. Beberapa jenis
khamir yang terlibat dalam
fermentasi minuman beralkohol
tercantum pada Tabel 9.3.
Bioteknologi Industri Pangan
388
Tabel 9.3 Fermentasi yang Dilakukan oleh Khamir (Anonim, 2006)
Produk Fermentasi Mikrobia
Bir
Anggur (wine)
Cider
Sake dari beras
Tuak
Madu difermentasikan
Tape
Kumiss dari susu (Rusia)
Kecap
Miso dari kedelai dan beras
Saccharomyces carlbegensi dan S. cerevisieae
Saccharomyces cerevisieae var. ellipsoides
Saccharomyces cerevisieae var. ellipsoides
Saccharomyces sake dan Aspergillus
Saccharomyces cerevisieae dan
Schyzosacharomyces
Saccharomyces cerevisieae
Saccharomyces cerevisieae, Candida tropicalis
dan Pediococcus
Saccharomyces cerevisieae, Lactobacillus
Saccharomyces dan Aspergilllus oryzae
Saccharomyces rouxii, Aspergilllus oryzae
Minuman fermentasi yang tertua
adalah bir yang sudah diproduksi
sejak tahun 4000 SM. Bir dibuat
dari bahan baku antara lain:
1. Gandum (barley), padi-padian
atau bijian yang lain, yang diolah
menjadi roti, kemudian dihancurkan
disuspensikan
dengan air dan difermentasikan.
2. Rasanya ada yang manis dan
ada yang masam.
Bir pada tahun 700SM terbuat dari
biji-bijian tanpa ditambah hop
(bunga) sehingga rasanya berbeda
dengan bir sekarang (lebih klasik)
dengan ditambah rempah-rempah.
Pada abad ke 15, bir telah divariasi
aromanya dengan menggunakan
hop. Bir pada masa sekarang terbuat
dari perkecambahan gandum,
tepung beras atau jagung, air serta
hop yang selanjutnya difermentasikan
dengan menggunakan
khamir.
Adapun mekanisme proses
fermentasi bir modern adalah:
1. Pati dari kecambah gandum,
beras atau jagung dikonversikan
menjadi maltosa dan
dekstrin yang dibantu oleh
ensim yang terdapat dalam
kecambah gandum.
2. Campuran karbohidrat yang
diperoleh tersebut dalam bentuk
larutan yang disebut worl,
direbus bersama-sama dengan
hop, kemudian didinginkan
3. Difermentasikan menjadi bir
yang beralkohol, CO2 dan sisasisa
dekstrin.
4. Bir yang telah jadi mengandung:
a. air, dekstrin, alkohol dan
CO2
b. gula-gula yang tak dapat
difermentasikan, protein dan
senyawa aromatik yang
berasal dari resin hop
c. dan hasil samping minyak
fussel
Bioteknologi Industri Pangan
389
Beberapa proses penting yang
dilakukan dalam pembuatan bir
meliputi:
1. Malting: perkecambahan barley
di rumah kecambah gandum
(Malthouse) (Gambar 4).
2. Kecambah gandum berisi :
a. Ensim yang merombak pati
dari malt itu sendiri dan patipati
yang ditambahkan
(beras atau jagung)
b. Sumber protein bir yang
penting artinya untuk
pembentukan buih
c. Memberikan aroma yang
tipikal
3. Proses perkecambahan barley
a. Barley dicuci, direndam air
sehingga memungkinkan
baley berkecambah
b. Air ditapis
c. Perkecambahan dilanjutkan
sampai 5 atau 7 hari
d. Selama perkecambahan, â-
amilase, dan terbentuk
ensim baru yaitu á-amilase
e. á-amilase berperan menyerang
pati hanya pada rantai
karbon yang lurus dan tidak
mampu menyerang rantai
karbon yang bercabang
(amilodekstrin). Sedangkan
â-amilase berperan dalam
pembentukan gula akhir.
f. Enzim lain yang berperan
yaitu:
protease meningkatkan
kelarutan protein
sitase yang mendegradasi
beberapa gum pentosan,
dan
fitase yang melepaskan
gugus fosfat dan inositol
Gambar 9.4 Proses Malting pada Pembuatan Bir (Anonim, 2006)
H20 BUAH ANGGUR
ATAU BARRLEY
PERENDAMAN
DLM TANGKI
MALTING DALAM
RUANGAN
PEMASAKAN
DENGAN TUNGKU
DEGERMINASI
KE TEMPAT
FERMENTASI
selama 3 hari
ditapis
selama 5 - 7 hari
dengan 45 % air
00 C untuk malt encer (agak
jernih) 50C untuk malt kental
dengan 3-4 % air
Bioteknologi Industri Pangan
390
4. Pemasakan atau pemanasan
a. Selama pemanasan sering
timbul reaksi pencoklatan
(browning) karena
melanoidin meningkat
b. Melanoidin sangat penting
untuk memberi warna dan
aroma yang khas.
5. Komposisi bir : alkohol 3,8 % -
5 % dekstrin 4,3 % protein 0,3
% abu 0,3 % dan CO2
6. Mikrobiologi brewing
a. Khamir sangat menentukan
kualitas bir: memberikan
aroma dan sejumlah
oligosakarida yang tidak
terfermentasikan.
b. Pada bir lager menggunakan
S. carlsbergensis yang mampu
memfermentasikan melibiosa
dan gas; sedangkan S.
cerevisieae tidak mampu
memfermentasikan melibiosa.
c. Selama proses fermentasi
gula dikonversikan menjadi
alkohol, CO2 dan sedikit
gliserol, serta asam asetat
dari hasil fermentasi
karbohidrat yang lain.
Protein dan lipid yang
terkandung di dalam wort
sebagian difermentasikan
menjadi alkohol, asam dan
ester yang memberikan
aroma yang khas. Bir yang
dihasilkan berwarna hijau,
maka perlu pemeraman
lebih lanjut (aging)
d. Selama aging protein,
khamir dan resin
dipresipitasikan sehingga bir
menjadi masak dan jernih
dengan aroma yang lembut.
Bir tersebut diunduh dengan
melalui penyaringan,
kemudian diinjeksi dengan
CO2 agar terbentuk buihbuih
(sparkling). Pada
umumnya CO2 yang
terbentuk selama fermentasi
ditampung ke dalam bejana
yang kemudian diijeksikan
kembali setelah proses
akhir. Kandungan CO2 di
dalam bir sekitar 0,45 % -
0,5 %. Beberapa industri bir
sering menambah sedikit
gula ke dalam masingmasing
botol untuk
mempertahankan proses
fermentasi tetap berlangsung.
e. Proses terakhir adalah
bottling dan pasteurisasi
sekitar 60-65 0C kemudian
disaring.
f. Mengapa tidak banyak
mikrobia mengkontaminasi
bir? karena:
Khamir menggunakan
O2 dengan cepat dan
menghasilkan CO2
Hop mengandung á-
resin dan humulon yaitu
senyawa antimikrobia
khususnya terhadap pada
bakteri gram positip
Bir mempunyai pH asam
(3,7 – 4,5)
Alkohol yang dihasilkan
juga mempengaruhi
pertumbuhan mikrobia.
Bir disimpan pada suhu
dingin.
g. Kontaminan selama brewing
bir: Lactobacillus pastorianus
dan Pediococcus cereviseae,
Flavobacterium proteus.
h. Fermentasi dilakukan pada
suhu rendah, sekitar 2
minggu untuk produksi bir
i. Produksi komersial bir
dilakukan :
Bioteknologi Industri Pangan
391
dengan proses sekali
unduh (bacth process)
dengan proses
kontinyu/berkesinambun
gan (continue process)
yaitu dengan
menambahkan substrat
baru yang dilakukan
secara terus menerus
dan pemanenan.
j. Macam-macam bir meliputi:
Bir Lager: fermentasi
yang melibatkan bottom
yeasts dan tak berspora:
S. carlsbergensis.
Ale : fermentasi bir yang
melibatkan top yeasts
dan berspora : S.
cerevisieae mempunyai
kandungan alkohol
cukup tinggi.
Bir Pilsener (dari
Chekoslovakia) : warna
jernih, kering (dry)
karena mengandung
gula yang difermentasikan
rendah, mempunyai
aroma hop tajam.
Minuman malt :
kandungan alkohol lebih
tinggi dari pada bir
Bir non karbohidrat: bir
yang terbuat dari larutan
karbohidrat yang semua
dekstrinnya dihidrolisis
oleh enzim menjadi
maltosa dan glukosa.
Cara pembuatan wine dpat
dijelaskan sebagai berikut
(Gambar 9.5).
a. Buah anggur yang dipetik dari
kebun dihancurkan menjadi
bentuk cairan yang disebut
must.
b. Khamir yang berasal dari
permukaan kulit anggur
sebagai inokulum dan kadangkadang
diinokulasi dengan S.
cerevisieae.
c. Proses fermentasi dilakukan
berdasarkan jenis wine yang
dihasilkan yaitu pada:
a. Red Wine :
warna merah terbentuk
selama proses fermentasi
karena terjadi ekstraksi
warna kulit buah
anggur oleh alkohol
yang terbentuk.
CO2 terbentuk selama
fermentasi sehingga sisa
buahan dan kulit terangkat
keatas
lama fermentasi 3 – 5
hari pada 24 – 27 0C
b. White Wine :
proses hampir sama
dengan red wine tetapi
tidak terjadi warna
lama fermentasi 7 – 14
hari pada 10 – 21 0C
kandungan alkohol 19 –
21 %.
c. memerlukan karbonasi yang
dilakukan dengan menginjeksikan
CO2 setelah proses
fermentasi selesai
Bioteknologi Industri Pangan
392
Gambar 9.5 Diagram Alir Pembuatan Wine (Anonim, 2006)
Gambar 9.6 Produksi Wine Secara Komersial (Anonim, 2005)
White Wine dan Red Wine
Presing
Fermentasi Presing
Buah
Penambahan SO2
Fermentasi
Penuaan/aging
Pengemasan/pembotolan
Wine putih (white wine)
Penuaan/aging
Pengemasan/pembotolan
Wine merah (red wine)
Bioteknologi Industri Pangan
393
Fermentasi Asam Cuka
(Vinegar)
Kata vinegar (cuka) berasal dari
istilah Perancis vinaigre yang
berarti anggur asam. Menurut
Food and Drugs Administration di
Amerika Serikat, cuka, cuka sari
buah apel, cuka apel, dibuat
melalui fermentasi alkoholik sari
buah apel diikuti fermentasi asetat
(Pelczar and Chan, 1988).
Sedangkan menurut Frazier
(1976), cuka didefinisikan sebagai
bumbu yang dibuat dari bahan
yang mengandung pati atau gula
dengan fermentasi alkohol diikuti
oksidasi asetat.
Bahan dasar
Ada bermacam-macam cuka,
perbedaannya terutama terletak
pada bahan yang dipakai dalam
fermentasi alkohol, seperti macam
sari buah, sirop, dan bahan yang
mengandung pati yang dihidrolisis.
Bermacam-macam bahan yang
dapat dibuat menjadi cuka
diantaranya adalah :
1. Sari buah-buahan, misalnya
apel, anggur, jeruk, dan
sebagainya.
2. Sayur-sayuran yang
mengandung pati, misalnya
kentang yang mengandung
pati dan harus dihidrolisis
menjadi gula terlebih dahulu.
3. Biji-bijian gandum, seperti
barley, gandum hitam, jagung,
dan gandum.
4. Minuman keras atau alkohol,
misalnya dari bir, atau dari etil
alkohol yang berubah sifat.
Mikrobia yang berperan
Mikrobia yang berperan dalam
proses pembuatan cuka adalah
khamir dan bakteri. Khamir yang
berperan adalah Saccharomyces
cerevisiae var. ellipsoideus.
Sedangkan bakteri yang berperanan
adalah dari genus Acetobacter
(familia Pseudomonadaceae) dan
genus Bacterium. Beberapa
spesies Acetobacter di antaranya
adalah : Acetobacter aceti, A.
rancens, A. xylinum. Genus
Bacterium yang ditemukan antara
lain: Bacterium schentzenbachii, B.
curvum, dan B. orleanense
Proses pembuatan
Pada proses pembuatan cuka
terjadi 2 macam perubahan
biokimiawi yaitu:
1. Fermentasi gula menjadi etil
alkohol, dan
2. Oksidasi alkohol menjadi asam
asetat
Tahap pertama adalah proses
anaerobik yang dilakukan khamir
dan menghasilkan alkohol.
Reaksi :
C6H12O6 . 2 CO2 + 2 C2H5OH
Glukosa alkohol
Pada proses ini sejumlah kecil
produk lain dihasilkan, seperti
gliserol dan asam asetat. Juga ada
sejumlah kecil substansi lain,
dihasilkan dari senyawa selain
gula, termasuk asam suksinat dan
amil alkohol.
Alkohol yang dihasilkan pada
proses pertama digunakan sebagai
Bioteknologi Industri Pangan
394
sumber energi bagi bakteri, yang
kemudian mengoksidasinya
menjadi asam asetat. Bakteri ini
menggunakan substansi lain dalam
cairan yang difermentasi sebagai
makanan.
Reaksi yang merupakan reaksi
aerob ini dapat dituliskan sebagai
berikut :
C2H5OH+O2 CH3COOH +
H2O Alkohol asam asetat
Asetaldehid adalah senyawa
intermedier dalam reaksi ini. Di
antara produk akhirnya adalah
sejumlah kecil aldehid, ester,
aseton, dan sebagainya. Bau cuka
yang sedap berasal dari adanya
bermacam-macam ester seperti etil
asetat, dari alkohol, gula, gliserin
dan minyak menguap yang
dihasilkan dalam jumlah kecil oleh
aksi mikroba. Bau ni dapat juga
berasal dari sari buah-buahan
yang difermentasi, gandum, atau
cairan bersifat alkohol lainnya, dari
apa cuka dibuat.
Metode pembuatan cuka dapat
dibedakan menjadi metode lambat
seperti yang dikerjakan di rumah,
atau metode let alone, metode
Perancis atau Orleans, dan metode
cepat, seperti proses pembuatan
dengan genera atau prosedur
fogging. Pada metode lambat,
cairan alkohol tidak bergerak
selama asetifikasi, sedangkan
pada metode cepat, cairan alkohol
bergerak. Metode lambat
menggunakan sari buah-buahan
yang difermentasi atau cairan
gandum untuk menghasilkan asam
asetat. Sedangkan metode cepat
kebanyakan untuk menghasilkan
cuka dari minuman keras (alkohol).
Cairan gandum atau buah
disediakan untuk makanan bakteri
cuka, tetapi untuk memelihara
bakteri cuka aktif dalam metode
cepat menggunakan alkohol,
ditambah dengan vinegar food,
yang merupakan kombinasi
senyawa organik dan anorganik.
Prosentase cuka dinyatakan dalam
grain, yaitu 10 kali jumlah gram
asam asetat per 100 ml cuka. Jadi
cuka 40 grain mengandung 4 gram
asam asetat per 100 ml cuka pada
suhu 200 C.
G
ambar 9.7 Proses Pembuatan Vinegar/
Asam Cuka (Tesfaye,W. et
al. 2004)
Penyebab kerusakan cuka
Logam dan garam-garamnya
menyebabkan kekeruhan dan
perubahan warna cuka. Kerusakan
yang disebabkan mikroorganisme
dapat menyebabkan rendahnya
mutu bahan dari apa cuka dibuat
Fermentasi
alkohol
Fermentasi
asam asetat
Proses
penuaan/aging
Asam Cuka (Vinegar)
Bioteknologi Industri Pangan
395
atau rendahnya mutu cuku itu
sendiri. Spesies Lactobacillus dan
Leuconostoc dalam sari buahbuahan
tidak hanya bertanggung
jawab pada rasa tidak enak, tetapi
juga menghasilkan asam asetat
yang cukup mengganggu
fermentasi alkohol oleh khamir.
Pada keadaan anaerob, bakteri
asam butirat menghasilkan asam
yang tidak diinginkan. Kesulitan ini
dapat dikurangi dengan
penambahan sulfur dioksida pada
sari buah, tetapi kemikalia ini
menghambat bakteri cuka.
Kerusakan cuka di antaranya
adalah rusaknya asam asetat pada
produk. Lapisan tipis bakteri pada
proses pembuatan cuka
mengurangi kecepatan asetifikasi.
Oksidasi asam asetat dalam cuka
menjadi karbondioksida dan air
dapat ditimbulkan oleh bakteri
asam asetat sendiri selama proses
pembuatan cuka jika kekurangan
alkohol atau aerasinya berlebihan.
Organisme lain yang dapat
mengoksidasi asam asetat pada
keadaan aerob adalah lapisan
khamir, jamur benang dan algae.
Fermentasi Asam Sitrat
oleh Jamur Benang
Asam sitrat dihasilkan oleh
Penicillium luteum, Mucor
puriformis, Aspergillus niger.
Faktor-faktor yang menentukan
fermentasi asam nitrat antara lain:
1. Sumber C
2. Garam organik
3. Perbandinganpermukandengan
volume medium
4. pH, suhu, dan oksigen
5. Organisme
Ad. 1. Senyawa organik yang
mempunyai senyawa atom
C 2, 3, 4, 5, 6, 7, dan 12.
Senyawa yang banyak
digunakan seperti sukrosa,
fruktosa, laktosa, dan
glukosa dengan konsentrasi
gula 14 – 20 %.
Ad. 2. Garam organik setiap liter
memerlukan NH4NO3: 2 –
2,5 gram, KH2PO4: 0,75 –
1,0 gram, MgSO4 7H2O: 0,2
– 0,25 gram, HCl 5 N
sebanyak 5 cc, pH 3,4 -3,5.
Ad. 3. Perbandingan permukaan
dan volume.
Apabila volume media besar
kemudian permukaannya
dalam asam sitrat yang
terbentuk lambat, sedang
bila permukaan luas akan
ter-bentuk asam sitrat lebih
cepat.
Ad. 4. Persediaan oksigen
Oksigen dibutuhkan untuk
pertumbuhan jamur Aspergillus
niger, Aspergillus wentii.
Erlenmeyer diberi oksigen
15 ml per menit. Suhu digunakan
25 – 350 C. Lama
fermentasi 7 – 10 hari.
Produk diambil dengan
menambahkan Ca, lalu Ca
sitrat diendapkan dngan
asam sulfat, lalu asam sitrat
dipisahkan dari kalsium
sulfat.
Fermentasi Asam Amino
Kebanyakan mikroba mensintessis
asam amino yang digunakan untuk
biosintesis protein dari glukosa dan
ammonium. Asam amino ini
sebagai senyawa antara dalam
Bioteknologi Industri Pangan
396
metabolisme, tetapi pada akhir
fase exponensial dibebaskan
dalam medium walaupun jumlah
sedikit.
Di Jepang banyak paten produksi
asam amino tetapi hanya asam
glutamat dan lisin yang diproduksi
oleh industri dalam jumlah besar.
Produksi asam glutamat
Produksi asam glutamat di seluruh
dunia lebih dari 100.000 ton per
tahun. Monosodium glutamat
digunakan untuk penyedap
makanan sup.
Asam glutamat dihasilkan oleh mutan
Corynebactericum glutamicum
sebesar 60 gram/liter, untuk
bakterinya sendiri sebesar 300
miligram/liter. Lama fermentasi 40
jam pada suhu 30o C, keasaman
medium alkalis dan mengandung
biotin (1 – 5 µgr/l), glukosa dapat
diganti dengan molase. Produksi
asam glutamat oleh
Corynebactericum glutamicum seperti
yang djelaskan Gambar 9.8.
Gambar 9.8 Jalur Metabolisme Glukosa menjadi Asam Glutamat (Anonim, 2006)
Glukose
Fosfoenolpiruvat
CO2 Piruvat
CO2
Oksaloasetat Asetyl Co.A
Sitrat
Cis akonitat
Isositrat
NH4
+
Á-Ketoglutarat
Asam glutamat
CO2
Bioteknologi Industri Pangan
397
Gambar 9.9 Produksi Monosodium Glutamat (MSG) dari Gula Tebu (Anonim, 2005)
Fermentasi Vitamin
Mikrobia prototrof dapat mensintesis
semua vitamin, koensim dan
faktor tumbuh untuk pertumbuhan
dan metaboisme. Sedikit vitamin
yang dihasilkan dalam skala
industri seperti pada Tabel 9.4.
Tabel 9.4 Produksi Vitamin oleh Mikroba (Anonim 2006)
Jenis Vitamin Jenis Mikrobia Medium Kondisi
Fermentasi Ekstraksi Produk
gr/l (%)
Karoten
(prekusor
vitamin A)
Blakeslea trispora
Myobacterium
smignaxtis
Molase,
minyak
kedelai, â-
ionon,
thianin
72 jam
300C, aerob
Solven
1 gr/l
0,007 gr/l
Riboflavin
Ashbya gassypii
Glukosa,
kolagen,
minyak
kedelai,
glisin
6 hari
360C, aerob
Dipanaskan
1200C +
reagen
untuk
pengendapan
4,25 gr/l
L-sorbosa
(dalam
sintesa
vitamin C)
Gluconobacter
oxidans
Sub spesies
Suboxidans
D-sorbitol
30%
45 jam
300C, aerob
Filtrasi dan
pemekatan
di bawah
vaccium
70 %
5-ketoasam
glukolat
(dalam
sintesa
vitamin C)
Gluconobacter
oxidans
Sub spesies
Suboxidans
Rendaman
jagung
glukosa,
CaCO3, air
rendaman
jagung
33 jam
300C, aerob
Filtrasi dan
pemekatan
di bawah
vaccium
100 %
Bioteknologi Industri Pangan
398
Tabel 9.5 Produksi Vitamin B12 oleh Bakteri (Anonim 2006)
Spesies Medium Aerasi
Proses
Suhu
(0C)
Waktu
(jam)
Produk
(mg/l)
Bacillus
megaterium
Malase, garam,
mineral, karbon
Aerobik 30 18 0-45
Propionibacterium
Freudenreichii
Glukosa,
cornsteep,
hetain kobalt,
pH 7,5
Anaerobik (3
hari) + aerobik
(2 hari)
30
120
20
Propiobacterium
shermanii
Glukosa,
cornsteep,
kobalt, pH 7
Anaerobik (3
hari) + aerobik
(2 hari)
28
150 23
Bacillus
coagulans
Asam sitrat, tri
etanolamin,
kobalt,
cornsteep
Aerobik
55
18
6,0
Streptomyces
oliveseae
Glukosa, tepung
Kedelai, koblat,
garam mineral.
Aerobik
28
96
5,7
Pseudomonans
denitrifieans
Asam oksalat,
betain, koblat,
garam mineral
Aerobik
-
- 10
Biosintesis vitamin B12 dihasilkan
oleh bermacam-macam bakteri
seperti Propionibacterium,
Streptomyces dan sebagainya
(Tabel 9.5).
Fermentasi Enzim
Produk metabolit yang bersifat primer
dan sekunder adalah enzim. Enzim
dihasilkan oleh mikroba dalam
industri fermentasi berupa eksoenzim
dan endoenzim. Enzim
dapat digunakan sebagai komponen
pengempuk daging, komponen
pembuatan detergen, untuk kebersihan,
pembuatn sirup, dan sebagainya.
1. Komposisi media untuk
produksi enzim
Kebanyakan enzim mikrobia
bersifat hidrolase yaitu ensim
indusibel, enzim diproduksi bila
diinduksi. Misal enzim â-
glactosidase diproduksi dalam
media yang mengandung laktosa.
Metoda untuk memperoleh
enzim dalam jumlah besar perlu
ditambahkan senyawa yang
mampu menginduksi produksi
enzim ke dalam medium
dengan konsentrasi rendah
(contoh 0,05 % selobiosa).
Jumlah inducer yang
ditambahkan bervariasi seperti
yang dijelaskan pada Tabel 9.6.
Bioteknologi Industri Pangan
399
Tabel 9.6 Produksi Enzim oleh Kapang (Anonim 2006)
Enzim Jenis Kapang Inducer
Produk
(satuan unit
international)
Selulase
Trichoderma
viride
Selulosa
Selobiosa
Selobiosa
diplamitat
22,5
0,2
4,8
Dextranase
Penicellium
funiculosum
Dekstran
Isomaltosa
Isomaltosa
dipalmiat
1080
2
1098
Invertase
Aureobasidium
pullulans
Sukrosa
Sukrosa
monopalmiat
1,3
108
2. Enzim mikrobia dan
kegunaannya
a. Amilase
Strain Bacillus dan
Aspergillus menghasilkan
beberapa ensim yaitu
á-amilase mengkatalisa
hidrolisis ikatan á-1,49
glukosidik, berfungsi
memecah pati menjadi
dextrin dan maltosa
amiloglikosidase yang
langsung menghasilkan
glukosa dari pati.
maltase menghidrolisa
maltosa menjadi glukosa.
Amilase yang dihasilkan
oleh Aspergillus niger dan
A. oryzae digunakan untuk
hidrolisa pati menjadi gula
b. Protease
Protease dihasilkan oleh
Bacillus subtilis dan Bacillus
licheniformis atau A. niger,
A. oryzae.
Protease alkalin bersifat
toleransi terhadap pH basa
dan aktif dengan adanya
sodium perborat atau
sodium alkylbenzen sulfonat.
Prolease alkalin dihasilkan
oleh Bacillus dan
Streptomyces
9..3.. Fermentasii
Metabolliit Sekunder
Mikroba mampu mensintesis
senyawa metabolit sekunder pada
fase pertumbuhan stasioner.
Senyawa metabolit sekunder
tersebut digunakan sebagai nutrisi
darurat untuk mempertahankan
hidupnya. Metabolit sekunder
dapat tergolong sebagai antibiotik
biopestisida, mikotoksin, pigmen,
alkaloid dan enzim.
Antibiotik yang dihasilkan oleh
kapang meliputi sikloheksimida,
amphosetrim, pimarcin, griscofulvin,
penisilin, cephalosporin, asam
fusidat dan lain sebagainya.
Bioteknologi Industri Pangan
400
Bakteri juga mampu menghasilkan
sikloeksimida, streptomisin, amphosetrim,
pimaricin, streptomisin,
tetrasiklin, khloramfenikol,
novobiosin, erithromisin, polimisin
dan nisin. Spesies Actinomycetes
dapat menghasilkan 50-100
antibiotik setiap tahunnya dan
Streptomycesgriseus menghasilkan
40 macam antibiotik yang berbeda.
Biopestisida merupakan senyawa
yang dihasilkan oleh mikroba yang
bersifat insektisidal (mematikan
insekta) sebagai contoh Bacillus
thuringiensis bersifat patogen
terhadap larva lepidoptera, Bacillus
popilliae bersifat patogen terhadap
larva lebah. Senyawa lain yang
bersifat sidal (menghambat
organisme lain) adalah golongan
alkaloid yang dapat diproduksi oleh
mikroba dan bersifat herbisidal
(mematikan herb/gulma tananam)
contohnya Cloviceps purpurea dan
C. pospali mampu membunuh
rumput Pospalum.
Beberapa contoh antibiotik lain
yang dihasilkan selama fermentasi
metabolit skunder adalah penisilin
dan biopestisida seperti yang
dijelaskan sebagai berikut.
A. Penisilin
Pada abad 19 telah ditemukan
mikroba yang dapat menghambat
pertumbuhan mikroba lain, karena
menghasilkan senyawa toksin.
Mikroba tersebut adalah kapang
Penicillium sp sehingga senyawa
toksin yang dihasilkan disebut
penisilin dan berperanan sebagai
antibiotik. Terdapat banyak
antibiotik lain yang diproduksi oleh
mikroba selain kapang seperti
bakteri yang juga dapat digunakan
dalam bidang pengobatan sebagai
senyawa antikapang dan
antibakteri yang dihasilkan oleh
mikrobia (Tabel 9.7).
Alexander Flemming secara
kebetulan menemukan Penicellium
notatum tumbuh pada kultur
Staphylococcus yang menyebabkan
terbentuknya daerah (zone)
jernih/bening di sekitar Penicellium,
karena kedua mikroba tersebut
saling bersifat antagonis.
Kemudian setelah suatu senyawa
diisolasi dari zona bening tersebut,
ditemukan sejenis antibiotik yang
selanjutnya dikenal sebagai
penisilin. Pada tahun 1940 Florey
menemukan P. chrysogenium
sebagai penghasil penisilin yang
mempunyai daya hambat lebih
efektif dan tidak toksis terhadap
jaringan manusia.
Industri penisilin terus
mengembangkan cara isolasinya
dengan meneliti strain baru dari
alam, melakukan seleksi,
meningkatkan sifat kultur melalui
mutasi, dan optimalisasi media
serta kondisi produksi. Gambar 10
menjelaskan contoh tahap isolasi
dan karakterisasi P. chrysogenum
dari buah melon.
Produksi Penisilin dapat dilakukan
dengan dua cara yaitu:
1. kultur tenggelam, dan
2. kultur permukaan
Dalam produksi penisilin diperlukan
starter Penicellium yaitu dengan
meumbuhkan Penicellium notatum
Bioteknologi Industri Pangan
401
atau P. chrysogenium untuk
membentuk spora, selanjutnya
spora tersebut sebagai
inokulum/starter. Beberapa faktor
yang perlu diperhatikan selama
fermentasi penisilin adalah:
1. Bahan dasar terdiri atas:
a. Sumber karbon (6 %),
laktosa, pati jagung dan
dextrin jagung.
b. Sumber nitrogen: sodium
nitrat, ammonium sulfat,
ammonium asetat,
ammonium laktat, corn
steep liquor.
c. Sumber mineral:
magnesium sulfat (MgSO4
7H2O)
d. Prekursor/inducer yaitu
senyawa yang mampu
menginduksi pembentukan
penisilin oleh Penicillum
seperti asam fenilasetat.
Gambar 9.10 Pengembangan Strain Penghasil Penisilin (Anonim 2006)
Isolasi dari melon
Isolat P. Chrysogenum
Mutasi
Mutan
Produksi
Penisilin
Pengujian dengan Staphylococcus aureus (1 unit/ml)
Isolasi Penisilin
Purifikasi
Kristalisasi
(1 unit = 0,5988 µgr / sodium benzyl penisilin)
Bioteknologi Industri Pangan
402
2. Kondisi fermentasi
Suhu 240C, pH : 5-7,5, aerasi
400 cu/menit, antifolam tributyl
citrat, 3 % oktadekanol.
B. Biopestisida
Kebanyakan antibiotik dengan
konsentrasi antara 55-200 ppm
mempunyai sifat insektisidal.
Novobioci dan cycloheximide
(actidione) merupakan insektisida
yang mempunyai spektrum lebih
luas terhadap insekta. Di Jepang
telah banyak dilakukan seleksi dan
juga menemukan metabolit
sekunder baru yang mempunyai
daya insektisida. Insektisida
tersebut dihasilkan oleh
Streptomyces.
Tabel 9.7 Jenis Mikroba, Insektisida yang Dihasilkan dan Toksisitasnya
terhadap Manusia (Anonim, 2006)
Jenis mikrobia Produk Toksisitas
terhadap manusia
Streptomyces factum
Streptomyces mabaraence
Metarrhizium anisapliae
Aspergillus ochraccus
Aspergillus versicolor
Pactomycin
Piericidins A dan B
Dextrixin A dan B
Aspachchracin
Versimide
Tinggi
Tinggi
Tinggi
Rendah
-
Di Jepang, kapang tingkat tinggi
digunakan untuk pengendalian
lalat, yaitu asam tricklomat yang
dihasilkan oleh Tricholoma
muscarium dan asam dibotenat
dari Amania muscaria. Contoh
mikroba lain seperti bakteri yang
berperan sebagai pengendali
hama antara lain :
1. Bacillus thuringensis: sporanya
bersifat patogen terhadap larva
Lipidoptera
2. Bacillus popilliae: sporanya
bersifat patogen terhadap lebah
(Popillia japanica).
Kapang dapat menginfeksi
integumen hospes. Spesies fungi
yang paling baik adalah Beauveria
bassiana untuk mematikan
penyakit pada ulat sutera (Bombyx
mori).
Bioteknologi Industri Pangan
403
Gambar 9.11 Diagram Alir Produksi Penisilin Secara Komersial (Anonim 2005)
9..4.. Teknollogii
Fermentasii
Fermentasi berasal dari bahasa
latin yaitu fervere yang berarti
mendidih (to boil) sebagai suatu
kenyataan yang menunjukkan
adanya aktifitas khamir pada
ekstrak buah-buahan atau serealia,
karena selama fermentasi
dihasilkan CO2 sehingga
kondisinya menjadi anaerob.
Proses fermentasi sering
didefinisikan sebagai proses
pemecahan karbohidrat dan asam
amino secara anaerobik, yaitu
tanpa memerlukan oksigen.
Karbohidrat merupakan substrat
utama yang dipecah dalam proses
fermentasi. Bentuk polisakarida
terlebih dahulu dipecah menjadi
gula sederhana sebelum
difermentasi, misalnya hidrolisis
pati menjadi unit-unit glukosa.
Selanjutnya glukosa dipecah
menjadi senyawa-senyawa lain
tergantung dari jenis
fermentasinya.
Tahapan fermentasi meliputi
pemilihan jenis mikroba dan kultur
stok, menentukan media,
persiapan/preparasi inokulum,
proses fermentasi, mengendalikan/
mengontrol proses dan
pengunduhan hasil serta pemurnian
hasil fermentasi (jika diperlukan).
Operasi fermentasi secara
komersial dapat digolongkan
menjadi tiga golongan yaitu
fermentasi nonaseptis, semi
aseptis dan aseptis. Fermentasi
non aseptis biasanya terjadi secara
spontan di alam. Contoh
fermentasi non aseptis adalah
produksi protein sel tunggal (PST)
dari hidrokarbon. Fermentasi semi
aseptis memerlukan kondisi
(lingkungan dan media) yang agak
spesifik dan sedikit terkontrol,
contohnya fermentasi alkohol.
Sedangkan fermentasi aseptis
adalah fermentasi yang harus
dilakukan secara penuh karena
adanya kontaminasi mikroba lain
dapat mengakibatkan kegagalan
proses (fatal), contohnya
fermentasi produksi antibiotik.
Bioteknologi Industri Pangan
404
Fermentasi merupakan proses
yang relatif murah dan pada
hakekatnya telah lama dilakukan
oleh nenek moyang kita secara
tradisional dengan produkproduknya
yang sudah biasa
dimakan orang sampai sekarang
seperti tempe, oncom, tape, dan
lain sebagainya.
Proses fermentasi dengan teknologi
yang sesuai dapat menghasilkan
produk yang mengandung protein
lebih tinggi. Protein yang berasal
dari mikroba sebagai sumber pangan
manusia mulai dikembangkan
pada awal tahun 1900. Protein
mikroba ini kemudian dikenal
dengan sebutan Single Cell Protein
(SCP) atau Protein Sel Tunggal
(PST). Menurut Tannembaum
(1971), protein sel tunggal adalah
istilah yang digunakan untuk
protein kasar atau murni yang
berasal dari mikroorganisme,
seperti bakteri, khamir, kapang,
ganggang dan protozoa.
Ada dua istilah yang sering
digunakan untuk produk protein
dari mikroba yaitu Protein Sel
Tunggal (PST) dan Microbial
Biomass Product (MBP) atau
Produk Biomassa Mikrobial (PBM).
Bila mikroba yang digunakan tetap
berada dan bercampur dengan
masa substratnya maka
seluruhnya dinamakan PBM. Bila
mikrobanya dipisahkan dari
substratnya maka hasil panennya
dinamakan PST.
Kebanyakan produk berasal dari
substrat yang mengandung
karbon. Bermacam-macam produk
antara yang dihasilkan dari glukosa
dan selanjutnya diubah menjadi
asam piruvat. Dari asam piruvat
akan direduksi menjadi asam
laktat, asam butirat, asam
propional, butanediol, etil alkohol
dan sebagainya.
Produk yang dihasilkan tergantung
pada ada dan tidaknya enzim
mikroba. Sebagai contoh bakteri
asam laktat tidak menghasilkan
enzim piruvat dekarboksilase,
tetapi mereduksi piruvat menjadi
asam laktat, sedangkan khamir
dapat menghasilkan piruvat
dekarboksilase untuk mereduksi
senyawa CO2 menjadi etanol.
Metabolisme glukosa dalam
kondisi anaerob melalui jalur
Embden-Meyerhaf-Parnas (EMP).
Kemudian melalui reaksi Entner
Doudoroff didegradasi menjadi etil
alkohol, seperti yang dilakukan
oleh Pseudomonas. Piruvat dapat
diubah menjadi asam laktat,
seperti yang dilakukan oleh
Leuconostoc mesenteraides.
Beberapa jenis fermentasi yang
dilakukan oleh mikroba mempunyai
sifat karakteristik tersendiri antara
lain:
1. Tipe fermentasi yang
dibedakan atas pertumbuhan
mikroba dan produk.
a. Sinonim : produksi protein
sel tunggal
b. Assosiasi (associated) :
fermentasi alkohol asam
sitrat, dan asam laktat.
c. Nonassosiasi (non
associated): fermentasi
antibiotik.
d. Stepwise: fermentasi antibiotik
Bioteknologi Industri Pangan
405
2. Jenis mikroba yang berperanan
dalam industri adalah bakteri,
fungi, khamir, alge dan protozoa
a. Bakteri contohnya: Zymomonus
mobilis, Clostridium
acetobutylicum, Acetobacter
aceti.
b. Fungi contohnya: Aspergillus
oryzae, Penicellium notatum,
Rhizopus oligosporus
c. Khamir contohnya :
Saccharomyces cerevisiae,
Candida utilis,
Saccharomyces pombe.
d. Virus perlu dipelajari karena
penyebab kontaminasi
e. Protozoa penting dalam
penangan limbah
f. Alge untuk produksi bahan
makanan yaitu agar, protein
sel tunggal.
3. Peranan mikroba dalam
metabolismenya.
a. Katabolisme : fermentasi
alkohol, aseton, butanol dan
asam organik
b. Anabolisme : fermentasi
polisakarida protein, asam
nukleat, alkaloid.
4. Enzim yang berperan dalam
fermentasi.
a. Katalisator enzim dapat
mempercepat reaksi kimia
1012–1020 kali dibandingkan
dengan katalisator anorganik.
b. Reaksi dengan menggunakan
enzim untuk mendapatkan
produk melalui degradasi
tahap demi tahap.
c. Energi yang dihasilkan oleh
enzim ditangkap lalu
dilepas, tidak seperti
katalisator anorganik.
d. Enzim dapat menurunkan
energi aktivasi reaksi.
5. Substrat dasar yang digunakan
dapat dari karbohidrat dan
senyawa nitrogen organik.
Tabel 9.8 Macam-Macam Fermentasi Karbohidrat (Anonim 2006)
No. Macam Glikolisis Hasil akhir utama
1
2
3
4
5
6
Fermentasi alkohol
- oleh khamir
- oleh bakteri
Fermentasi asam laktat
- homofermentasi (homolaktat)
- heterofermentasi (heterolaktat)
Fermentasi asam propionat
Fermentasi asam butiran
Fermentasi asam campur
Fermentasi butanediol
HDP
EDP
HDP
HMP
HDP
HDP
HDP
HDP
etanol, CO2
etanol, CO2
asam laktat, etanol
asam asetat dan CO2
asam propionat, asam
asetat, CO2
Isopropanol.
etanol, asetat, format,
H2,CO2, laktat, suksinat.
butanediol, etanol, laktat,
suksinat, asetat, H2, CO2.
Bioteknologi Industri Pangan
406
Peruraian glukosa menjadi asam
piruvat dibedakan menjadi 3 jalur :
1. Jalur heksosa difosfat (HDP),
yaitu Embden-Meyerhoff-Parras
atau glikolisa.
2. Jalur heksosa monfosfat
(HMP), yaitu jalur Warburg
Dicken, jalur fosfoketolosa,
atau jalur pentosa fosfat.
3. Jalur 2 keto-3 deoksi glukonat-
6 fosfat (jalur KDGP), atau jalur
Entner Doudoroff.
Gambar 9.12 Jalur Perubahan Asam Piruvat (Anonim 2006)
6. Tahapan fermentasi
a. Pemilihan mikroba
Mikroba yang dipakai dalam
industri akan sangat
bermanfaat bila disimpan
untuk penggunaan lebih
lanjut tanpa mengurangi
kemampuan tumbuh dan
produksinya. Ada dua
macam kultur yaitu primary
culture dan working culture.
b. Media fermentasi
Media sangat penting dalam
fermentasi karena mikrobia
mampu tumbuh pada substrat
tersebut. Media harus
mengandung makronutrien
Media fermentasi dapat
digolongkan menjadi dua
macam yaitu media sintetik
dan kompleks.
Bioteknologi Industri Pangan
407
c. Preparasi inokulum
Media untuk penyiapan
inokulum biasanya berbeda
dengan media fermentasi.
Media untuk inokulum untuk
menghasilkan sel mikrobia
dalam jumlah besar tanpa
terjadi perubahan sifat
genetik sel. Konsentrasi
penggunaan 0,5 % sampai
5 % volume, kadang 10 % -
20 % inokulum yang terlalu
sedikit mengakibatkan
waktu fermentasi menjadi
lama dan produktivitas
menurun.
d. Kontrol proses fermentasi
dan pengunduhan produk.
Gambar 9.13 Contoh Aplikasi Teknologi Fermentasi (Anonim, 2005)
9..5.. Genetiicalllly Modiifiied
Organiism (GMO)
dallam Pangan
Deskripsi singkat
Bioteknologi adalah penggunaan
tanaman, hewan, ataupun mikroba,
baik secara keseluruhan maupun
sebagian, untuk membuat atau
memodifikasi suatu produk mahluk
hidup ataupun merubah spesies
mahluk hidup yang sudah ada.
Rekayasa genetika merupakan
suatu proses bioteknologi modern
dimana sifat-sifat dari suatu
mahluk hidup dirubah dengan cara
memindahkan gen-gen dari satu
spesies mahluk hidup ke spesies
yang lain, ataupun memodifikasi
gen-gen dalam satu spesies.
Bioteknologi Industri Pangan
408
Gambar 9.14 Aplikasi Bioteknologi pada
Tanaman Pisang (Jennifer,
2006)
GMO (Genetically Modified
Organism) adalah organisme
(dalam hal ini lebih ditekankan
kepada tanaman dan hewan) yang
telah mengalami modifikasi
genome (rangkaian gen dalam
kromosom) sebagai akibat
ditransformasikannya satu atau
lebih gen asing yang berasal dari
organisme lain (dari species yang
sama sampai divisio yang
berbeda). Gen yang
ditransformasikan diharapkan
dapat mengeluarkan atau
mengekspresikan suatu produk
yang bermanfaat bagi manusia.
Secara sederhana GMO adalah
organisme (dalam hal ini tanaman
atau hewan) yang dapat
menghasilkan suatu zat yang
asalnya zat tersebut tidak bisa atau
tidak biasa dia buat dalam jumlah
yang meningkat.
Rekayasa GMO sudah dimulai
sejak tahun 1970-an, diawali
dengan aplikasinya pada tanaman
sehingga sampai kini tidak kurang
dari 30 juta ladang tanaman yang
ditanami GMO.
Jenis-Jenis GMO Tanaman
Berbagai jenis GMO tanaman yang
dikelompokkan atas karakteristik
khasnya antara lain sebagai
berikut:
1. Toleran terhadap tekanan
biotik dan abiotik
Contoh yang termasuk kategori
tahan faktor biotik misalnya
padi yang tahan terhadap virus
RYMV dengan teknik imunisasi
genetik untuk jenis padi yang
tumbuh di daerah sahara.
Lainnya adalah tanaman
papaya yang tahan virus ring
spot, tanaman kentang yang
tahan hama blight. Di lain pihak
contoh-contoh yang tahan
faktor abiotik misalnya tanaman
yang tahan aluminium pada
jenis tanah asam, tahan
kekeringan, tahan panas, tahan
dingin dan yang tahan garam.
2. Tanaman yang tahan
Serangga dan herbisida.
Tanaman yang tahan serangga
yang sudah banyak dikenal
adalah yang mengandung gen
dari bakteri Bacillus
thuringiensis (gen Bt) yang
dapat memproduksi protein
yang dapat membunuh insek.
Adapun tanaman yang tahan
terhadap herbisida dibuat
mengandung gen yang dapat
menghasilkan inhibitor bagi
enzim target dari suatu
herbisida.
Bioteknologi Industri Pangan
409
3. Tanaman yang mengandung
nilai gizi khusus.
Contoh tanaman ini adalah
(golden rice), yaitu padi yang
banyak mengandung likopen
dan beta karoten. Padi yang
banyak mengandung zat besi
karena mengandung jenis
protein yang dapat mengikat
besi.
4. Tanaman yang mengandung
pharmaceuticals.
Sudah ada padi dan gandum
yang dapat menghasilkan
antibodi anti kanker,yang dapat
mengenal sel-sel kanker paruparu,
kanker buah dada dan
kanker usus, sehingga dapat
diharapkan membantu
diagnosa dan terapi dari jenisjenis
kanker tersebut. Tanaman
yang dapat menghasilkan zat
anti kanker vinblastin dan
vincristine yang berguna dalam
pengobatan penyakit limfoma
Hodgkin.
5. Tanaman yang mengurangi
dampak negatip lingkungan.
Beberapa jenis tanaman
memerlukan guludan yang
tinggi. Guludan semacam ini
mudah terancam erosi. Oleh
sebab itu tanaman jenis ini
harus dibuat tahan terhadap
jenis penyakit akar, sehingga
guludannya dapat dibuat tidak
terlalu tinggi.
Keuntungan dan Kerugian
Modifikasi Genetik
Keuntungan:
1. Panen Lebih Besar: tanaman
rekayasa bisa meningkatkan
panen di tanah yang luasnya
terbatas, tanah miskin, atau
kawasan yang rawan banjir.
2. Meningkatkan Nutrisi: kacang
kedelai MG lebih banyak
mengandung protein. Sama
seperti beras, yang direkayasa
sehingga mengandung zat
besi, untuk mengatasi anemia.
3. Kesehatan Lebih Baik: tanaman
yang mengandung vaksin akan
mempermudah penyebaran
vaksin dan membuat obat lebih
mudah ditelan.
4. Bahan Kimia Lebih Sedikit:
resistensi terhadap serangga
hama tertentu akan mengurangi
ketergantungan terhadap
pestisida. Dengan tanaman
yang menghasilkan zat
herbisida (pembunuh rumput),
maka petani hanya perlu
menyemprot setahun sekali dan
dan tidak selamanya tiga kali.
Kerugian:
1. Bahan alergi baru: manipulasi
genetik sering menggunakan
protein dari organisme yang
tidak pernah menjadi bahan
makanan, dan sebagian besar
bahan alergi makanan berasal
dari protein.
2. Resistensi terhadap antibiotik:
gen resistensi-antibiotik sering
digunakan sebagai "penanda"
untuk menyeleksi sel-sel
transgenik dan ada
kemungkinan akan masuk ke
jaringan tubuh manusia atau
organisme lain. Hal ini akan
menyebabkan persoalan baru
bagi kesehatan.
Bioteknologi Industri Pangan
410
3. Virus baru: gen viral pada
tanaman yang direkayasa
dapat menyebabkan tanaman
kebal terhadap virus
kemungkinan dapat terkombinasi
lagi dengan mikroba lain
untuk menghasilkan virus hibrida
yang lebih berbahaya.
4. Rumput baru: dalam lingkungan
yang lebih luas, perkawinan
antar tanaman
kemungkinan menghasilkan
"rumput super". Di samping itu
tanaman hasil rekayasa
kemungkinan dapat terbawa ke
luar lahan pertanian dan
meluas, sehingga merusak
seluruh ekosistem.
5. Resistensi terhadap hama:
dalam waktu lama, hama dapat
kebal terhadap tanaman yang
menghasilkan pestisida,
sehingga pestisida menjadi
tidak efektif lagi.
Gambar 9.15 Pertumbuhan Tanaman
Tembakau dengan Modifikasi
Gen Tahan Kekeringan
(Tanpa Pemberian Air
Selama 14 Hari). (A)
Tembakau Non Ttransgenik
(B) Tembakau Transgenik
Sumber : Thomson, 2006.
9..6.. Biioteknollogii
Bakterii Asam
Laktat
Klasifikasi dan Karakretisasi
Bioteknologi bakteri asam laktat
adalah penggunaan/pemanfaatan
bakteri asam laktat untuk membuat
atau memodifikasi suatu produk
(bahan pangan/pangan) menjadi
suatu produk yang lebih
berkualitas.
Bakteri asam laktat terdiri atas
beberapa genus yaitu
Lactobacillus, Leuconostoc,
Pediococcus Streptococcus,
Carnobacterium, Aerococcus,
Enterococcus, Lactococcus,
Vagococcus, Tetracoccus dan
Bifidobacterium (Salminen et al,
2004).
Berdasarkan sifat memfermentasinya
bakteri asam laktat dibedakan
menjadi dua kelompok yaitu BAL
homofermentatif yang hanya
menghasilkan asam laktat, dan
BAL heterofermentatif yang
menghasilkan asam laktat, etanol
atau asam asetat, dan CO2.
Penggunaan BAL dalam
Fermentasi Susu
Sifat yang terpenting dari bakteri
asam laktat adalah kemampuannya
untuk memfermentasi gula menjadi
asam laktat. Sifat ini penting dalam
pembuatan produk-produk
fermentasi seperti fermentasi
sayuran (sauerkraut, pikel dan
sebagainya), fermentasi susu
A B
Bioteknologi Industri Pangan
411
(keju, yoghurt, kefir dan
sebagainya), fermentasi ikan dan
daging. Produksi asam oleh bakteri
asam laktat berlangsung secara
cepat sehingga dapat menghambat
pertumbuhan mikroba lain yang
tidak diinginkan.
Genus yang banyak digunakan
dalam fermentasi susu antara lain
adalah Streptococcus dan
Lactobacillus (Surono, 2004).
Streptococcus thermophilus
mempunyai bentuk bulat (kokus)
dengan diameter sel 0,7-0,9 µm.
Pada susu, bakteri ini membentuk
rantai panjang yang terdiri atas 10-
20 sel. Berdasarkan aktivitas
metabolisme karbohidrat, bakteri
ini bersifat homofermentatif yang
mampu menghasilkan asam laktat
sebagai produk metabolit
utamanya. Asam laktat yang
terbentuk berupa L(+) asam laktat.
Memiliki suhu optimum bagi
pertumbuhannya yaitu 380C dan
akan terhenti pada suhu 100C
(Robinson, 1999; Wahyudi, 2006).
Lactobacillus delbrueckii subsp.
bulgaricus berbentuk batang
dengan sel berukuran 0,5-0,8 µm x
2,0-9,0 µm. Pada susu, bakteri ini
membentuk rantai pendek yang
terdiri dari 3-4 sel. Memiliki suhu
optimum pertumbuhannya yaitu
450C. Bersifat homofermentatif
dengan menghasilkan asam laktat
yang berupa D(-) asam laktat
sebesar 1,7-2,1 % pada susu
(Robinson, 1999).
Gambar 9.16 Beragam Produk Fermentasi Susu Menggunakan BAL (Anonim, 2005)
BAL dalam Fermentasi Keju
Keju berasal dari kata Inggris kuno
yaitu cese dan chiese, atau dari
bahasa latin caseus. Kata-kata
yang sama dalam bahasa Jerman
untuk keju adalah kase, sedangkan
di Perancis fromage serta
Spanyol dan Italia menamakan
produk ini sebagai queso dan
formaggio.
Dadih/yoghurt Indonesia
Kefir Mentega susu
Bioteknologi Industri Pangan
412
Keju terbuat dari bahan baku susu
baik itu susu sapi, kambing, dan
kerbau. Proses pembuatannya
dilakukan dengan pembentukan
dadih setelah terlebih dahulu
melakukan pasteurisasi terhadap
susu. Pasteurisasi ditujukan untuk
menghilangkan bakteri patogen
sekaligus menghilangkan bakteri
pengganggu dalam proses
pembuatan dadih.
Pembuatan dadih atau proses
penggumpalan mulai terjadi saat
ditambah starter kultur baktri laktat,
kultur bakteri ini menyebabkan
terjadi fermentasi hingga pada pH
tertentu. Enzim atau pun asam
ditambahkan saat telah dicapai
kondisi yang sesuai untuk enzim
atau asam sehingga proses
koagulasi tercapai. Penambahan
enzim atau pun asam bertujuan
untuk menurunkan pH hingga 4.5
dimana pH tersebut merupakan
titik isoelektrik kasein.
Gumpalan susu yang terbentuk di
dasar alat, kemudian diambil
dengan cara filtrasi. Gumpalan
susu ini kemudian dipres untuk
mengeluarkan whey nya.
Penambahan garam pada hasil
gumpalan yang di filtrasi akan
menghasilkan keju cottage. Untuk
menghasilkan keju jenis lainnya,
gumpalan susu yang disaring ini
kemudian di pres dengan waktu
yang bervariasi tergantung jenis
keju yang diinginkan. Pada proses
penekanan ini terjadi pula proses
pematangan. Biasanya di Inggris
proses pematangan memakan
waktu lebih kurang 10 minggu
sehingga menjadi keju yang
dinamakan keju keras (cheddar)
sedangkan di Amerika untuk
menghasilkan keju keras (cheddar)
dengan terlebih dahulu dicelupkan
dalam parafin untuk mencegah
kekeringan, serta dibiarkan
mengeras sekitar enam bulan.
Pada proses pematangan dapat
ditambahkan mikroba-mikroba
tertentu untuk menghasilkan keju
yang diinginkan. Selama proses
pematangan ini banyak senyawasenyawa
khas yang dihasilkan
tergantung dari bakteri yang
ditambahkan. Keju Swis yang khas
dengan cita rasa asam propionatnya
dihasilkan oleh bakteri
Propionibacerium shermani. Selain
itu lubang-lubang yang dihasilkan
pun terjadi karena terbentuknya
gas karbondioksida yang
diproduksi selama fermentasi.
Ada lagi keju yang dinamakan keju
Roquefort, yang berwarna biru
khas. Keju ini berasal dari desa
Roquefort di Perancis. Dalam
prosesnya keju ini ditambahkan
dengan jamur Penicilin roqueforti.
Penambahan jamur selama proses
pematangan ini mengakibatkan
keju berurat dan warnanya menjadi
biru yang khas.
Adapun keju camemberti,
ditambahkan Penicilin camemberti
pada proses pematangannya yang
juga memberikan efek warna biru
dan citarasa khas camembert.
Adapun keju yang dikenal oleh
para ibu-ibu yang sering membuat
kastengel atau cheese stick adalah
jenis keju edam. Keju ini berasal
dari Belanda yang termasuk
golongan keju keras (hard cheese)
yang kadar airnya berkisar antara
20-42 persen.
Bioteknologi Industri Pangan
413
Gambar 9.17. Contoh Jenis Keju
(Anonim, 2005)
Penggunaan BAL sebagai
Pengawet
Menurut Ray (2004) dalam proses
pengolahan makanan, BAL selain
berperan sebagai fermentatif, juga
berperan sebagai biopreservatif
(pengawet). BAL dapat digunakan
sebagai pengawet karena dapat
menghasilkan senyawa antimikroba
yang mampu menghambat
pertumbuhan mikroorganisme lain.
Senyawa antimikroba tersebut
antara lain adalah asam laktat,
hidrogen peroksida (H2O2), diasetil,
karbondioksida (CO2) dan
bakteriosin (De Vuyst dan
Vandamme, 1994).
Aktivitas senyawa antimikroba ini
terhadap mikroorganisme lain
dapat bersifat bakteriostatik atau
bakterisidal. Bakteriostatik yaitu
mampu menghambat pertumbuhan
mikroorganisme tetapi tidak
menyebabkan kematian, sedangkan
bakterisidal yaitu mampu
menyebabkan kematian
mikroorganisme. Hal ini
tergantung dari jenis, karakteristik
dan konsentrasi senyawa
antimikrobial yang dihasilkan
(Hyde, 1983; Salminen et al, 2004).
Asam laktat merupakan metabolit
utama yang dihasilkan oleh BAL
dalam proses metabolisme
karbohidrat. Metabolit ini bersifat
antimikrobial terhadap pertumbuhan
mikroorganisme sehingga berpotensi
digunakan sebagai pengawet alami
makanan. Menurut Ray (2004),
penggunaan asam laktat dengan
konsentrasi sebesar 1-2 % pada
pH 5 atau lebih dalam makanan,
mampu menghambat pertumbuhan
bakteri positif dan negatif Gram.
Pada pH di bawah 5, asam laktat
yang dihasilkan efektif dalam
mematikan jumlah populasi bakteri
negatif Gram.
Mekanisme penghambatan terjadi
karena asam laktat dalam bentuk
tidak terdisosiasi dapat menembus
membran sel. Ion H+ dalam
sitoplasma akan mengganggu
gradien proton dan selanjutnya
akan mengganggu transportasi
nutrisi, sehingga ion ini harus
dikeluarkan dari sel. Pelepasan
ion H+ dari sel membutuhkan
energi, akibatnya energi yang
tersedia untuk pertumbuhan sel
menjadi berkurang dan sel lambat
laun akan mati. Selain itu, asam
laktat yang dihasilkan dalam
fermentasi juga mampu
menurunkan pH dan keadaan ini
akan mengganggu aktivitas enzim
sehingga sel tidak dapat
melakukan aktivitas metabolisme
(Ray, 2004).
Umumnya BAL dapat
mengakumulasi H2O2 karena tidak
mempunyai enzim katalase. H2O2
bersifat oksidator yang dapat
mengoksidasi komponen sel
bakteri, sehingga menyebabkan
kerusakan struktur sel bakteri
Bioteknologi Industri Pangan
414
tersebut. Penggunaan H2O2
dengan konsentrasi sebesar 6-8
µg/mL dapat menimbulkan efek
bakteriostatik, sedangkan dengan
konsentrasi 30-40 µg/mL dapat
menimbulkan efek bakterisidal
(Ray, 2004).
Diasetil merupakan senyawa
pembentuk aroma yang dihasilkan
oleh BAL dalam metabolisme
karbohidrat. Senyawa ini lebih
efektif menghambat bakteri negatif
Gram dibandingkan dengan bakteri
positif Gram. Konsentrasi
penghambatan bakteri negatif
Gram oleh diasetil sebesar 200
µm/mL, sedangkan bakteri positif
Gram sebesar 300 µm/mL. Namun
mekanisme penghambatannya
belum diketahui secara pasti
(William et al., 1996; Surono,
2004).
Menurut Naidu (2000), bakteriosin
didefinisikan sebagai senyawa
polipeptida yang bersifat
antimikrobial terhadap pertumbuhan
mikroorganisme. Bakteriosin yang
dihasilkan oleh BAL ada yang
mempunyai aktivitas penghambatan
dengan spektrum luas dan juga
ada yang berspektrum sempit. Efek
bakterisidal terjadi pada bakteri
positif Gram dan yang berkerabat
dekat dengan bakteri penghasil.
Menurut Kusumawati (2000), S.
thermophilus menghasilkan
bakteriosin thermophilin,
sementara L. delbrueckii subsp.
bulgaricus menghasilkan bulgarin.
Mekanisme kerja bakteriosin
diawali dengan absorbsi oleh
reseptor spesifik yang terdapat
pada permukaan sel bakteri dan
masuk melalui dinding sel. Setelah
molekul bakteriosin kontak dengan
membran, menyebabkan membran
sitoplasma menjadi tidak stabil.
Akibatnya viabilitas sel menurun
dan menyebabkan keluarnya
material yang terdapat dalam inti
sel sehingga sel menjadi mati
(Holzapfel et al., 1995).
Gambar 9.18 Bakteriosin dan Nisin Sebagai Pengawet Pada Produk Sosis (Anonim,
2005)
Bioteknologi Industri Pangan
415
Pengembangan BAL sebagai
Probiotik
Kata probiotik berasal dari bahasa
Yunani yang artinya untuk hidup.
Pertama kali diperkenalkan oleh
Lilley dan Stilwell pada tahun 1965
yang mendefinisikan probiotik
sebagai mikroba yang dapat
menstimulasi pertumbuhan mikroba
lain, sebagai lawan kata dari
antibiotic. Salminen dan Wright
(1983) mendefinisikan probiotik
sebagai sejumlah bakteri hidup
atau produk susu yang
difermentasi atau suplemen
makanan yang mengandung
bakteri asam laktat dalam kondisi
hidup. Definisi ini selanjutnya
berkembang menjadi sejumlah
bakteri hidup atau sediaan sel
mikroba yang menguntungkan
kehidupan ianangnya (Salminen et
al., 1999). Menurut Fuller (1992)
probiotik merupakan bakteri hidup
yang menguntungkan inangnya
melalui perbaikan keseimbangan
mikrobiota dalam saluran usus
inang. Probiotik dengan kualitas
tinggi dari galur bakteri asam laktat
antara lain yaitu Lactobacillus,
Streptococcus, dan Bifidobacterium.
Probiotik dianngap memberikan
dampak positif bagi keseimbangan
flora bakteri usus, meningkatkan
system imun, menurunkan
kandungan kolesterol darah, serta
dapat menghambat bakteri
pathogen karena mampu bersaing
hidup (tempat dan nutrisi) serta
menghasilkan asam laktat dan
antimikroba (bakteriosin). Dalam
bahan pangan, kriteria suatu
bakteri probiotik harus memenuhi
syarat yaitu diisolasi dari manusia
sebagai bakteri indigenus, aman
bagi manusia, dapat menghambat
bakteri patogen, memiliki ketahan
terhadap asam lambung dan
garam empedu serta mempunyai
sifat mampu menempel pada usus
manusia. Beberapa galur bakteri
asam laktat yang sudah
dikomersialkan antara lain seperti
pada Tabel 9.9
Tabel 9.9 Strain Lactobacillus dan Distributornya (Bintang, 2000)
Strain Distributor
Lactobacillus rhamnosus GG
L. acidophilus NCFM
L. casei Shirota
L. reuteri MM53
L. casei CRL431
L. rhamnosus GR-1
L. fermentum RC-14
Valio, Finlandia, Campina, Melkunie
dan Belanda
Rodia, WI, USA
Yakult, Jepang
BioGaia, Swedia
Chr, Hansen, WI, USA
Urex, London, Canada
Urex, London, Canada
Produk yang telah diklaim sebagai
produk berprobiotik dan banyak
dikenal masyarakat di antaranya
yaitu yoghurt. Produk ini adalah
susu yang difermentasi oleh L.
bulgaricus dan streptococcus
thermophilus dengan perbandingan
satu banding satu. Yoghurt
Bioteknologi Industri Pangan
416
mempunyai tekstur semi padat
akibat terjadinya koagulasi kasein
susu dengan pH asam sekitar 4,2
– 4,4. Beberapa manfaat dari
yoghurt antara lain menurunkan
kadar kolesterol darah, membantu
penyerapan kalsium dan fosfor
serta menghasilkan senyawa
antibakteri (Bintang, 1994; Bintang
dan Siburian, 1999; dalam Orasi
Ilmiah Bintang, 2000).
Gambar 9.19 Produksi Yoghurt Skala
Industri (Anonim, 2005)
Rangkuman
Pertumbuhan adalah peningkatan
jumlah sel organisme dan
perbesaran ukuran sel.
Pertumbuhan mikroba dalam
bioreaktor terjadi secara
pertumbuhan individu sel dan
pertumbuhan populasi.
Pertumbuhan mikroba dipengaruhi
oleh berbagai faktor lingkungan, di
antaranya yaitu suhu, pH, aktivitas
air, adanya oksigen, dan
tersedianya zat makanan. Mikroba
menggunakan komponenkomponen
kimia di dalam substrat
sebagai sumber energi untuk
berkembang biak dan membentuk
sel-sel baru.
Bakteri tumbuh dengan cara
pembelahan biner, yang berarti
dari satu sel membelah menjadi
dua sel. Waktu yang dibutuhkan
oleh sel untuk membelah disebut
waktu generasi. Waktu ini
bervariasi tergantung pada spesies
dan kondisi pertumbuhan.
Beberapa contoh mikroba yang
sering dibahas atau terdapat dalam
makanan antara lain seperti E. coli,
Endomycopsis, Pseudomonas,
Candida, Bacillus subtilis,
Staphylococcus, Streptococcus
faecalis, Saccharomyces
ellipsoideus, Rhizopus dan
Aspergillus niger . Beberapa di
antaranya digunakan untuk proses
fermentasi metabolit primer maupun
fermentasi metabolit sekunder
dengan jenis mikroba yang berbeda
untuk tipe fermentasi yang berbeda.
Tahapan fermentasi meliputi
pemilihan mikroba, media fermentasi,
preparasi inokulum, kontrol proses
fermentasi dan pengunduhan produk.
Rekayasa genetika merupakan
suatu proses bioteknologi modern
dimana sifat-sifat dari suatu
mahluk hidup dirubah dengan cara
memindahkan gen-gen dari satu
spesies mahluk hidup ke spesies
yang lain, ataupun memodifikasi
gen-gen dalam satu spesies. GMO
(Genetically Modified Organism)
adalah organisme (dalam hal ini
lebih ditekankan kepada tanaman
dan hewan) yang telah mengalami
modifikasi genome (rangkaian gen
dalam kromosom) sebagai akibat
ditransformasikannya satu atau
lebih gen asing yang berasal dari
organisme lain (dari species yang
sama sampai divisio yang berbeda).
Bioteknologi Industri Pangan
417
Rekayasa genetika pada tanaman
akan memberikan banyak
keuntungan, akan tetapi
kemungkinan juga akan
menimbulkan kerugian.
Bioteknologi bakteri asam laktat
adalah penggunaan/pemanfaatan
bakteri asam laktat untuk membuat
atau memodifikasi suatu produk
(bahan pangan/pangan) menjadi
suatu produk yang lebih
berkualitas. Penggunaan bakteri
asam laktat diantaranya dalam
fermentasi susu, keju, sebagai
pengawet maupun sebagai
probiotik.
Soall Latiihan
1. Mengapa pengetahuan
mengenai kurva pertumbuhan
mikroba sangat penting?
2. Apakah pengertian bakteri
termofilik ?
3. Apakah definisi proses
fermentasi?
4. Sebutkan beberapa contoh
fermentasi metabolit primer?
5. Mengapa sari buah anggur
merupakan medium fermentasi
wine yang baik?
6. Sebutkan beberapa bahan
yang dapat digunakan
membuat cuka?
7. Apakah pengertian rekayasa
genetika?
8. Apakah pengetian bioteknologi
bakteri asam laktat?
Analisis Kelayakan Usaha 418
X.. ANALIISIIS KELAYAKAN USAHA
10..1.. Pengantar
Kebutuhan pangan semakin hari
semakin banyak seiring dengan
perkembangan penduduk,
sementara itu ketersediaan lahan
pertanian semakin menyempit
dengan makin banyaknya jumlah
penduduk.
Untuk melakukan usaha
agroindustri di bidang pangan,
maka selain menguasai teknologi
pengolahan maka juga diperlukan
pengetahuan analisis kelayakan
usahanya.
Jenis-jenis usaha di bidang
agroindustri pangan sangat banyak
jenis atau ragamnya. Sehingga
dalam kesempatan ini hanya
dibahas salah satu jenis komoditas
hasil pengolahan produk pangan,
yaitu usaha agroindustri produksi
tempe.
10..2.. Usaha Agroiindustrii
Tempe
Tempe merupakan salah satu
produk olahan kedelai yang
difermentasi menggunakan
kapang. Produk ini banyak memiliki
kelebihan kandungan nutrisi
dibandingkan dengan kedelai.
10..3.. Piinjjaman Modall
Pinjaman modal usaha untuk
biaya tetap dan biaya variabel
sebesar Rp 79,430,000 Besarnya
suku bunga diasumsikankan
12%/tahun rata (flat). Jangka
waktu pinjaman dan cicilan selama
5 tahun. Grace period 1 tahun,
cicilan dan bunga dibayar mulai
tahun kedua sampai tahun ke lima.
Tabel 10.1 menunjukan
perhitungan bunga dan cicilan.
Bunga dihitung berdasarkan
perkalian antara besarnya
pinjaman dengan besarnya bunga
60%. Cicilan setiap bulan dihitung
dengan membagi jumlah pinjaman
dan bunga selama 60 bulan (5
tahun).
10..4.. Skalla Usaha
Usaha agroindustri produk tempe
dilakukan dengan skala usaha 100
kg/hari atau 2.500 kg atau 2.5 ton
kedelai per bulan. Asumsi produksi
per bulan rata-rata 25 hari kerja.
Jumlah tenaga kerja yang terlibat
diasumsikan 5 orang/bulan. Ratarata
upah per orang diasumsikan
Rp 700.000,-
Analisis Kelayakan Usaha 419
10..5.. Biiaya Produksii
Biaya produksi dikelompokkan
menjadi biaya tetap (Fix Cost) dan
biaya tidak tetap (Variable Cost).
Biaya tetap merupakan biaya-biaya
yang tidak terpengaruh dengan
volume produksi. Biaya variable
merupakan biaya yang berubahubah
sesuai dengan volume produksi.
10.5.1. Biaya Tetap
Yang termasuk biaya tetap pada
usaha agroindustri produksi
tempe adalah peralatan,
bangunan, perijinan dan
overhead cost (biaya dimuka
untuk pengurusan administrasi)
dll. Contoh tertera pada tabel
10.2 besarnya biaya tetap
adalah Rp 72.500.000,-
10.5.2. Biaya Variabel
Yang termasuk biaya variabel
antara lain bahan baku
(kedelai), ragi tempe, bahan
kemasan, tenaga kerja, listrik,
bahan bakar dll. Contoh
perhitungan biaya variabel
tertera pada Tabel 10.3
Besarnya biaya variabel adalah
Rp 11.060.000,-
10.5.3 Total Biaya
Total biaya merupakan
penjumlahan dari biaya tetap
dan biaya variable. Dari
perhitungan usaha agroindustri
produksi tempe, maka biaya
yang diperlukan =
Rp72.500.000 +Rp11.110.000 =
Rp 83.610.000,-
Tabel 10.1 Biaya Tetap (Fix Cost)
No Deskripsi Unit Satuan Harga Jumlah
1
Dish Mill (penggiling dan
pengupas kedelai) 1 unit 7.000.000 7.000.000
2
Tong kayu (untuk
merendam kedelai),
kapasitas 50 kg kedelai
basah atau 25 kg kedelai
kering 4 unit 500.000 2.000.000
3
Plastic sealer (alat
penutup kantong plastic) 1 unit 500.000 500.000
4
Sepeda motor (alat
transportasi) 1 unit 15.000.000 15.000.000
5
Pemanas/ kompor
semawar 2 unit 750,000 1,500,000
6
Nyiru bambu, diameter 90
cm 6 buah 100,000 600,000
7
Nyiru bambu, diameter 60
cm 20 buah 50,000 1,000,000
Analisis Kelayakan Usaha 420
No Deskripsi Unit Satuan Harga Jumlah
8
Ember, diameter 40-50
cm 12 buah 75,000 900,000
Sub Total I 28,500,000
9 Bangunan produksi 50 m2 500,000 25.000,000
10 Bangunan gudang bahan 10 m2 300,000 3,000,000
11 Sumur bor 1 buah 2000,000 2,000,000
12 Instalasi Listrik 1 unit 5,000,000 5,000,000
13 Generator (2.000 watt) 1 unit 7.000.000 7.000.000
Total Bangunan (Sub Total II) 42,000,000
15 Ijin Tempat Usaha 1 ijin 500,000 500,000
16 Ijin Bangunan 1 buah 500,000 500,000
17 Proposal 1
dokum
en 1,000,000 1,000,000
Total Overhead (Sub Total III) 2,000,000
Total 72,500,000
Table 10.2 Biaya Variabel (Variable Cost)
Biaya Variabel (per Bulan)
No Jenis Satuan Harga Jumlah
1 Tenaga Kerja 5 OB 700,000 3,500,000
2 Tenaga Admin 1 OB 700,000 700,000
3 Listrik 1 bulan 50,000 50,000
4 Kedelai 2500 kg 10,000 25,000,000
5 Ragi tempe 2.5 kg 20.000 50,000
6 Kemasan 25 kg 60,000 1.500,000
7 Gas elpiji 5 tabung 80,000 400,000
8 Operasional Kantor 1 bulan 300,000 300,000
9 Operasional Kendaraan 1 bulan 20,000 500,000
10 Sewa kendaraan 1 bulan 500,000 500,000
11 Sewa bangunan 1 bulan 300,000 300,000
12 Sewa alat 1 bulan 200,000 200,000
33,000,000
10..6.. Perhiitungan
Pendapatan
10.6.1. Pendapatan (sewa
alat dan bangunan)
Pengertian sewa alat dan
bangunan yang dimaksud
merupakan biaya penyusutan
peralatan, bangunan dan
kendaraan. Biaya-biaya tersebut
akan digunakan untuk membayar
cicilan pinjaman, pemeliharaan
peralatan, kendaraan dan gedung.
Sehingga pendapatan tersebut
Analisis Kelayakan Usaha
421
tidak diperhitungkan dalam
perhitungan pendapatan dari hasil
penjualan. Jumlah pendapatan dari
penyusutan alat, kendaraan dan
bangunan per bulan = Rp
500.000,- + Rp 300.000,- + Rp
200.000,- = Rp 1.000.000,-.
Dengan jumlah pemasukan dari
uang penyusutan alat, bahan dan
kendaraan diasumsikan per bulan
tetap (Rp 1.000.000,-), maka
dalam kurun waktu 73 bulan atau 6
tahun 1 bulan akan terkumpul Rp
73.000.000,- (lebih besar dari
biaya fixed cost).
10..7.. Hasiill Penjjuallan
Hasil produksi per bulan
diperkirakan dari 2.500 kg kedelai
maka akan diperoleh tempe 4.000
kg atau setara dengan 80.000
kemasan tempe @ 50 g. Apabila
harga jual Rp 450 per kemasan,
maka hasil penjualan = 80.000 x
Rp 500,- =Rp 40.000.000,-
Perkiraan keuntungan/bulan = Rp
40.000.000 – Rp 33.000.000 = Rp
6.000.000,-
10..8.. BEP (Break Even
Poiint)
BEP merupakan suatu kondisi
dimana diperoleh kalkulasi yang
impas usaha agroindustri tempe
pada posisi tidak rugi dan tidak
untung. Perhitungan BEP dapat
dilakukan dengan satuan harga
dan satuan jumlah produk. Masingmasing
dijelaskan sbb:
10.8.1. BEP Unit (berdasarkan satuan jumlah produk)
Total biaya tetap
BEP =
Harga jual per satuan – biaya variabel per satuan
Biaya tetap = Rp 72.500.000,-
Biaya variabel per kemasan tempe = Rp 33.000.000,- : 80.000 = Rp
412,5
Rp 72.500.000,- 72.500.000
BEP = = = 828.572
Rp 500,- – Rp 412,5 87,5
Dengan produksi tempe 80.000 kemasan tempe (2.500 kg kedelai) per
bulan maka maka BEP akan dicapai pada awal bulan ke 11.
Analisis Kelayakan Usaha
422
10.8.2. BEP berdasarkan harga
Total biaya tetap
BEP =
Total biaya variabel
1 -
Total hasil penjualan dalam rupiah
Rp 72.500.000 Rp 72.500.000 Rp 72.500.000
BEP = = =
Rp 33.000.000 1- 0,917 0,083
1 -
Rp 36.000.000
BEP = Rp 873.493.976,-
Jadi BEP dicapai pada awal tahun ke 3, pada saat pendapatan sebesar
Rp 163.104.612,-
Kunci Jawaban 429
KUNCII JAWABAN
BAB III
1. Manfaat pengecilan ukuran
dalam pengolahan pangan
adalah:
a. Meningkatkan rasio luas
permukaan terhadap
volume dari bahan pangan
sehingga dapat
meningkatkan kecepatan
pengeringan, pemanasan,
atau pendinginan.
b. Memperbaiki efisiensi dan
kecepatan ekstraksi dari
komponen terlarut (sebagai
contoh estraksi jus dari
potongan-potongan buah).
c. Menyebabkan
pencampuran bahan-bahan
lebih sempurna, contohnya
dalam sup kering dan
campuran kue.
2. Pencampuran adalah suatu
satuan operasi yang ditujukan
untuk memperoleh campuran
yang homogen dari dua atau
lebih komponen, baik bahan
yang berbentuk kering maupun
cair.
3. Ekstraksi adalah proses
pemisahan komponenkomponen
terlarut dari suatu
campuran komponen tidak
terlarut dengan menggunakan
pelarut yang sesuai.
4. Empat contoh ekstraksi dalam
pengolahan pangan yakni:
a. ekstraksi komponen flavor
vanili dari vanili yang telah
dikuring
b. ekstraksi minyak dari
kelapa
c. ekstraksi kafein dari biji
kopi
d. ekstraksi sari buah jeruk
5. Berdasarkan bentuk panas
yang digunakan, proses termal
ini secara garis besar
dibedakan atas empat, yakni:
a. proses termal dengan
menggunakan uap (steam)
atau air sebagai media
pembawa panas yang
dibutuhkan, meliputi: blansir
(blanching), pasteurisasi,
sterilisasi, evaporasi, dan
ekstrusi;
b. proses termal dengan
menggunakan udara
panas, yakni: dehidrasi
(pengeringan) dan
pemanggangan;
c. proses termal dengan
menggunakan minyak
panas, yaitu penggorengan
(frying);
d. proses termal dengan
menggunakan energi
iradiasi, yaitu pemanasan
dengan gelombang mikro
(microwave) dan radiasi
inframerah.
6. Perbedaan antara pendinginan
dan pembekuan dalam hal
suhu yang digunakan dan daya
awetnya adalah:
Kunci Jawaban 430
PENDINGINAN
PEMBEKUAN
Suhu
penyimpanan
-2 – 10 oC -12 sd
-24 oC
Daya awet Beberapa
hari –sd
minggu
Beberapa
bulan – sd
tahun
7. Metode pengeringan yang
dimaksud adalah:
a. Pengeringan dengan sinar
matahari
b. Pengeringan dengan oven
c. Pengeringan dengan
pengering makanan
d. Pengeringan dengan
pengering beku
e. Pengeringan dengan
pengering semprot
f. Pengeringan dengan pengering
drum yang berputar
8. Produk-produk tersebut adalah
selai, jeli, marmalade, manisan
buah, buah dalam sirup, sirup,
conserves, preserves, mentega
buah, dan madu buah.
9. Tiga zat yang berperan dalam
pembentukan struktur jeli
adalah gula, asam, dan pektin.
10. Penggaraman termasuk
pengawetan karena garam akan
menarik air dari bahan sehingga
mikroorganisme pembusuk tidak
dapat berkembang biak karena
menurunnya aktivitas air (aw).
11. Fermentasi spontan adalah
fermentasi yang berjalan alami,
tanpa penambahan starter,
misalnya fermentasi sayuran
(acar/pikel, sauerkraut dari
irisan kubis), terasi, dan lainlain.
Fermentasi tidak spontan
adalah fermentasi yang
berlangsung dengan penambahan
starter/ragi, misalnya tempe,
yoghurt, roti, dan lain-lain.
12. Bahan tambahan pangan yang
dimaksud adalah: pemanis
buatan; pengatur keasaman;
pewarna; penyedap rasa dan
aroma serta penguat rasa;
pengawet; antioksidan dan
antioksidan sinergis, antikempal;
pemutih dan pematang tepung;
pengemulsi, pemantap dan
pengental; pengeras; sekuestran;
enzim; penambah gizi; dan
bahan tambahan lain (antibusa,
humektan, dan lain-lain)
13. Manfaat pengecilan ukuran
dalam pengolahan pangan
adalah:
a. Meningkatkan rasio luas
permukaan terhadap
volume dari bahan pangan
sehingga dapat
meningkatkan kecepatan
pengeringan, pemanasan,
atau pendinginan.
b. Memperbaiki efisiensi dan
kecepatan ekstraksi dari
komponen terlarut (sebagai
contoh estraksi jus dari
potongan-potongan buah).
c. Menyebabkan
pencampuran bahan-bahan
lebih sempurna, contohnya
dalam sup kering dan
campuran kue.
14. Pencampuran adalah suatu
satuan operasi yang ditujukan
untuk memperoleh campuran
yang homogen dari dua atau
lebih komponen, baik bahan
yang berbentuk kering maupun
cair (liquid).
15. Ekstraksi adalah proses
pemisahan komponenkomponen
terlarut dari suatu
campuran komponen tidak
terlarut dengan menggunakan
pelarut yang sesuai.
Kunci Jawaban 431
16. Tiga contoh ekstraksi dalam
pengolahan pangan yakni:
a. ekstraksi komponen flavor
vanili dari vanili yang telah
dikuring
b. ekstraksi minyak dari kelapa
c. ekstraksi kafein dari biji kopi
d. ekstraksi sari buah jeruk
17. Berdasarkan bentuk panas
yang digunakan, proses termal
ini secara garis besar
dibedakan atas empat, yakni:
a. proses termal dengan
menggunakan uap (steam)
atau air sebagai media
pembawa panas yang
dibutuhkan, meliputi: blansir
(blanching), pasteurisasi,
sterilisasi, evaporasi, dan
ekstrusi;
b. proses termal dengan
menggunakan udara
panas, yakni: dehidrasi
(pengeringan) dan
pemanggangan;
c. proses termal dengan
menggunakan minyak
panas, yaitu penggorengan
(frying);
d. proses termal dengan
menggunakan energi
iradiasi, yaitu pemanasan
dengan gelombang mikro
(microwave) dan radiasi
inframerah.
18. Perbedaan antara pendinginan
dan pembekuan dalam hal
suhu yang digunakan dan daya
awetnya adalah:
PENDINGINAN
PEMBEKUAN
Suhu
penyimpanan
-2 – 10 oC -12 – (-24)
oC
Daya awet Beberapa
hari -
minggu
Beberapa
bulan -
tahun
19. Metode pengeringan yang
dimaksud adalah:
a. Pengeringan dengan sinar
matahari
b. Pengeringan dengan oven
c. Pengeringan dengan
pengering makanan
d. Pengeringan dengan
pengering beku
e. Pengeringan dengan
pengering semprot
f. Pengeringan dengan
pengering drum yang
berputar
20. Produk-produk tersebut adalah
selai, jeli, marmalade, manisan
buah, buah dalam sirup, sirup,
conserves, preserves, mentega
buah, dan madu buah.
21. Tiga zat yang berperan dalam
pembentukan struktur jeli
adalah gula, asam, dan pektin.
22. Penggaraman termasuk
pengawetan karena garam
akan menarik air dari bahan
sehingga mikroorganisme
pembusuk tidak dapat
berkembang biak karena
menurunnya aktivitas air (aw).
23. Fermentasi spontan adalah
fermentasi yang berjalan
alami, tanpa penambahan
starter, misalnya fermentasi
sayuran (acar/pikel, sauerkraut
dari irisan kubis), terasi, dan
lain-lain. Fermentasi tidak
spontan adalah fermentasi
yang berlangsung dengan
penambahan starter/ragi,
misalnya tempe, yoghurt, roti,
dan lain-lain.
24. Bahan tambahan pangan yang
dimaksud adalah: pemanis
buatan; pengatur keasaman;
pewarna; penyedap rasa dan
aroma serta penguat rasa;
Kunci Jawaban 432
pengawet; antioksidan dan
antioksidan sinergis,
antikempal; pemutih dan
pematang tepung; pengemulsi,
pemantap dan pengental;
pengeras; sekuestran; enzim;
penambah gizi; dan bahan
tambahan lain (antibusa,
humektan, dan lain-lain).
25. Fungsi dari komponenkomponen
asap adalah:
a. Fenol berfungsi sebagai
antioksidan, anti-mikroba,
dan mem-bentuk cita rasa.
b. Alkohol memiliki fungsi
utama membentuk cita
rasa, selain itu sebagai
antimikroba.
c. Asam-asam organik fungsi
utamanya untuk
mempermudah
pengupasan selongsong, di
samping itu sebagai
antimikroba.
d. Karbonil memiliki fungsi
untuk membentuk warna
dan citarasa spesifik
e. Senyawa hidrokarbon
memiliki fungsi neg:atif
karena bersifat
karsinogenik.
26. Faktor-faktor yang
mempengaruhi pengasapan
a. Suhu pengasapan,
b. Kelembaban udara,
c. Jenis kayu,
d. Jumlah asap, ketebalan
asap, dan kecepat-an aliran
asap dalam alat pengasap,
e. Mutu bahan yang di-asap,
f. Perlakuan sebelum
pengasapan.
27. Fungsi dari komponenkomponen
asap adalah:
a. Fenol berfungsi sebagai
antioksidan, anti-mikroba,
dan mem-bentuk cita rasa.
b. Alkohol memiliki fungsi
utama membentuk cita
rasa, selain itu sebagai
antimikroba.
c. Asam-asam organik fungsi
utamanya untuk
mempermudah
pengupasan selongsong, di
samping itu sebagai
antimikroba.
d. Karbonil memiliki fungsi
untuk membentuk warna
dan citarasa spesifik
e. Senyawa hidrokarbon
memiliki fungsi negatif
karena bersifat karsinogenik.
28. Faktor-faktor apakah yang
mempengaruhi pengasapan,
yaitu:
a. Suhu pengasapan,
b. Kelembaban udara,
c. Jenis kayu,
d. Jumlah asap, ketebalan
asap, dan kecepat-an aliran
asap dalam alat pengasap,
e. Mutu bahan yang diasap,
f. Perlakuan sebelum
pengasapan.
29. Karena asam memiliki sifat
antimikroorganisme sebagai
berikut:
a. asam memiliki pH rendah
yang tidak disukai oleh
mikroor-ganisme;
b. asam-asam yang tidak
terurai bersifat racun bagi
mikroorganisme.
30. Ya, fermentasi dapat dikatakan
sebagai salah satu
bentuk pengasaman kare-na
selama fermentasi terja-di
perubahan-perubahan, di
Kunci Jawaban 433
antaranya terbentuk asam
laktat atau asam asetat hasil
pemecahan senyawa kompleks
karbohidrat.
BAB IIV
1. Buah klimaterik merupakan
jenis buah-buahan yang terus
mengalami perubahan fisiologi,
terutama proses pemasakan
(pematangan), meskipun buah
telah dipetik. Proses perubahan
fisiologi ditandai dengan
perubahan struktur daging
buah, warna kulit buah, aroma
dan cita rasa, meningkatnya
kandungan gula, serta
menurunnya kandungan pati.
Contoh buah klimaterik yaitu
mangga, pepaya, pisang
cempedak, kesemek.
Sedangkan Buah non
klimaterik adalah jenis buah
yang tidak mengalami proses
fisiologis meski telah dipetik
dari pohon. Contoh sayuran
buah (mentimun, terung dan
gambas).
2. Klimaterik terjadi apabila buah
matang dan apabila buah
tersebut telah kelewat matang
maka klimaterik tidak akan
terjadi. Buah diperkirakan
hanya mengalami satu kali
klimaterik selama prose
pematangan. Ada dua teori
yang dapat digunakan untuk
menerangkan terjadinya
klimaterik yaitu, teori
perubahan fisik dan teori
perubahan kimia.
Teori perubahan Fisik
Karena banyak sekali buah
yang melakukan proses
klimaterik, khususnya untuk
menerangkan sebab terjadinya
klimaterik karena perubahan
fisik, seperti apel, pisang dan
advokad. Dalam proses
klimaterik yang terjadi pada
buah diperkirakan karena
adanya perubahan
permeabilitas dari sel.
Perubahan tersebut akan
menyebabkan enzim-enzim
dan substrat yang semula
dalam keadan normal akan
bergabung dan bereaksi satu
dengan lainya sehingga
klimetrik terjadi.
Perubahan Kimia
Perubahan kimia diperkirakan
dapat menyebabkan terjadinya
klimaterik, karena selama
proses pematangan kegiatan
yang berlangsung di dalam sel
buah meningkat sehingga
memerlukan energi yang
diperoleh dari ATP Karena
kebutuhan ATP meningkat
maka mitokondria sebagai
penghasil ATP juga terus
mengalami peningkatan
aktivitas produksi dan proses
respirasi akan meningkat yang
akhirnya menyebabkan
peristiwa klimaterik. Oleh
karena itu pernafasan dapat
digunakan sebagai cara untuk
mengontrol klimaterik.
3. Upaya yang dapat ditempuh
untuk menyimpan buah-buahan
secara umum yaitu dengan
cara mengatur tingkat
kemasakan buah, mengeringkan
Kunci Jawaban 434
permukaan kulit buah dan
menyusun buah dalam
tumpukan yang aman.
Contohnya buah pisang
disimpan masih dalam bentuk
tandannya. Dan disusun agar
udara segar dapat mengenai
semua bagian permukaan
buah. Syarat utama dalam
penyimpanan buah adalah
tempat/ ruang harus bersih,
sejuk, vetilasi dan sirkulasi
udara lancar dan terhindar dari
panas matahari secara
langsung.
4. Pada umumya tahap-tahap
proses pertumbuhan atau
kehidupan buah dan sayuran
meliputi pembelahan sel,
pembesaran sel, pendewasaan
sel (maturasi), pematangan
(ripening), kelayuan
(sinescence) dan pembusukan
(deterioration). Khususnya
pada buah, pembelahan sel
segera berlangsung setelah
terjadinya pembuahan yang
kemudian diikuti dengan
pembesaran atau
pegembangan sel sampai
mencapai volume maksimum.
Setelah itu sel-sel dalam buah
berturut-turut mengikuti proses
pendewasan, pematangan,
kelayuan dan pembusukan.
5. Tujuan utama menyimpan bijibijian
untuk keperluan
konsumsi manusia atau hewan
ternak adalah mendapatkan
mutu bahan yang keadaannya
tetap prima dan terhindar dari
berbagai kerusakan meskipun
telah melampaui waktu simpan
cukup lama. Agar tujuan yang
dimaksud dapat terlaksana
maka diperlukan persiapan dan
penanganan bahan secara
lebih baik dan benar.Untuk
mengatasi masalah tersebut
sebaiknya bahan dikeringkan
dan diupayakan agar kadar air
bahan rendah. Untuk
melakukan uji secara
sederhana cukup menggigit biji
kering dan jika mudah retak
atau pecah berarti tingkat
kekeringan bahan tercukupi
6. Faktor-faktor yang
mempengauhi mutu ikan
sebagai ikan basah yang baru
ditangkap adalah :
a. Jenis ikan, ada jenis ikan
yang mudah sekali busuk
seperti lemuru, kerangkerangan,
molusca dan
crustacea dan adapula
yang tahan seperti ikan
bandeng, tuna, dan
cakalang
b. Ukuran ikan, umumnya ikan
yang ukurannya kecil lebih
cepat rusak daripada ikanikan
yang berukuran besar.
Hal ini disebabkan karena
ikan-ikan yang berukuran
kecil disamping luas
arealnya atau tubuhnya
sempit juga disebabkan
dagingnya masih belum
kompak terutama pada ikan
muda sehingga penguraian
daging oleh kegiatan
mikroba akan berlangsung
cepat.
c. Kondisi biologis, ikan-ikan
yang saat ditangkap dalam
keadaan kenyang akan
lebih cepat menjadi busuk
daripada ikan yang dalam
Kunci Jawaban 435
keadaan lapar.
Pembusukan ini terutama
menjolok dari cepatnya isi
perut dan dinding perut
mengalami penguraian dan
pembusukan, mengingat isi
perut merupakan salah satu
sumber mikroba.
d. Suhu air saat ikan
ditangkap, suhu air akan
berpengaruh pada
kecepatan pembusukan.
Kalau ikan ditangkap pada
suhu air yang tinggi akan
mempercepat proses
pembusukan dibandingkan
dengan ikan yang
ditangkap pada suhu
rendah, suhu yang tinggi
akan mempengaruhi
kecepatan perubahan
komposisi daging ikan.
e. Cara penangkapan dan
kematian, ikan yang
ditangkap dengan suatu
jenis alat tangkap tertentu
(jala atau pancing) yang
dalam proses kematiannya
banyak mengeluarkan
tenaga untuk melepaskan
diri dari jeratan alat tangkap
dapat mempercepat proses
rigor mortis dan
pembusukan dibandingkan
dengan ikan yang diproses
kematiannya dalam
keaadaan tenang.
f. Cara penanganan,
pengangkutan dan
pendistribusian ikan pasca
penangkapan ikan sangat
mempengauhi mutu ikan.
Ikan-ikan yang
diperlakukan secara kasar
dan kurang hati-hati
sehingga terjadi pelukaan
dan lecet-lecet pada
tubuhnya akan lebih cepat
mengalami pembusukan
dibandingkan dengan ikan
yang diperlakukan secara
baik. Luka pada tubuh ikan
akan menjadi pintu
masuknya mikroba dan
mempercepat perombakan
pada daging ikan.
7. Telur mentah yang dibiarkan di
udara terbuka (disimpan dalam
suhu kamar) dalam waktu yang
lama akan mengalami
beberapa perubahan seperti :
a. Perubahan bau dan cita
rasa
b. Perubahan pH
c. Penurunan berat telur
d. Pembesaran rongga udara
e. Penurunan berat jenis
f. Perubahan indeks putih
telur
g. Perubahan indeks kuning
telur
h. Perubahan nilai haugh unit
(HU)
i. Pengenceran isi telur
8. Cara-cara yang dapat
dilakukan untuk mengawetkan
telur adalah: menggunakan
kulit akasia, minyak kelapa,
parafin dan kantong plastik.
a. Menggunakan kulit akasia
b. Pengawetan dengan kulit
akasia dapat
mempertahankan
kesegaran telur sampai
sekitar 2 bulan. Caranya
dengan menumbuk kulit
akasia dan merebusnya. Air
rebusan ini digunakan
untuk merendam telur
segar sebelum disimpan.
Kunci Jawaban 436
Untuk setiap 10 liter air
diperlukan 80 gram serbuk
kulit akasia.
c. Menggunakan minyak
kelapa
d. Pengawetan telur dengan
metode ini dapat
memperpanjang umur
simpan telur sampai 3
minggu. Cara
pengawetannya dengan
memanaskan minyak
kelapa sampai mendidih
dan didiamkan sampai
dingin. Telur yang akan
diawetkan dibersihkan
dahulu, kemudian
dicelupkan satu per satu
dalam minyak tersebut.
Telur selanjutnya diangkat
dan ditiriskan, lalu disimpan
dalam rak-rak. Untuk setiap
1 liter minyak kelapa dapat
untuk mengawetkan telur
sekitar 70 kg.
e. Menggunakan parafin
f. Dengan menggunakan
parafin, telur akan bisa
diawetkan hingga 6 bulan.
Caranya dengan
membersihkan telur dengan
alkohol 96%. Sementara
parafin dipersiapkan
dengan memanasakan
parafin hingga suhu 50-
60oC. Telur dicelupkan
selama 10 menit, telur
selanjutnya diangkat,
ditiriskan dan disimpan
dalam rak telur. Untuk 1
liter parafin dapat
mengawetkan sekitar 100
kg.
g. Menggunakan kantong
plastik
h. Pengawetan dengan
kantong plastik hanya
dapat memperpanjang
umur simpan sampai 3
minggu, caranya adalah
dengan membersihkan telur
terlebih dahulu, kemudian
masukkan dalam kantong
plastik yang cukup tebal.
Selama penyimpanan tidak
boleh ada keluar masuk
kantong. Oleh karena itu,
kantong harus ditutup
rapat-rapat, misalnya
menggunkan patri kantong
plastik elektrionik (sealer).
9. Jenis daging berdasarkan
bentuk fisiknya yaitu :
a. daging segar yang
dilayukan tanpa pelayuan
b. daging segar yang
dilayukan kemudian
didinginkan (daging beku)
c. daging segar yang
dilayukan, didinginkan,
kemudian dibekukan
(daging beku)
d. daging masak
e. daging asap, dan
f. daging olahan
10. Pemanenan buah nenas dalam
suatu kebun hendaknya
dilakukan apabila rata-rata
buah nenas telah menunjukkan
tanda tanda sebagai berikut :
mata demi matanya berjarak
agak lebar, berbentuk datar
sedang tepinya bundar. warna
menjadi kuning (jenis nenas
dengan kulit kuning) sedang
jenis lainnya (berwarna hijau)
maka kulit berwarna hijau agak
gelap atau warna hijau tua
dengan warna agak kuning
Kunci Jawaban 437
kemerah-merahan.
Mengeluarkan aroma yang
khas.
Indeks panen yang digunakan
buah pisang menggunakan
kriteria seperti hilangnya
penampakan sudut-sudut buah
(fullnees of finger), ukuran
buah dan jumlah hari setelah
keluarnya bunga sampai buah
menjadi tua.
Panen buah mangga sebaiknya
dilakukan pada saat sebagian
buahnya yang telah dewasa
berada pada tingkat masak
optimal, yang dapat diketahui
karena buah menunjukkan
tanda-tanda sebagai berikut :
• kulit dan buah yang
berbentuk wajar, tidak
terserang penyakit, telah
berwarna hijau pekat, atau
kekuning-kuningan atau
agak jingga
• pada beberapa buah, kulit
tampak mengkilat, berlapis
lilin
• bagian buah yang terbawah
benar-benar telah
memadat, sedang bagian
tengahnya bila diketutketuk
dengan jari agak
nyaring
• pada beberapa buah
hampir penuh dengan
bintik-bintik coklat, bukan
terserang gigitan larva,
hama/kutu.
• umur masak buah seperti
mangga arum manis
dinyatakan masak optimal
setelah berumur antara 93-
107 hari, mangga golek 75
hari-85 hari.
BAB V
1. Sanitasi adalah upaya
penghilangan semua faktor luar
makanan yang menyebabkan
kontaminasi dari bahan
makanan sampai dengan
makanan siap saji.
2. bakteri indikator sanitasi antara
lain yaitu Escherichia coli,
kelompok Streptococcus
(Enterococcus) fekal dan
Clostridium perfringens.
3. Pekerja atau manusia, hewan,
debu dan kotoran, udara dan
air, makanan mentah, buangan
(sampah).
4. (1) senyawa-senyawa pelepas
khlorin, (2) quaternary
ammonium compounds, (3)
iodophor, (4) senyawa
amfoterik, dan (5) senyawa
fenolik.
5. persyaratan higiene pada
pekerja yang menangani bahan
makanan adalah:
a. Kesehatan yang baik; untuk
mengurangi kemungkinan
pekerja menjadi tempat
penyimpanan bakteri
patogen,
b. Kebersihan; untuk
mengurangi kemungkinan
penyebaran bakteri oleh
pekerj,
c. Kemauan untuk mengerti
tentang sanitasi;
merupakan prasyarat agar
program sanitasi berjalan
dengan efektif.
6. Sanitasi lingkungan meliputi
sanitasi di dalam dan di luar
area
Kunci Jawaban 438
7. Untuk mencegah kontaminasi
pangan dilakukan dengan cara:
a. menyentuh makanan
sesedikit mungkin
b. menghindarkan makanan
dari semua sumber bakteri
c. menutup makanan
d. memisahkan makanan
mentah dari makanan
yang sudah dimasak
e. menghindarkan hewan dan
serangga dari tempat
makanan
f. membuang sisa makanan
dan sampah lain dengan
hati-hati
g. menjaga tempat sampah
tetap tertutup
h. menjaga segalanya
sebersih mungkin
8. Keamanan pangan adalah
kondisi dan upaya yang
diperlukan untuk mencegah
pangan dari kemungkinan
cemaran biologis, kimia, dan
benda lain yang dapat
mengganggu, merugikan, dan
membahayakan kesehatan
manusia.
BAB VII
Jawab:
1. Fungsi pengemasan pada
bahan pangan yaitu (Pilih 5
dari jawaban berikut):
• Mewadahi produk selama
distribusi dari produsen
hingga ke konsumen
(produk tidak
tercecer/tumpah, terutama
untuk cairan, pasta atau
butiran)
• Melindungi dan mengawetkan
produk (melindungi dari
sinar ultraviolet, panas,
kelembaban udara,
oksigen, benturan,
kontaminasi dari kotoran
dan mikroba yang dapat
merusak dan menurunkan
mutu produk)
• Sebagai identitas produk
• Meningkatkan efisiensi
• Melindungi pengaruh buruk
dari produk di dalamnya,
misalnya jika produk yang
dikemas berupa produk
yang berbau tajam, atau
produk berbahaya seperti
air keras, gas beracun dan
produk yang dapat
menularkan warna, maka
dengan mengemas produk
dapat melindungi produkproduk
lain di sekitarnya.
• Memperluas pemakaian
dan pemasaran produk
• Menambah daya tarik calon
pembeli/konsumen
• Sebagai sarana informasi
dan iklan
• Memberi kenyamanan bagi
konsumen.
2. Jenis-jenis bahan pengemas,
yaitu:
• Logam
• Gelas
• Plastik
• Kertas/karton
• Kayu
• Keramik
3. Persyaratan umum tentang
pernyataan (klaim) yang
dicantumkan pada label
kemasan adalah :
Kunci Jawaban 439
• Informasi gizi
• Tidak menyatakan seolaholah
makanan yang
berlabel gizi mempunyai
kelebihan daripada
makanan yang tidak
berlabel.
• Tidak memuat pernyataan
adanya nilai khusus (nilai
khusus tersebut tidak
sepenuhnya berasal dari
bahan makanan tersebut)
• Pernyataan yang
berhbungan dengan
kesehatan didasarkan pada
komposisi dan jumlahnya
yang dikonsumsi per hari.
• Gambar atau logo pada
label tidak boleh
menyesatkan (dalam hal:
asal/bahan baku, isi,
bentuk, komposisi, ukuran
atau warna).
• Saran penyajian suatu
produk dengan bahan lain
harus diberi keterangan
dengan jelas bila bahan lain
tersebut tidak terdapat
dalam wadah (bila
diperlukan).
4. Teknik-teknik pengisian produk
cair:
• Vacuum filling (Pengisian
produk hampa udara).
• Measured dosing
(Pengisian produk terukur).
• Gravity-filling (Pengisian
berdasarkan gravitasi).
• Pressure filling (Pengisian
berdasarkan tekanan).
5. Berdasarkan fungsinya,
penutup wadah gelas ada 3
golongan, yaitu :
Penutup yang dirancang untuk
menahan tekanan dari dalam
wadah gelas (Pressure Seal).
Jenis penutup ini digunakan
untuk minuman-minuman
berkarbonasi.
Penutup yang dapat menjaga
keadaan hampa udara di
dalam wadah gelas (Vacuum
Seals). Jenis penutup ini
digunakan untuk menutup
kemasan hermetis atau bahanbahan
pangan yang diawetkan
dan untuk mengemas bahan
berbentuk pasta.
Penutup yang dirancang untuk
mengamankan produk pangan
yang ada di dalam wadah
(Normal Seals).
BAB VIIII
1. Limbah adalah buangan yang
dihasilkan dari suatu proses
produksi baik industri maupun
domestik (rumah tangga), yang
kehadirannya pada suatu saat
dan tempat tertentu tidak
dikehendaki lingkungan karena
tidak memiliki nilai ekonomis.
2. Pencemaran air adalah suatu
perubahan keadaan di suatu
tempat penampungan air
seperti danau, sungai, lautan
dan air tanah akibat aktivitas
manusia yang mengganggu
kebersihan dan atau keamanan
lingkungan.
3. Pada dasarnya pengolahan
limbah dapat dibedakan menjadi:
a. Pengolahan menurut
tingkatan perlakuan.
b. Pengolahan menurut
karakteristik limbah.
Kunci Jawaban 440
4. Indikasi terjadinya pencemaran
air adalah:
a. Perubahan pH (tingkat
keasaman / konsentrasi ion
hidrogen)
b. Perubahan warna, bau dan
rasa
c. Timbulnya endapan, koloid
dan bahan terlarut.
5. Aspek ekonomi dari pembuatan
kompos adalah:
a. Menghemat biaya untuk
transportasi dan
penimbunan limbah.
b. Mengurangi volume/ukuran
limbah.
c. Memiliki nilai jual yang lebih
tinggi dari pada bahan
asalnya.
6. Strategi untuk mempercepat
pengomposan adalah:
a. Menanipulasi kondisi/faktorfaktor
yang berpengaruh
pada proses pengomposan.
b. Menambahkan organisme
yang dapat mempercepat
proses pengomposan:
mikroba pende-gradasi
bahan organik dan
vermikompos (cacing).
7. Limbah Bahan Berbahaya dan
Beracun (B3) adalah sisa suatu
usaha dan/atau kegiatan yang
mengandung bahan berbahaya
dan/atau beracun yang karena
sifat dan/atau konsentrasinya
dan/atau jumlahnya, baik
secara langsung maupun tidak
langsung dapat mencemarkan
dan/atau merusak lingkungan
hidup, dan/atau dapat
membahayakan lingkungan
hidup, kesehatan,
kelangsungan hidup manusia
serta makhluk hidup lain.
8. Mikroba yang sering
dimanfaatkan untuk
meningkatkan kualitas kompos
adalah:
a. mikroba penambat nitrogen:
Azotobacter sp, Azosprilium
sp, Rhizobium sp, dll
b. mikroba pelarut P dan K :
Aspergillus sp, Aeromonas
sp.
c. mikroba agensia hayati :
Metharhizium sp,
Trichoderma sp,
d. mikroba perangsang
pertumbuhan tanaman:
Trichoderma sp, Pseudomonas
sp, Azosprilium sp.
BAB VIIIIII
BAB IIX
1. Pengetahuan akan kurva
pertumbuhan mikroba (seperti
bakteri) sangat penting untuk
menggambarkan karakteristik
pertumbuhannya, sehingga
akan mempermudah dalam
kultivasi (menumbuhkan)
mikroba pada suatu media,
atau penyimpanan kulur dan
penggantian media.
2. Bakteri termofilik adalah
mikroba yang dapat tumbuh
pada suhu yang relatif tinggi
dengan suhu minimum 25oC,
suhu optimum 45-55oC, dan
suhu maksimum 55-65oC.
3. Proses fermentasi sering
didefinisikan sebagai proses
pemecahan karbohidrat dan
asam amino secara anaerobik,
yaitu tanpa memerlukan oksigen.
Kunci Jawaban 441
4. Beberapa contoh fermentasi
metabolit primer antara lain
aseton butanol, alkohol/etanol,
asam cuka, asam sitrat, enzim
dan vitamin.
5. Sari buah anggur merupakan
medium fermentasi wine yang
baik karena:
a. Kandungan nutrisi cukup
tinggi.
b. Mempunyai keasaman
yang tinggi sehingga dapat
meng-hambat pertumbuhan
mikrobia yang tidak diinginkan.
c. Kandungan gula cukup
tinggi
d. Mempunyai aroma yang
sedap.
6. Bahan yang dapat digunakan
untuk membuat cuka
diantaranya:
a. Sari buah-buahan,
misalnya apel, anggur,
jeruk, dan sebagainya.
b. Sayur-sayuran yang
mengandung pati, misalnya
kentang yang mengandung
pati dan harus dihidrolisis
menjadi gula terlebih
dahulu.
c. Biji-bijian gandum, seperti
barley, gandum hitam,
jagung, dan gandum.
d. Minuman keras atau
alkohol, misalnya dari bir,
atau dari etil alkohol yang
berubah sifat.
7. Rekayasa genetika merupakan
suatu proses bioteknologi
modern dimana sifat-sifat dari
suatu mahluk hidup dirubah
dengan cara memindahkan
gen-gen dari satu spesies
mahluk hidup ke spesies yang
lain, ataupun memodifikasi
gen-gen dalam satu spesies.
8. Bioteknologi bakteri asam
laktat adalah penggunaan/
pemanfaatan bakteri asam
laktat untuk membuat atau
memodifikasi suatu produk
(bahan pangan/pangan)
menjadi suatu produk yang
lebih berkualitas
Daftar Pustaka 423
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 1980b. PNKP Padalarang.
Laporan Biro Engineering.
Padalarang.
Anonim. 1992. USDA/FDA Consumer
Bulletin: January 1992, vm.cfsan.
fda.gov/~dms/eggs.html
Anonim… Daily Fress Eggs.
www.dailyfresheggs.com.au.
Anonim… Egg Shopping Guide.
www.hormel.com/templates/
knowledge/knowledge.asp?
catitemid=2&id=181
Anonim… Foodservice Professionals.
www.aeb.org/professional/egg
safety.htm
Anonim. (tanpa tahun). Pengantar
Mikrobiologi Industri. Diakses
20 Desember 2005 dari
http://www.google.co.id
Anonim, (tanpa tahun).
Pencemaran. Diakses 20
Desember 2005 dari
http://id.wikipedia.org/wiki/
Pencemaran
Anonim, 2005. Food Safety
(Guideline Distance Education).
Seafast Center IPB. Bogor
Anonim. 2005. Industrial
Fermentation. Diakses 14
Desember 2005 dari
www.google.com/
Anonima. (tanpa tahun). Probiotik.
Diakses 20 Oktober 2007 dari
www.google.com/growth
microorganism.
Anonim.b (tanpa tahun). Probiotik.
Diakses 20 Oktober 2007 dari
www.id.wikipedia.org/probiotikyoghurt.
Anonim. 2006. Mikrobiologi
Industri. Diakses 08 Januari
2006 dari www.google.com/
Anonim, 2007. Keamanan Pangan
"Food Safety" Industri. Diakses
30 Oktober 2007 dari
http://teknofood blogspot.com/
2007/04/ keamanan-panganfood-
safety-industri.html
Anonim. (tanpa tahun). Industril
Fermentation. Diakses 04
September 2007 dari
www.google.com/fermentation
Anonim, 2000. Cari Tahu Tentang
Telur Dari Pemilihan,
Penyimpanan, sampai Teknik
Merebus yang Rumit. Sedap
Sekejap Edisi 6/1 Mei 2000.
Anonim. 2001. Daftar Komposisi
Zat Gizi Makanan Indonesia.
Departemen Kesehatan RI.
Badan Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan. Pusat
Penelitian dan Pengembangan
Gizi. Bogor.
Anonim, 2002. Food Safety Facts
For Consumers. Center for
Food Safety and Applied
Nutrition, U.S. Food and Drug
Administration.
www.FoodSafety.gov, Hypertext
updated by kwg/ear/dms2002-
MAY-17
Adiwilaga C.S dan SDI. Insyaf.
2005. Teh Sebagai Sumber
Kesehatan dan Kebugaran.
Makalah pada pertemuan
Daftar Pustaka 424
Ilmiah Festival Teh. Desember.
Bandung.
Bachriansyah, S. 1997. Identifikasi
Plastik. Makalah Pelatihan
Teknologi
Bambang BS. dan Purwako SB.
Fisiologi dan Tekologi Pasca
Panen Tanaman Holtikultura.
Indonesia Austraila, Estern
University Project, Ausaid.
Kerjasama Universitas Mataram
dan Institut Pertanian Bogor.
Bierley, A.W., R.J. Heat and M.J.
Scott, 1988, Plastic Materials
Properties and
Bintang, M. 2000. Orasi Ilmiah
”Aspek Biokimiawi Bakteri
Asam Laktat Selain Sebagai
Bibit Keju dan ypghurt”. F-MIPA
IPB. Bogor
Bishcof, W. 1993. Abwasser
Technik. B.G. Teuber, Stuttgart.
Brody. A.L. 1972. Aseptic
Packaging of Foods. Food
Technology. Aug. 70-74.
Brydson J.A. 1975. Platic
Materials. 3th. Newnes-
Butterworths. London
Buckle KA et al. 1987. Ilmu
Pangan. Penerjemah Purnomo
H dan Adiono. UI Press.
Buckle. K.A., R.A. Edwards, G.H.
Fleet, M.Wootton. 2007. Ilmu
Pangan. Penerjemah Hari
Purnomo dan Adiono.
Departement of Education and
Culture Directorate General of
Higher Education, International
Development Program of
Australia Universities and
Colleges. Penerbit Universitas
Indonesia.
Casey, J.P. 1961. Pulp and Paper,
vol.II Second Ed. International
Publisher Inc.
Christopher. H. 1981. Polymer
Materials. Mac Millan
Publishers LTD. London.
Crawford. J.H. 2003. Composting
of Agricultural Waste in
Biotechnology Applications and
Research. Paul N.
Cheremisinoff and R.
P.Ouellette (ed). p. 68-77.
Crompton, T.R. 1979. Additive
Migration from Plastic into
Food. Pergamon Press.
Davidson A., 1970. HandBook of
Precision Engineering. Mc.
Graw Hill Book
Departemen Pertanian. Pengolahan
Limbah Ternak Sapi Menjadi
Pupuk Organik Berkualitas
Tinggi (Lombok Tengah, Nusa
Tenggara Barat Diakses 30
Oktober 2007 dari
http://database.deptan.go.id
Dewanti-H, R. 2005. Keracunan
Pangan. Departemen Teknologi
Pangan dan Gizi. Fakultas
Teknologi Pertanian, Institut
Pertanian Bogor. Bogor.
Diakses 02 November 2007
dari www.ipb.ac.id
Direktorat Jenderal Industri Kecil
Menengah Departemen
Perindustrian, 2007.
Pengelolaan Limbah Industri
Pangan. Departemen
Perindustrian RI. Jakarta
Earle RL. 1982. Satuan Operasi
dalam Pengolahan Pangan.
Penerjemah Nasution Z.
Sastra Hudaya.
Daftar Pustaka 425
Erliza dan Sutedja. 1987.
Pengantar Pengemasan.
Laboratorium Pengemasan,
Fardiaz, S. 1992. Mikrobiologi
Pangan 1. PT Gramedia
Pustaka, Jakarta.
Fellows PJ. 1988. Food
Processing Technology
Principles and Practice. Ellis
Horwood Limited. England.
Flin R.A. and P.K. Trojan. 1975.
Engineering Materials and
Their Aplications.
Frazier, dan Westhoff. 1978. Food
Microbiology. McGraw-Hill
Book Co, New York.
Fruits And Vegetables. The The
AVI Publishing. Co. Westport.
Guideline Industri PT. Pulau
Sambu Gunung. 2000.
Penanganan Limbah. PT. PSG.
Kepulauan Riau
Hadi, R dan Srikandi F. 1990.
Bakteri Asam Laktat dan
peranannya dalam Pengawetan
Makanan. Jurnal Media
Teknologi Pangan. Jurusan
Teknologi Pangan dan Gizi
FTP-IPB. Bogor
Harun Yahya,… Keajaiban Design
di Alam. Harun Yahya Seruan
Kepada Kebenaran. www.
harunyahya.com/i...angan/bird_
egg_2.jpg
Haryono. 1996. Teknologi Tepat
Guna. Pengawetan Telur Segar.
Penerbit Kaisius. Jakarta.
Heri PI. dan Nawawangsih
AA.1999. Menyimpan Bahan
Pangan. Penebar Swadaya.
Hunnicliffe, H. 1993. Basic Food
Hygiene Certificate
Coursebook, The Institution of
Environmental Health Officers,
London.
Hyde TA, Millor LD, Raphael S.
1983. Lync’s Medical
Laboratory Technology, 4th
Edition. WB Saunders
Company. Philladelphia.
Isroi.(Peneliti pada Balai Penelitian
Bioteknologi Perkebunan
Indonesia). Pengomposan
Limbah Padat Organik. Diakses
30 Oktober 2007 dari
http://www.google.co.id
Jenie BSL, Winiati PR. 1992.
Penanganan Limbah Industri
Pangan. Kanisius. Jogyakarta
Jenie, BSL. 1987. Sanitasi dalam
Industri Pangan. PAU-LSI IPB.
Bogor
Jennifer A Thomson. 2006.
Biotechnology Resenct
(JAT@science.uct.ac.za),
Departemen Molekular dan
Biologi Cell, University of Cape
Town, Afrika Selatan.
Joedodibroto, H. 1982. Plan
Plantation Residues as an
Alternative Sourece of
Kartasapoetra, 1994. Teknologi
Penanganan Pasca Panen.
Rineka Cipta
Ketaren S. 1986. Pengantar
Teknologi Minyak dan Lemak
Pangan. UI Press.
Ketaren S. 1986. Pengantar
Teknologi Minyak dan Lemak
Pangan. UI Press.
Daftar Pustaka 426
Loehr, R.C. 1974. Agricultural
Waste Management. Academic
Press, New York.
Makfoeld D., Marseno D.W.,
Hastuti P.,Anggrahini S.
Raharjo S.,Sastrowuwignyo S.,
Suhardi, Martoharsono S.
Hadiwiyoto S. Tranggono.
2002. Kamus Istilah Pangan
dan Gizi. Kanisius. Yogyakarta.
Mathlouthi, M. 1994. Editor. Food
Packaging and Preservation.
Blackie Academic &
Professional. Chapman & Hall.
London.
Melawati. 2006. Optimasi Pro-ses
Maserasi Panili (Vanilla
planifolia Andrews) Hasil
Modifikasi Proses Kuring
[skripsi]. Bogor: Fateta-IPB.
Melawati. 2006. Optimasi Proses
Maserasi Panili (Vanilla
planifolia Andrews) Hasil
Modifikasi Proses Kuring
[skripsi]. Bogor: Fateta-IPB.
Moavenzadeh F. and H.F. Taylor.
1995. Recycling and Plastics.
Center for Construction
Research and Education
Departement of Civil and
Environtmental Engineering
Massachuett Institute of
Technology.
Muchtadi D. 1992. Petunjuk
laboratorium Fisiologi Pasca
Panen Sayuran dan Buah-
Buahan. Departemen Pendidikan
dan Kebudayaan. Direktorat
Jenderal Pendidikan Tinggi.
Pusat Antar Universitas Pangan
dan Gizi. Institut Pertanian Bogor.
Naidu AS. 2000. Natural Food
Microbial System. CRC Press.
New York. 2000
Nathanson, J. A. 1997. Basic
Environmental Technology. 2nd
ed. Prentica Hall, Ohio.
Nazution Z., Wachyudin T. 1975.
Pengolahan Teh. Jurusan
Teknologi Industri Pertanian.
Fateta-IPB. Bogor
Nester EW, Anderson DG, Robertf
JR. 2001. Microbiology a
Human Perspective, Third
Edition. McGraw-Hill. New
York.
Paine, F.A. dan H.Y. Paine, 1992.
Editor. A Handbook of Food
Packaging. Second Edition.
Blackie Academic &
Professional. Chapman & Hall.
London.
Pandit S. IG. 2004. Teknologi
Penanganan dan Pengolahan
Ikan. Universitas Warmadewa.
Bali.
Pelczar et. Al, dkk. 1977.
Microbiology. Tata McGraw-Hill
Publ. Co. Ltd, New Delhi.
Peleg. K. 1985. Produce Handling
Packaging and Distribution.
The AVI Publishing.
Pencegahannya. Ghalia Indonesia.
Jakarta.
Pengemasan Industri Makanan
dan Minuman, Departemen
Perindustrian dan
Perdagangan, Bogor 29
November 1997
Daftar Pustaka 427
Phillip J. Clauer, 1997. Proper Handling
of Eggs : From Hen to
Consumption. Small Flock
Factsheet, Number 9, Posted
October 1997. Virginia
Cooperative Extension Knowlwdge
for the Commonwealth. Virginia
State University
Ray B. 2004. Fundamental Food
Microbiology, Third Edition.
CRC Press. New York.
Robinson RK. 1999. Yoghurt.
dalam Robinson RK, Batt CA
dan Patel PD (Ed)
Encyclopedia of Food
Microbiology II, 784-790.
Academic. London.
Roja, A. (tanpa tahun). Teknologi
Pembuatan Kompos Kotoran
Ternak Diakses 30 Oktober
2007 dari http://
sumbar.litbang.deptan.go.id/ttg
komposternak.
Rynk R, 1992. On-Farm
Composting Handbook.
Northeast Regional Agricultural
Engineering, Service Pub.
No. 54. Cooperative Extension
Service. Ithaca, N.Y. 1992;
186pp. A classic in on-farm
composting. Website:
www.nraes.org
Sacharow. S. and R.C. Griffin.
1980. Principles of Food
Packaging. The AVI
Salminen S, Wright AV, Arthur
Ouwehand. 2004. Lactic Acid
Bacteria Microbiologcal and
Functional Aspects, Third
Eddition, Revised and
Expanded. Marcel Dekker Inc.
New York.
Saraswati (ed.). 1993. Mengawetkan
Daging. Bhratara. Jakarta.
Sofyaningsih M. 1992. Mempelajari
Proses Pengolahan Daging
Sapi dan Ayam di PT
Kemfoods, Jakarta [Laporan
Praktek Lapang]. Bogor:
Fateta-IPB.
Sofyaningsih M. 2007. Retensi
Vanilin [Laporan Praktek
Lapang]. Bogor: Fateta-IPB.
Sofyaningsih M. 2007. Retensi
Vanilin pada Produk Ekstrak
Pekat dan Pasta Vanili Selama
Penyim-panan [Tesis]. Bogor:
Fateta-IPB.
Sofyaningsih M. 1992.
Mempelajari Proses
Pengolahan Daging Sapi dan
Ayam di PT Kemfoods, Jakarta
[Laporan Praktek Lapang].
Bogor: Fateta-IPB.
Somali L., Marudut, Muthia S. dan
Aminarti ET. Buku Pegangan
Praktek Ilmu Teknologi
Pangan. Proyek Pendidikan
Tenaga Kesehatan Pusat.
Aka-demi Gizi Jakarta.
Sudjatha W.dan Wisaniyasa. 2001.
Pengantar Teknologi Pangan.
Program Studi Teknologi
Pertanian Universitas Udayana
Denpasar
Supardi, I dan Sukamto, 1999.
Mikrobiologi dalam Pengolahan
dan Keamanan Pangan.
Penerbit Alumni Bandung
Suryani A, Hambali E, dan Rivai M.
2004. Membuat Aneka Selai.
Penebar Swadaya. Jakarta.
Daftar Pustaka 428
Suryani A, Hambali E, dan Rivai M.
2004. Membu-at Aneka Selai.
Penebar Swadaya. Jakarta.
Suyitno. 1990. Bahan-bahan
Pengemas. PAU. UGM.
Yogyakarta.
Swasembada Eksport.
Departemen Pertanian.
Jakarta.
Syarief.R., S. Santausa dan
Isyana. 1989. Teknologi
Pengemasan Pangan,
Teknologi Pangan. Penerbit PT.
Media. Jakarta.
Tesfaye, W et al. 2004. Evolution
of Wine Vinegar Compo-sition
During Acceterated Aging with
Oak Chips. J. of Elsevier; 239-
245 Diakses dari
www.elsevier.com/locate/aca
Thomas P. (1975), Journal Food
Science, 40 (4).704-706. dalam
Winarno. FG. 2002. Fisiologi
Lepas Panen Produk
Holtikultura. M-Brio Press Bogor.
Wawo, B. (Penyuluh Pertanian
Madya). (tanpa tahun).
Mengolah Limbah Kulit Buah
Kakao Menjadi Bahan Pakan
Ternak. Diakses 30 Oktober
2007 dari http://www.
google.co.id
Wenas, R.I.F, Sunaryo, dan
Styasmi, S. 2002. Comperative
Study on Characteristics of
Tannery, "Kerupuk Kulit",
"Tahu-Tempe" and Tapioca
Waste Water and the
Altemative of Treatment.
WHO, 2002. WHO Global Strategy
for Food Safety: Safer Food for
Better Health. WHO. Geneva.
Wibowo S. 2002. Industri
Pengasapan Ikan. Penebar
Swadaya. Jakarta.
Winarno FG dan Rahayu TS.
1994. Bahan Tambahan untuk
Makanan dan Kontaminan.
Pustaka Si-nar Harapan.
Jakarta.
Winarno FG dan Rahayu TS.
1994. Bahan Tambahan untuk
Makanan dan Kontaminan.
Pustaka Sinar Harapan.
Jakarta.
Winarno FG. 1994. Sterilisasi
Komersial Produk Pa-ngan. PT
Gramedia Pustaka Utama.
Jakarta.
Winarno FG. 1994. Sterilisasi
Komersial Produk Pangan. PT
Gramedia Pustaka Utama.
Jakarta.
Winarno, F.G. 1983. Gizi Pangan,
Teknologi dan Konsumsi.
Penerbit Gramedia.
Winarno, F.G. 1987. Mutu, Daya
Simpan, Transportasi dan
Penanganan
Winarno, F.G. dan Jennie. 1982.
Kerusakan Bahan Pangan dan
Cara
Winarno, F.G. Moehammad A.
1979. Fisiologi Lepas Panen.
Sastra Hudaya. Institut Pertanian
Bogor.
Glossary 442
GLOSSARY
Absorpsi (absorption): proses
perpindahan nutrien yang
menembus dinding usus dan
pengangkutannya terjadi dalam
darah verna atau limfa. Diperkirakan
selama 24 jam usus
mampu mengabsorpsi 18 liter air
3,5 kg glukosa, 500 g asam amino,
Berta 750 g gliserida.
Adsorpsi (adsorption):
penyerapan suatu molekul atau
suatu zat pada permukaan partikel
secara fisik tanpa reaksi kimiawi
yang terjadi antara substrat ( zat
penyerap ) dengan produk yang
terserap, misalnya misela, karbon
aktif, alumina dan sebagainya.
Aerobik (aerobic) : keadaan
cukup oksigen bebas yang
dibutuhkan mikroorganisme untuk
metabolisms dan pertumbuhannya.
Beberapa strain mikroorganisme
bersifat obligat-aerob yang tidak
mampu untuk mengadaptasi
medium nonaerasi. Namun,
sejumlah besar mikroorganisme
bersifat fakultatif anaerob, yaitu
dapat tumbuh dengan ada atau
tidak adanya udara
Aflatoksin (aflatoxin): metabolik
sekunder dari berbagai fungi,
khususnya Aspergillus flavus.
Aflatoksin membentuk sekelompok
senyawa kompleks yang secara
kimiawi sejenis. Semua senyawa
ini disusun oleh dua cincin furan
yang berpasangan dengan inti
benzen dan cincin piran, selain
dengan cincin pentana (tipe B)
atau heksana (tipe G). Tergantung
pada 0apakah cincin pentana furan
jenuh atau berikatan rangkap, aflatoksin
diberi indeks 1 atau 2.
Sekitar 15 aflatoksin dikenali
dengan nilai Rf-nya, warna
perpendarannya (B: biru, G:
kehijau-hijauan, M: biru-ungu), dan
toksisitasnya (daya peracunannya).
Aflatoksin kebanyakan bersifat
karsinogenik yang kuat pada hati,
yaitu kira-kira seratus kali lipat
lebih kuat daripada nitrosamin.
Aflatoksin dicurigai sebagai
penyebab kanker hati di kalangan
orang yang tinggal di daerah panas
dan lembab yang mendukung
pertumbuhan Aspergillus flavus
pada makanannya.
Agar: agensia pembentuk tekstur
pada makanan (E 406), dihasilkan
dari ekstraksi ganggang merah
(Rhodophyceae sp). Agar terdiri
dari dua polisakarida: agarosa
(galaktosa dengan 3,6-anhidro-Lgalaktosa)
dan agaropektin (1,3-D
galaktosa dengan gugus-gugus
ester sulfat); BM = kurang lebih
100.000. Sin. agarosa, agaropektin.
Aktin (actin): protein dalam sel otot
yang berbentuk benang (fibril).
Protein ini dapat bergabung dengan
miosin membentuk aktomiosin
ktika oto mengalami kontraksi.
Sekitar 15 % nitrogen dalam
jarimgan otot berasal dari aktin.
Glossary 443
Aktomiosin (actomyosin):
komponen protein utama sel-sel
kontraksi pada otot. Sel kontraksi
terdiri atas filamen-filamen protein
yang saling terkait. Ada dua tipe
protein filamen yang berinteraksi,
yaitu filamen tebal yang
mempunyai diameter sekitar 15 nm
dan terutama mengandung miosin
dan filamen tipis mempunyai
diameter sekitar 7 nm dan
terutama mengandung aktin.
Komplek aktomiosin terbentuk jika
aktin dan miosin bergabung
menjadi satu. ATP menyebabkan
kompleks ini terdisosiasi menjadi
aktin dan miosin. Kalium dan
energi dari ATP mengaktifkan
interaksi protein aktin dan miosin
yang dapat menyebabkan
kontraksi fibril. Komplek yang
terbentuk seperti itu memiliki
kekokohan mekanis yang besar. Ini
terjadi pada perubahan
pascamortem .yang menyebabkan
rigor mortis.
Albumen (albumen): zat putih
telur. Pada biji serealia, zat ini
terdapat dalam jaringan cadangan
yang ada di sekitar embrio.
Albumin (albumin): nama umum
dari sekelompok protein yang
berupa larutan koloid. Albumin
merupakan unsur utama yang
terdapat pada putih telur
(ovalbumin), merupakan unsur
penting dalam serum darah (serum
albumin), juga terdapat dalam susu
(lactalbumin), jaringan dan cairan
fisiologis, dan dalam tumbuhan
(vegetable albumin). Komposisi
asam amino dalam albumin
bervariasi, tergantung pada asal
bahan dasarnya. Hasil beberapa
analisis menunjukkan bahwa
albumin telur mengandung 54,3%
karbon, 7,1% hidrogen, 21%
oksigen, 15,8% nitrogen, Serta
1,8% sulfur. Albumin dapat
bergabung dengan beberapa
logam berat, maka digunakan
sebagai penangkal pada
keracunan garam-garam merkuri.
Albumin dapat terkoagulasi atau
terdenaturasi oleh panas, alkohol,
atau asam. Koagulasi juga akan
mengendapkan padatan tersuspensi,
sifat inilah yang
menyebabkan albumin digunakan
untuk menjernihkan produk seperti
wine, sirupm dan sebagainya.
Aldehida (aldehyde): senyawa
dengan rumus umum R-COH, di
mana gugus radikalnya (—R)
dapat berupa senyawa alifatis atau
aromatis Aldehida mengandung
gugus karbonil ( C O ) yang dapat
memberikan sifat reaktivitas kimia
yang spesifik. .
Alkaloid (alkaloid): suatu substansi
yang mengandung nitrogen,
terdapat pada berbagai jenis
tanaman dan pada konsentrasi
rendah menyebabkan berbagai
aksi fisiologis sebagaimana
stimulan. Pada konsentrasi tinggi
akan bersifat toksik bagi tubuh.
Contoh alkaloid, adalah morfin,
kokain dan sejenisnya.
Alkohol (alcohol): komponen
organik dengan rumus umum R -
OH, di mana R adalah gugus alkil
atau alkil tersubstitusi. Etanol yang
diproduksi dengan cara fermentasi
menggunakan yeast adalah
alkohol yang umumnya terdapat
dalam minuman beralkohol.
Glossary 444
Amilase (amylase ): enzim
yang mampu menghidroisis
molekul pati, glikogen, dan turunan
polisakarida pada ikatan á-14, á -
Amilase menghidrolisis ikatan
glikosidik secara acak, B-amilase
menghidrolisis menjadi unit-unit
mitosa dari ujung nonreduksi, dan
glukoamilase menghidrolisis
menjadi unit-unit glukosa dari
ujung nonreduksi branching
(cabang) amilase: menghidrolisis
ikatan cabang á-1,6 pada
amilopektin atau glikogen. á -
Amilase (á-1, 4-glukosa 4-
glukonohidrolase, EC 3.2.1.1), (Bamilase
(á-1,4-glukan
maltohidrolase, EC 3.2.1.2),
glukoamilase (á-1,4-glukan
glukohidrolase, EC 3.2.1.3).
Amilopektin (amilopectin): fraksi
pati yang tidak larut dalam air;
selain tersusun dari rantai lurus Dglukosa
yang berikatan á -1-4 juga
terdapat rantai cabang á -1-6;
dengan larutan iodin berwarna
cokelat-violet. Berat molekul sekitar
500.000.
Amilosa (amylose): fraksi pati
yang larut dalam air, tetapi tidak
larut di dalam N-butanol atau
pelarut organik polar lainnya;
tersusun dari rantai lurus Dglukosa
yang berikatan á -1,4
dengan derajat polimerisasi antara
100-400; berwarna biru tua dengan
iodin. Amilosa menyusun sekitar
20% dari pati serealia, tetapi hanya
1% dalam jagung dan sorgum.
Pada beberapa strain jagung dapat
mencapai 75%. Berat molekulnya
4.000-150.000.
Amino, asam (amino acid) :
penyusun protein dan peptida,
dicirikan oleh suatu rantai yang
mengandung suatu gugus
karboksil pada atom karbon
terminal dan suatu gugus amino
pada atom karbon á -. Hanya
isomer asam amino serf L yang
bisa digunakan oleh tubuh. Pada
campuran rasemik, hanya separuh
yang mempunyai fungsi aktivitas.
Anaerobik (anaerobic): sebutan
untuk mikroorganisme yang dapat
hidup pada atmosfer bebas
oksigen, terutama bakteri patogen.
Mikroorganisme seperti itu dapat
berkembang biak di dalam bahan
makanan yang disimpan dalam
lingkungan tanpa udara.
Pencegahan pertumbuhan bakteri
tersebut lebih sulit dibanding
bakteri aerobik.
Angka asam (acid number): suatu
bilangan atau angka yang
menunjukkan banyaknya asam
lemak bebas yang, terdapat dalam
lemak atau minyak, yang
dihasilkan terutama dari peranan
enzim lipase (EC 3.1.1.3). Angka
yang asam yang dinyatakan
sebagai banyaknya mg KOH yang
dibutuhkan untuk menetralkan
asam lemak bebas dalam setiap g
lemak.
Angka penyabunan (saponification
value): banyaknya mg KOH yang
diperlukan untuk menyabunkan 1 g
lemak. Angka penyabunan menjadi
lebih tinggi pada asam lemak
dengan berat moIekul rendah.
Glossary 445
Antibiotik (antibiotic) : produk
sekresi mikroorganisme atau
substansi kimiawi sintetis yang
menghambat perkembangbiakan
bakteri (bakteriostatik) atau dapat
menyebabkan kematiannya
(bakteriosidal). Pada konsentrasi
tertentu dalam diet, antibiotik
memacu kecepatan pertumbuhan
hewan. Antibiotik juga merusak
atau menghambat pertumbuhan
mikroorganisme dalam makanan
yang dikonsumsi manusia.
Beberapa individu alergi pada
antibiotik tertentu. Adanya
antibiotik dalam lambung dapat
pula menyebabkan resistensi
mikroorganisme tertentu.
Antifungi (antifungal): substansi
yang mampu menghambat
pertumbuhan atau merusak fungi
dan yeast. Senyawa antifungi
tertentu diizinkan sebagai bahan
pengawet dalam makanan,
misalnya asam sorbat (E 200).
Antigen (antigen) : substansi
kimia yang dimasukkan ke dalam
organisme hidup, yang mampu
mendorong pembentukam
antibodi. Antigen bereaksi spesifik
dengan antibodi yang terbentuk.
Bakterisidal (bactericidal): suatu
zat yang dapat membunuh bakteri.
BHA : singkatan dari Butylated
Hydroxyanisole, merupakan
senyawa antioksidan.
BHT: singkatan dari Butylated
Hydroxytoluene, merupakan
senyawa antioksidan.
Biodegradasi (biodegradation) :
kerusakan bahan-bahan industri
oleh mikroorganisme. Biodegradasi
diterapkan untuk produk-produk
yang dapat memberikan kenaikan
keracunan jika dibuang di
lingkungan.
Biomasa (biomase ): bahan
organik yang dihasilkan oleh
pertumbuhan organisms. Sering
diartikan untuk sel-sel
mikroorganisme yang dihasilkan
oleh fermentasi, misalnya yeast,
bakteri, jamur, alga. Pada keadaan
tertentu dapat digunakan langsung
sebagai makanan untuk manusia
atau hewan, tetapi biasanya
memerlukan pemurnian yang
intensif.
Biotin (biotin) : bentuk B dari
vitamin yang mengandung cincin
diaminothiofen yang bergandengan
dengan asam isovalerat. Biotin
(BM = 224,31) tidak berwarna larut
dalam air (20 mg/100 ml), dan
alkohol 100 mg / ml) bahkan
dalam larutan alkali. Stabil
terhadap panas, cahaya, sinar
ultraviolet di dalam medium asam,
tetapi sensitif terhadap alkali,
oksigen, dan agensia
pengoksidasi. Jika teroks0idasi,
terbentuk
Bitot, noda (Bitot’t spots ) : bercak
putih kusam yang berkembang di
sekitar kornea. Kekurangan vitamin
A dapat menyebabkan noda bitot.
Blansing(blanching): perlakuan
panas yang ditujukan untuk
menginaktifkan enzim dalam buah
maupun sayuran segar. Blansing
dimaksudkan agar reaksi-reaksi
yang tidak dikehendaki, rnisaInya
Glossary 446
pencoklatan enzimatis, dapat
dicegah. Blansing dapat dilakukan
dengan air panas ataupun uap panas.
Bromelain, bromelin: dua macam
bromelin, yaitu A dan B, telah
berhasil diisolasi dari nanas. Ini
merupakan protease tiol sangat aktif
yang memecah protein pada residu
lisin, alanin, tirosin, serta glisin.
Bungkil, minyak (oil caked):
residu padat pada ekstraksi minyak
dengan pengepresan.
Asam butirat (butyric acids): asam
lemak jenuh berantai pendek C4
yang larut dalam air dan pelarut
lemak. Asam lemak ini memiliki
bau yang dikenal sebagai mentega
tengik dan merupakan produk flora
rurninan sia.
butirometer (butyrometer): tabung
sentrifus berskala; digunakan
untuk menentukan kadar lemak
dalam susu. Sampel susu pertamatama
diperlakukan dengan asam
sulfat dalam butirometer dan
kemudian disentrifus. Lemak akan
membentuk lapisan atas yang
terpisah jelas dan kadar lemak
dapat dibaca langsung dari skala
pada tabung sentrifus.
Butil hidroksi anisol (butylated
hydroxyl anisole): suatu derivat
fenol (BM = 180,25) yang
merupakan substansi seperti lilin;
pada suhu kamar berupa zat
padat, tidak larut dalam air, namun
larut dalam lemak dan pelarutnya.
Senyawa ini berperan sinergistik
sebagai antioksidan dan digunakan
sebagai aditif bahan makanan (E
320) dengan antioksidan lainnya.
Butil hidroksi toluen (butitylated
hydroxy toluene): suatu derivat
fenol (BM= 220,34); ticlak larut
dalam air, tetapi larut dalam lemak
atau solvennya serta dalam
sejumlah alkohol. Zat ini
merupakan suatu antioksidan yang
sering digunakan sebagai aditif
bahan makanan (E 321) untuk
mencegah timbulnya ketengikan
dalam lemak.
Cairan lambung (gastric juice):
hasil sekresi lambung
mengandung asam klorida (5 g per
1), ion mineral dan kation-kation
Na, K, Ca, serta Mg. Asam klorida
digunakan untuk mempertahankan
pH 1-2 tergantung pada spesies
hewan; pada anak hewan yang
masih menyusu pH lebih tinggi,
yaitu 3 - 4. Komponen utama
cairan lambung yang lain adalah 3
macam endopeptidase:
pepsinogen (propepsin), yang
diaktifkan oleh asam klorida dan
memecah ikatan peptida pada
posisi asam amino aromatik;
katepsin (gastriksin), juga
dikeluarkan sebagai proenzim;
renin, yang hanya terbentuk pada
perut mamalia muda dan bekerja
pada misel kasein dengan
menghidrolisis fraksi dan
menyebabkan penggumpalan.
Cairan lambung juga mengandung
sejumlah kecil lipase,
mukopolisakarida sulfat, dan
beberapa macam glikoprotein,
yang berperan pada proses
pencernaan bermacam-macam
nutrien. Orang dewasa
memproduksi sekitar 1-1,5 l cairan
lambung per hari.
Glossary 447
Cat Gram (Gram stain): suatu cat
bakteriologis paling penting;
ditemukan pertama kali pada tahun
1880 oleh Christian Gram. Bila
bakteri dicat dengan kristal violet
atau cat dasar lainnya, beberapa
spesies tertentu (Gram negatif)
akan dengan mudah dilunturkan
warnanya dengan pelarut organik
yaitu etanol atau aseton;
sedangkan yang lainnya (Gram
positif) tidak akan luntur. Cat Gram
merefleksikan perbedaan dasar
dinding sel dari dua golongan
bakteri.
Celcius, skala (Celsius scale)
suatu skala suhu yang awalnya
disebut sentigrade. Skala tersebut
berdasarkan pada 100 interval
derajat yang sama antara titik leleh
air murni pada 0°C dan titik
didihnya pada tekanan 1 atmosfer
(760 mm Hg) pada suhu 100°C.
Unit Satuan Internasional suhu
adalah Kelvin (K) dan 1°K setara
dengan 1°C, dan 0°C sama
dengan 273°K. Perubahan suhu
dalam derajat Celsius menjadi
derajat Fahrenheit (T) adalah T =
9/5 x °C + 32°.
CMC (Carboxymethycellulose)
atau karboksimetil sellulosa
COD: singkatan dari Chemical
Oxygen Demand, merupakan
ukuran tentang banyaknya
kebutuhan oksigen kimiawi yang
diperlukan untuk mengoksidasi
senyawa kimia (mineral ataupun
organik) yang ada dalam air; COD
dinyatakan dalam mg oksigen per
liter air.
Daging kyuring (cured meats):
daging awetan yang umumnya
diolah dengan penggaraman.
Organisme pembusuk tidak akan
mampu tumbuh karena akibat
aktivitas air yang rendah.
Pengawetan dapat dilakukan
dengan menebarkan garam pada
permukaan daging. Namun
sekarang, daging umumnya
ditempatkan dalam suatu tangki
bergaram. Injeksi dapat Pula untuk
mempercepat kuring "Corn"
merupakan istilah yang digunakan
untuk garam berbutir dan hasilnva
disebut dengan nama “corned
beef”. Nitrit mungkin pula
dimasukan pula dalam garam
untuk nitrosomioglobin. Daging
yang telah mengalami kurin dinilai
berdasarkan sifat flavor biogis yang
mereduksi nitrat menjadi nitrit dan
No yang mampu mereduksi feri
menjadi fero, selanjutnya terjadi
denaturasi globin oleh panas.
Reaksi perubahan warna daging
yang dikyuring adalah sebagai
berikut :
Dekstrorotatori (dextrorotatory):
sifat suatu substansi dengan atom
karbon yang mampu memutar
sinar polarisasi searah jarum jam
atau putar kanan. Sifat ini
ditunjukkan dengan simbol (+)
sebelum nama substansi.
Dekstrosa (dextrose): nama lain
glukosa.
Denaturasi (denaturation):
perubahan struktur molekul protein
yang menyebabkan perubahan
sifat-sifat fisik, kimiawi, dan
biologis. Denaturasi terjadi dengan
perlakuan panas, alkohol, aseton,
Glossary 448
asam, getaran ultrasonik, atau
radiasi ultraviolet. Denaturasi tidak
termasuk hidrolisis ikatan peptida.
Nilai gizi tidak akan berubah
meskipun protein kehilangan sifat
biologisnya. Denaturasi albumin
menyebabkan proteolisis
berlangsung lebih mudah. Selama
pemanasan makanan dengan
pasteurisasi atau sterilisasi
kimiawi, di samping terdenaturasi,
kemungkinan protein akan rusak
oleh karena interaksi komponenkomponen
dalam makanan, yang
berakibat nilai gizinya berkurang.
Detoksikasi (detoxication):
penghilangan subtansi toksin dari
produk makanan; dapat dilakukan
dengan pelarut, reaksi kimia,
enzim, atau aktivitas
mikroorganisme. Pada hewan
tingkat tinggi, detoksikasi terjadi
pada hati.
Ekskresi (excretions) pengeluaran
produk dari dalam tubuh. Sesuai
dengan sifat metabolismenva,
pengeluaran produk dapat terjadi
melalui feses (mineral, molekulmolekul
hidrofobik), urine (molekul
larut air), respirasi (CO2, air), atau
lewat kulit (elektrotit, nitrogen).
pengeluaran produk lewat kulit
terjadi pada lingkungan yang
panas.
Ekstrusi (extrusion): suatu proses
dengan memberikan tekanan dan
panas pada suatu bahan dengan
kadar air tertentu, sehingga produk
masakan keluar melalui lubang
kecil dengan bentuk dan ukuran
tertentu.
Emulsi (emulsion): suatu
campuran antara dua cairan yang
tidak saling melarutkan, cairan
yang satu terdispersi dalam bentuk
tetesan-tetesan dalam fase kontinu
dari cairan yang lain.
Emulsi, penstabil (emulsifier):
suatu bahan surface aktif yang
dapat menurunkan kecenderungan
tetesan-tetesan dalam suatu
emulsi untuk bergabung;
kestabilan terjadi oleh adanya
tegangan permukaan. Bahan yang
dapat menstabilkan emulsi secara
baik mempunyai gugus polar dan
nonpolar rang kuat dan dapat
mencegah bergabungnva tetesantetesan
dalam emulsi karena
adanya penyerapan molekul bahan
surface aktif pada permukaan fase
yang terdispersi. Garam-garam
empedu berfugsi sebagai bahan
penstabil dalam bentuk daerah
usus halus yang menstabilkan
globula dalam suspense dan juga
membantu dalam mencerna lemak.
Dalam pengelolaan makanan
bahan penstabil emulsi yang sering
digunakan adalah lesitin yang
berasal dari kuning telur atau
kedelai. Ada juga beberapa
emulsifier sintetik yang digunakan
seperti monogliserida, monoster
gliserol, bahan pengantur testur
juga dapat mempertahankan
stabilitas emulsi.
Enzim (enzymes) : suatu protein
yang berperan sebagai katalis
biologi (biokatalisator). Enzim
tertentu pada dasarnya akan
mengkatalisis setiap reaksi di
dalam set hidup. Misalnya,
Escherichia coli, telah diketahui
paling tidak memiliki 3.000 enzim
Glossary 449
yang berbeda, dan Bel eukariotik
memiliki sekitar 50.000 macam
enzim. Semua enzim merupakan
protein, yang memerlukan suatu
kofaktor agar dapat aktif. Kofaktor
tersebut dapat berupa unsur
anorganik, misal besi (Fe) atau o
tembaga (Cu), atau senyawa
organik, misal FAD, NAD. Enzim
peka terhadap pH ekstrem, dan
umumnya menjadi inaktif pada
suhu 60°C.
Enzimatik, aktivitas (enzymatic
activity aktivitas enzimatik dapat ditentukan
sebagai jumlah mikromol
substrat yang diubah oleh enzim
dalam satu menit (pada laju reaksi
maksimum dan substrat yang
berlebihan) Satuan (IU) merupakan
jumlah protein enzim yang
mengubah satu mikromol substrat
permenit pada kondisi standar
(baku). Aktivitas enzim spesifik
adalah jumlah mikromo; substrat
yang diubah oleh 1 mg protein
enzim dalam satu menit.
Escherichia coli : spesies bakteri
yang sangat besar tersebar ke
seluruh tempat yang berasal dari
saluran pencernaan.
Esensial (essential) : istilah untuk
menerangkan sesuatu bahan yang
tak dapat disintesis oleh tubuh,
padahal bahan tersebut sangat
diperlukan tubuh untuk menjaga
agar fungsi organ baik. Oleh
karenanya, zat esensial tersebut
harus ada pada makanan yang
dikonsumsi dalam jumlah cukup.
Bila kekurangan zat ini akan
menyebabkan penyakit atau mengurangi
kecepatan dalam
pertumbuhan clan perkembangan.
badan. Yang termasuk senyawa
esensial bagi manusia ialah
sebagai berikut.
1. Mineral yang mempunyai
fungsi biologis.
2. Vitamin: retinol tokoferol,
tiamin, riboflavin, piridoksin,
kobalamin, asam askorbat,
asam pantotenat, asam folat
dan biotin.
3. Asam lemak esensial: linoleat,
linolenat, arakidonat.
4. Asam amino esensial:
isoleusin, leusin, lisin, metionin,
fenilalanin, tirosin, triptofan dan
valin.
Etilen (ethylene) : senyawa gas
yang mengatur pematangan
(ripening) buah; etana CH2. CH2
Produksi etilen pada buah
meningkat secara tajam sewaktu
mulai matang.
Eukariotik (eukaryotic): sel
eukariotik merupakan unit struktur
tanaman, hewanm protozoa, fungi,
dan kebanyakan algae
(ganggang). Sel eukariotik secara
has mengandung lebih dari satu
kromosom, satu membrane inti,
DNA yang terikat ke histon, DNA
dalam organel-organel, mitokondria
dan atau kloplas, dam kompleks
Golgi.
Fahrenheit, derajat (Fahrenheit
degree) suatu skala suhu yang
ditentukan oleh Gabriel Fahrenheit
(1686-1736), seorang ahli fisika
bangsa jerman. Dalam skala
Fahrenheit (°F), suhu air membeku
32oF, dan suhu air mendidih 212oF.
Konversinya ke derajat Celcius
adalah oC = 5/9 (oF - 32o).
Glossary 450
FAO: singkatan Food and
Agriculture Organization; organisasi
dari Perserikatan Bangsa-Bangsa
yang berhubungan dengan
produksi pertanian dan pangan;
bermarkas besar di Roma.
Fenilalanin (phenylalanine) : asam
amino aromatik netral yang
tersusun dari cincin bensen dan
rantai samping alanin; merupakan
asam amino esensial bagi manusia
dan hewan monogastrik, dan
sebagian dapat diganti dengan
tirosin.
Fermentasi (fermentation) suatu
reaksi metabolisme yang meliputi
sederet reaksi oksidasi-reduksi,
yang donor dan aseptor
elektronnya adalah senyawasenyawa
organik, umumnya
menghasilkan energi. Fermentasi
dilakukan oleh bakteri, fungi dan
yeast tertentu, baik fakultatif
maupun obligat. Contoh fermentasi
alkohol merupakan proses paling
penting pada tips ini.
Fermentasi atas (fermentation
top) suatu fermentasi oleh suatu
strain Saccharomyces cereviseae
terhadap bahan pada suhu 15-
20°C. Yeast muncul ke permukaan
dan secara periodik dihilangkan.
Fermentasi sempurna berlangsung
selama satu minggu.
Fermentasi bawah (fermentation,
bottom). suatu fermentasi oleh
strain Saccharomyces carlergensis
atau strain tertentu S. Ceriviseae
pada suhu rendah (kira-kira 10°C)
secara perlahan-lahan. Fermentasi
bawah berlangsung lebih lama dari
fermentasi atas, selama proses
yeast cenderung mengendap
(turun ke dasar bejana).
Fermentasi nilai (fermentation
value) rasio antara gula yang
digunakan dengan yeast yang
dihasilkan dalam produksi sel-sel
yeast. Dalam pembuatan roti nilai
fermentasi dapat dinilai sebagai
jumlah gas CO2 yang dihasilkan di
bawah kondisi standar.
Fermentor (fermentor) : peralatan
untuk mengendalikan pertumbuhan
mikroorganisme dalam medium
cair. Parameter-parameter seperti
pH, komposisi medium, suhu,
pengadukan, konsentrasi metabolit
dan gas dapat dimonitor serta
dikendalikan.
Feses (faeces) : ekskreta yang
dikeluarkan dari jalur pencemaan.
Jumlah yang dihasilkan orang
bervariasi dari 80 sampai 200 g per
24 jam. Warnanya disebabkan oleh
sterkobilin yang diturunkan dari
pigmen. Feses terutama tersusun
oleh residu sekresi usus halus,
lendir, leukosit, dan sejumlah besar
sel bakteri dari mikroflora usus
halus.
Fitat asam (phytic acid) : inositol
heksafosfat C8H18O24, BM =
660,08; terdapat pada biji-bijian
seperti kacang-kacangan dan
serealia. Asam fitat merupakan
cadangan unsur fosfat (P) dalam
biji. Kadar asam fitat bertambah
besar pada biji yang semakin tua.
Asam fitat dihidrolisis oleh enzim
fitase menjadi inositol dan asam
fosfat. Asam fitat disebut zat anti
gizi karena sifatnya dapat mengikat
unsur-unsur Ca, Fe, Mg, Zn, dan
Glossary 451
membentuk garam yang
mengendap. Karen terbentuknya
garam yang tidak larut ini, maka
penyerapan unsur-unsur tersebut
oleh darah akan terganggu.
Apabila berlangsung lama akan
mengakibatkan tubuh kekurangan
mineral tersebut dan dapat
mengganggu kesehatan. Dalam
tubuh manusia tidak terdapat
enzim fitase yang dapat memecah
fitat. Kandungan fitat dalam
berbagai bahan tertera pada Tabel
F-1.
Tabel F-1
Kandungan asam fitat dan kalium bermacam-macam makanan
Macam-macam
makanan
Asam fitat Kalium
mg/100 bahan
Asam fitat/Ca
(mil equivalen) mg/100 g
bahan
p %
total
Produk biji-bijian
Biji utuh :
Jewawut' 725 70 15 17,5
Cantel 920 75 20 16,5
Jagung 890 75 20 14,5
Barley 660 55 20 12,0
Gandum 960 70 35 10,0
Bergs 710 70 30 8,5
Rye 870 75 40 8,0
Oat 990 70 50 7,0
Produk gandum
Tepung 100% ER 960 70 35 10,0
Tepung 85% ER 520 60 20 9,5
Tepung 70% ER 380 50 15 9,5
Roti 100% ER 660 50 35 6,5
Roti 85% ER 250 25 20 4,5
Roti 70% ER 140 20 15 3,5
Dedak 150 90 120 3,5
Sayuran
Lentil 1050 90 80 4,81.
Biji Haricot 970 60 145 2,4
Chick pea 890 75 150 2,2
Biji berminyak
Kacang tanah 725 55 70 3,8
Kedelai 1420 65 230 2,3
Kapas 1290 40 230 2,0
Sayuran hijau
Kacang hijau 185 45 100 1,5
Kentang 55 35 35 0,6
Produk lainnya
Kakao 600 25 130 1,7
Kenari 430 25 .50 3,0
Glossary 452
Flavonoid (flavonoid) : kelompok
pigmen fenolat yang memberikan
warna pada sayuran, buahbuahan,
dan bunga, pigmen dalam
bentuk heterosida glukosa atau
rhamnosa. Pigmen ini berasal dari
kondensasi tiga gugus karbon
nomor 2 asam hidroksi sinamat
atau turunannya, dan membentuk
dua cincin fenolat A dan B yang
dihubungkan oleh sebuah rantai
dengan tiga atom karbon (maka
disebut senyawa C6 - C3 - C6)
membentuk suatu kalkon. Apabila
rantai C3 berakhir pada OH fenol
dari cincin A, diperoleh suatu
senyawa heterosiklis teroksidasi.
Dikenal berbagai senyawa
flavonoid yang tergantung pada
derajat oksidasinya (antosianidin,
flavonol, flavonon, Berta
flavononal).
1. Antosianictin, biasanya
terdapat sebagai glikosida,
disebut antosianin, yang
merupakan molekul terion
berwarna merah dalam medium
asam dan biru dalam
medium alkalis (seperti
pelargonidin, sianidin, dan
delfinidin).
2. Flavonol, memberikan warna
kuning pada beberapa bunga.
Flaflora usus (gut flora) mikroflora
dalam rongga pencernaan di
duodenui sekitar 103 per ml.
Konsentrasi ini meningkat
sepanjang jalur intesti menjadi 101
di ileuin, 1011 di caecum, dan 1011
di colon. Bagian atas intesti
didominasi bakteri Gram-positif,
yang secara bertahap bagian lebih
bawah didominasi bakteri Gramnegatif.
Di colon terdapat
campuran, Entrobacteriae,
Enterococci, Lactobacilli, Clostridia,
dan sebagainya. Organisme
tersebut memproduksi enzimenzim
untuk menghidrolisi dan
merombak nutrien. Flora
mengembangkan á- dan â-
glukosidas dan disakaridase yang
menghidrolisis karbohidrat tercerna
dan sebagaian karbohidrat tidak
tercerna. Deaminase merombak
asam amino menjadi amonia dan
rantai karbon dengan gugus-gugus
karboksil, alkoho dan atau aldehid.
Asam amino didekarboksilasi
menjadi amina dan karbon
dioksida. Vitamin K dan B-komplek
disintesis oleh flora usus dalam
jumlah yang cukup guna
kebutuhan tubuh, baik pada hewan
monogastrik maupun poligastrik.
Fortifikasi (fortification) :
penambahan nutrien ke dalam
produk makanan untuk mengatasi
defisiensi alamiah. Misalnya,
fortifikasi tepung ketela dengan
vitamin B-komplek, besi, dan
kalsium. Fortifikasi sinonim dengan
"pengayaan" atau enrichment dan
lebih berimplikasi ke penambahan
substansial dibanding istilah
suplementasi.
Fotosintesis (photosynthesis) :
sintesis karbohidrat dari air dan
karbondioksida oleh tanaman
berklorofil dengan menggunakan
energi cahaya matahari. Reaksi
umum fotosintesis adalah sebagai
berikut.
6H2O + 6CO2 + energi cahaya
matahari C6H12O6 +6O2
Sistem reaksi ini dapat dibagi
menjadi dua tahap.
Glossary 453
1. Reaksi terang yang memerlukan
cahaya (fotokimia), energi cahaya
diserap oleh Korofil yang
menyebabkan terjadi fotolisis
air dan memberikan elektron
dan oksigen + ion hidrogen
seperti reaksi Hiil's:
2H2O 4e+4H+ + O2
Elektron ditransfer sepanjang
rantai senyawa oksidasi atau
reduksi dan selanjutnya
membentuk ATP dan koenzim
tereduksi berupa NADPH;
senyawa terakhir ini yang
selanjutnya digunakan dalam
reaksi tahap kedua yang
disebut reaksi gelap.
2. Reaksi gelap: CO2 difiksasi
pada ribulosa difosfat
kemudian masuk pada
lingkaran Calvin lewat
fosforilasi triosa, tetrosa,
pentosa, heksosa, dan
heptulosa serta menghasilkan
kembali (regenerasi) reseptor
CO2 (ribulosa difosfat). Reaksi
metabolik ini menggunakan
ATP dan NADPH sebagai
sumber energi yang diproduksi
dari reaksi. terang. Hampir
semua jasad hidup, kecuali
bakteri, menggunakan air
sebagai donor elektron atau
hidrogen. Bakteri menggunakan
H2S clan isopropanol sebagai
donor elektron. Polimerisasi
gula menjadi pati dilakukan
pada jaringan, penyimpanan
hasilnya pada umbi, batang,
atau buah, dan biji.
Fotosintesis merupakan kebalikan
dari reaksi respirasi, yaitu mecahan
gula secara oksidasi menghasilkan
air, karbondioksida dan energi.
Gel : suatu koloid di mans fase
yang terdispersi bersama-sama
dengan fase kontinu menghasilkan
bahan viskus seperti jeli. Gel dibuat
dengan cara mendinginkan suatu
larutan ketika zat terlarut
membentuk kristal submikroskopik
yang menahan sebagian besar
pelarutnya.
Gelatin (gelatin) : protein yang
larut dalam air, berasal dari
pemecahan kolagen dengan
perlakuan asam atau dengan air
mendidih. Pada saat pendinginan
akan terbentuk gel yang sanggup
mengabsorsi air sebanyak 5-10
kah bobot bahannya. Lih. kolagen.
Gelatinisasi (geladnization) :
peristiwa terbentuknya gel dari pati
karena perlakuan dengan air
panas. Gel dapat memiliki selaput
yang tidak dapat berubah pada
permukaan produk sehingga
mengurangi kehilangan nutrien
yang larut dalam air bila produk
dimasak atau direndam dengan air.
Glikogen (glycogens) : polimer
glukosa yang berfungsi sebagai
cadangan energi pada hewan,
terkonsentrasi di dalam hati dan
otot. Juga terdapat pada sel-sel
mikroorganisme tertentu.
Strukturnya mirip amilopektin,
tetapi mempunyai cabang lebih
banyak namun rantainya lebih
pendek. Bobot molekulnya di atas
sate juta. Bila bereaksi dengan
iodin menyebabkan glikogen
berwarna cokelat merah gelap.
Heterotrof : Organisme yang
membutuhkan senyawa organik,
dimana karbon diekstrak untuk
Glossary 454
pertumbuhannya. Termasuk ke
dalam heterotrof adalah semua
hewan, jamur dan bakteri
Homogenisasi (homogenisation)
proses untuk mempertahankan
emulsi lemak dalam air. Pada susu
atau krim dilakukan dengan cars
mengalirkan susu melalui suatu
pengabut dalam 2 tihapan, mulamula
dengan tekanan tinggi (200
bar) kemudian dengan tekanan
lebih rendah (50 bar). Pada proses
ini terjadi pengecilan ukuran
globula lemak menjadi 1-2 P,
sehingga dapat mencegahterjadinya
pemisahan lemak
tersebut dari komponen penyusun
susu yang lain. Proses ini
dilakukan sebelum susu
dipasteurisasi.
GRAS : singkatan Generafly
Recogniced As Safe, keterangan
yang diberikan pada bahan
tambahan makanan oleh FDA
yang menunjukkan bahwa bahan
tersebut dianggap tidak berisiko
bagi konsumen dan belum ada
laporan mengenai gangguan yang
ditimbulkannya.
Goiter : adalah pembesaran atau
hypertrophy dari kelenjar thyroid.
Grade goiter ada 3 yaitu : (1)
Pembesaran, kecil dapat dideteksi
dengan palpasi; (2) Leher yang
tebal; (3) Pembengkakan yang
besar yang terlihat dari jarak jauh
Histamin : Zat yang diproduksi
oleh tubuh yang keluar sebagai
reaksi terhadap rangsangan
tertentu, misalkan pada reaksi
alergi terhadap rangsangan benda
asing. Histamina memiliki nama
kimia 1H-imidazol-etanamin yang
merupakan hasil dekarboksilasi
histidin (C5H9N3). Zat ini
ditemukan dalam semua jaringan
tubuh, khususnya dalam sel mast
dan basofil darah yang
berhubungan dengannya
Homogenisasi (homogenisation) :
proses untuk mempertahankan
emulsi lemak dalam air. Pada susu
atau krim dilakukan dengan cara
mengalirkan susu melalui suatu
pengabut dalam 2 tahapan, mulamula
dengan tekanan tinggi (200
bar) kemudian dengan tekanan
lebih rendah (50 bar). Pada proses
ini terjadi pengecilan ukuran
globula lemak menjadi 1-2 P,
sehingga dapat mencegahterjadinya
pemisahan lemak
tersebut dari komponen penyusun
susu yang lain. Proses ini
dilakukan sebelum susu
dipasteurisasi.
Inaktivasi (inactivation) : proses
penghambatan aktivitas biologis
dan fisiologis substansi tertentu.
Inaktivasi tersebut mungkin
menguntungkan, misal hilangnya
toksisitas atau merugikan, misal
hilangnya aktivitas enzim yang
menguntungkan. Inaktivasi dapat
dilakukan dengan secara fisik atau
kimia.
Inkubasi (incubation) perlakuan
produk kimia atau biologik pads
kondisi tertentu dalam lingkungan
yang terkendali. Inkubasi dapat
dilakukan dalam almari khusus
atau dalam suatu penangas yang
dinamakan inkubator.
Glossary 455
In-vitro : (M-vitro proses yang
berlangsung di luar tubuh,
kebanyakan diterapkan pada
prosedur laboratorium. Pencernaan
in-vitro merupakan suatu
pencernaan buatan dari zat-zat
makanan yang dilakukan dalam
laboratorium dengan enzim-enzim
yang berasal dari sistem
pencernaan.
In-vivo : proses yang berlangsung
dalam organismme hidup.
Pencernaan in-vivo dengan
demikian mengacu pada studi
mekanisme pencernaan yang
berlangsung pada hewan.
Katabolisme (catabolism).
pemecahan nutrien (karbohidrat,
lipida, dan protein) dalam jaringan
hidup menghasilkan senyawaan
BM lebih kecil, penting dalam
menghasilkan energi dan
biosintesis. Energi yang dibebaskan
dari reaksi ini disimpan
dalam bentuk ikatan fosfat (ATP)
digunakan bila diperlukan.
Katalase (catalase) : enzim yang
mengkatalisis dekomposisi H202
menghasilkan oksigen. Umumnya
terjadi di alam, terutama pada
mikroorganisme
Micrococcuslysodeikticus, eritrosit
dan hati. Katalase di dalam susu
biasa digunakan untuk diagnosis
mastitis.
Katalis (catalyst). suatu bahan
yang dapat mempercepat
terjadinya reaksi kimia tanpa ikut
dalam reaksi. Enzim adalah katalis
biologis atau biokatalisator.
Keasaman (acidityt) sifat asam
suatu bahan, contoh aktivitas
lipase pada lemak menyebabkan
keasaman lemak. Keasaman dapat
diukur dengan banyaknya ml
NaOH 1N yang dibutuhkan untuk
menetralkan asam lemak bebas
yang terkandung dalam 100 g
lemak. Nilai ini disebut derajat
keasaman.
Kelvin, derajat (Kelvin degree) :
satuan suhu absolut Kelvin (oK). oK
= 273, 15 oC. Titik beku air dalam
skala Kelvin adalah 273,15oK.
Penyimpangan satu derajat Kelvin
ekuivalen dengan satu derajat
Celsius.
Rigor mortis : tahap transisi
selama pematangan karkas yang
ditandai dengan keras dan
kakunya otot.
Koagulasi (Coagulation) : Proses
terjadinya gumpalan akibat
aglomerasi molekul-molekul suatu
larutan atau suspensi
Koenzim (coenzyme) fraksi
nonprotein enzim yang diperlukan
untuk aktivitas enzim Sebagian
besar koenzim berupa. turunan
dari vitamin B kompleks, unsur
anorganik seperti kalsium (Ca++),
kalium (K+) juga merupakan
koenzim beberapa enzim. Koenzim
dapat dibedakan dari gugus
prostetik enzim dengan sifat-sifat
yaitu sebagai berikut.
1. Koenzim tidak terikat kuat
dengan enzim.
2. Satu molekul koenzim dapat
berperan pada banyak reaksi yang
dikatalisis oleh sejumlah enzim.
3. Gugus prostetik terikat kuat
Glossary 456
pada enzim dan hanya berperan
dalam reaksi yang dikatalisis oleh
enzim itu.
Koenzim A (coenzyme A)
koenzim yang tersusun atas asam
pantotenat dan adenosin trifosfat
(ATP). Koenzim A (KoA) mudah
larut dalam air, tidak larut dalam
pelarut nonpolar dan mudah
teroksidasi. KoA berperan pada
transfer gugus asil seperti dalam
sintesis kolesterol, P-oksidasi, daur
Krebs, dan pemanjangan asam
lemak. Satu unit KoA ekivalen
dengan 0,7 µg asam pantotenat; 1
mg mengandung 413 satuan
Lipmann.
Koenzim Q (coenzyme Q) :
strukturnya sangat mirip dengan
vitamin K, vitamin E, dan
plastokuinon, memiliki cincin
kuinon yang mengikat gugus
metoksil dan rantai samping
dengan molekul dasar isopren.
Koenzim Q dapat direduksi dari
quinol menjadi quinon dan bersifat
reversibel. Koenzim Q berperan
dalam rantai reaksi respirasi. Sin.
ribikuinon.
Kolesterol (cholesterol) : sterol
yang memiliki cincin tidak jenuh;
merupakan prekursor asam
empedu, hormon seks, dan vitamin
D. Kolesterol merupakan penyebab
aterosklerosis dan gangguan
kardiovaskuler. Sumber utama
kolesterol adalah otak, hati, kuning
telur, mentega, serta lemak
hewani.
Kwashiorkor : Kwashiorkor adalah
suatu sindrom yang diakibatkan
defisiensi protein yang berat. Istilah
ini pertama kali digunakan oleh
Cecily Williams bagi kondisi
tersebut yang diderita oleh bayi
dan anak balita.
Komponen Bioaktif : Senyawa
minor yang ada dalam makanan
mempunyai efek fisiologis yang
positif dan negative
Kretinisme : Kretinisme adalah
suatu kelainan hormonal pada
anak-anak. Ini terjadi akibat
kurangnya hormon tiroid. Penderita
kelainan ini mengalami kelambatan
dalam perkembangan fisik maupun
mentalnya.
Lactobacillus sp : suatu genus
bakteri Gram positif yang
menghasilkan asam laktat dalam
fermentasi karbohidrat.
Lactobacillus tidak patogen, terdapat
dalam mulut dan saluran
pencernaan manusia. Bakteri
tersebut penting dalam fermentasi
bermacam-macam makanan,
seperti keju, asinan, dan yoghurt.
Lactobacillus bifidus : bakteri
Gram positif yang banyak terdapat
dalam flora perut anak-anak yang
menyusu, memegang peranan
penting dalam memelihara
kesehatan normal saluran
pencernaan bayi. Belum jelas
pengaruhnya terhadap mukosa
usus atau pengaruh
penghambatan pertumbuhan
organisme patogen dalam perut.
Sin. bacteroides bifidium.
Makromineral: mineral yang
dibuthkan dalam jumlah banyak,
antara lain Ca, P, K, Na, Cl, S dan
Mg
Glossary 457
Marasmus : penyakit yang
biasanya menimpa anak-anak
yang tidak lagi mengkonsumsi air
susu ibu. Keadaanya mirip dengan
kwashiorkor namun tidak ditandai
dengan edema. Lih. kwashiorkor.
Mikroorganisme Halofilik
(halophic microorganism): jenis
mikroorganisme yang
membutuhkan garam natrium
chlorida (NaCl) dalam jumlah besar
untuk pertumbuhannya. (Kadang
tahan sampai konsentrasi NaC1
20%) dalam media yang
kandungan garamnya kurang
mencukupi, jenis mikroorganisme
ini halofilik ini akan menyerap air
kemudian akan mengalami
turgesensi
Mesofil (mesophiles):
mikroorganisme yang tumbuh
optimal antara 20- 45"C, dapat
dihambat pertumbuhannya dengan
suhu rendah.
Mikromineral: mineral yang
dibutuhkan dalam jumlah sedikit,
antara lain Fe, Za, Cu
Nilai D (D value) : ukuran stabilitas
thermal senyawa biokimia atau
mikroorganisme. Nilai tersebut
menyatakan jangka waktu
perlakuan panas yang diperlukan
pada suhu tertentu untuk
mereduksi kadar senyawa atau
mikroorganisme yang bersangkutan
sampai sepersepuluh nilai mula –
mula, Suhu yang ditetapkan
ditunjukan sebagai subskrip. Jika
suhu tersebut 121oC (250oF) yang
digunakan untuk sterilisasi, maka
nilai tersebut dituliskan D121.
Obesitas ( obesity ) : hipertropi
dari jaringan subkutan adiposi
yang disebabkan oleh kelebihan
energi yang di konsumsi dalam
menu makanan atu disebabkan
oleh gangguan fisiologis seperti
kelaianan hormon.
Osteoporosis : Osteoporosis
merupa-kan suatu gangguan
dengan sifat-sifat khas berupa
massa tulang yang rendah disertai
perubahan-perubahan mikro
aristektur dan kemunduran tulang
yang akhirnya menyebabkan
terjadinya peningkatan kerapuhan
tulang dan peningkatan risiko
terjadinya patah tulang.
Antihistamin : Kelompok obat
yang mencegah kerja histamina
dalam tubuh.
Oligosakarida : Oligosakarida
merupakan gabungan dari
molekul-molekul monosakarida.
Oligosakarida dapat berupa
disakarida, trisakarida, dan
seterusnya. Sebagian besar
oligosakarida dihasilkan dari
proses hidrolisa polisakarida dan
hanya beberapa oligosakarida
yang secara alami terdapat di
alam.
Probiotik : Bakteri yang hidup
dalam saluran cerna yang bersifat
baik dan mendukung saluran
cerna.
Contoh probiotik:
Bifidobacterium, Eubacterium, dan
Lactobacillus. P
Prebiotik : Makanan Probiotik, yaitu
kandungan makanan yang tak dapat
dicerna yang memiliki keuntungan
Glossary 458
merangsang pertumbuhan dan/
atau aktivitas satu atau sejumlah
bakteri baik di usus”.
Fitokimia : Komponen bioaktif di
dalam sayur dan buah-buahan
yang berpengaruh secara fisiologis
untuk meningkatkan kesehatan,
mencegah, serta mengobati
berbagai penyakit
Pasteurisasi (pasteurisation):
pasteurisasi proses panas yang
digunakan untuk memperpanjang
umur simpan produk pangan
dengan cara mengurangi jumlah
mikroorganisme dalam produk
tanpa mempengaruhi sifat-sifat
fisiko-kimiawi dan organoleptiknya.
Karena proses ini tidak merusak
seluruh mikroorganisme,
pengaruhnya bersifat sementara dan
produk yang dipasteurisasi harus
disimpan dalam suhu dingin dan
hanya untuk waktu pendek. Teknik
Pasteurisasai dapat dilaksanakan
pada dua suhu yang berbeda.
Proteinogenik : Asam amino
dasar atau asam amino baku atau
asam amino penyusun protein
Psikrofil (Psychrophiles):
mikroorganisme yang dapat
tumbuh pada suhu rendah.
Kecepatan pertumbuhan
maksimum terjadi pada suhu kira -
kira 10°C dan pada suhu 30oC
pertumbuhannya terhambat. Mikroorganisme
ini tumbuh secara
kontinu pada suhu ruang pendingin
(4°C) yang menyebabkan
pengawetan beberapa makanan
dan bahan biologis hanya efektif
bila dilakukan dalam waktu pendek
pada suhu dingin.
Psikrotrof (psychrotrophs) :
mikroorganisme yang dapat
tumbuh optimal pada suhu kira-kira
20°C, tetapi sanggup tumbuh pada
suhu pendingin meskipun secara
lambat.
Reaksi Maillard : Suatu reaksi
kimia yang terjadi antara asam
amino dan gula tereduksi,
biasanya terjadi pada suhu yang
tinggi. Reaksi non enzimatik ini
menghasilkan pewarnaan coklat
(browning), menghasilkan warna
dan aroma yang khas; proses ini
berlangsung dalam suasana basa.
Resemisasi asam-asam amino :
Perubahan konfigurasi asam amino
dari bentuk L ke bentuk D
Rigor mortis : tahap transisi
selama pematangan karkas yang
ditandai dengan keras dan
kakunya otot.
Saccharomyces (accharomyce):
yeast yang digunakan secara luas
dalam industri pengolahan pangan
seperti baking, peragian ( S.
Cerevisae ), dan pengolahan susu
( S.lactis ), untuk proses fermentsi
dan untuk produksi yeast pangan.
Saccharomyces kebanyakan
memfermentasi heksosa.
Salmonella : genus bakteri Gram –
negatif, bersifat aerob atau
anaerob, kebanyakan merupakan
spesies penyebab kercunan
pangan seperti: salmonela typhii (
typoid ), S. Paratypi ( paratipoid ),
dan S. enteroidis.
Salmonelosis : kedaan patologi
disebabkan oleh berbagai spesies.
Glossary 459
Salmonella sp. yang menimbulkan
gejala kercunan.
Serat kasar (crude fibre) : bagian
karbohidrat tak tercerna dalam diet
(gizi). Ditentukan dengan ekstraksi
sampel pertama kali petroleum eter
untuk menghilangkan lemak.
Kemudian dengan asam sulfat dan
dihidrolisis residu tak larut dengan
natriumhidroksida. Residu kedua
setelah dicuci dan dihilangkan
bagian abunya merupakan serat
kasar. Metode ini dikembangkan di
stasiun Agronomi Weende,
Belanda pada abad ke- 19 dan
masih dapat diandalkan dalam
prosedur analisis.
Serat makan (dietary fibre) :
komponen dari jaringan tanaman
yang tahan terhadap hidrolisis oleh
enzim dalam lambung dan usus
kecil.
Sporulasi (sporulation) :
pembentukan spora dari beberapa
organisme bentuk vegetatif.
Sterilisasi (sterilisation) :
perlakuan yang dirancang untuk
membunuh semua mikroorganisme
dan sporanya pada bahan
makanan sehingga makanan
menjadi tahan lama dalam
penyimpanan dan aman
dikonsumsi. Sterilisasi biasanya
dilakukan pada suhu 121oC selama
15 – 50 menit untuk produk
makanan yang sudah dikemas,
atau bisa juga dilakukan pada suhu
130 – 145 oC selama beberapa
detik untuk produk makanan
berupa cairan. Proses ini juga
dikenal dengan istilah UHT ( Ultra
High Temperature ).
Tekanan osmosis
(osmoticpressure) : tekanan yang
diperlukan oleh larutan melalui
dinding tipis semipermeable yang
memisahkan hidro larutan. Dapat
dihitung:
ð =
R = tetapan gas; T = suhu absolut
(K); V = isi larutan; u = jumlah
osmol dalam larutan.
Teksture (textur) : sifatnya
mekanis, fisikawi, dan rheologis
produk pangan yang dirasakan
oleh mulut dan organ perasa. Sin.
konsistensi.
Temperatur atau suhu
(temperatures) : pengukur derajat
(tingkat) pangs suatu medium,
yang diekspresikan dalam derajat
Celcius (dulu disebut Centri grade),
derajat Fahrenheit, atau derajat
Kelvin:
t°C = 5/9 (t°F - 32)t°F = 9/5 (t°C +
32°)t'K = VC + 273,15
suhu absolute dalam
termodinamika dinyatakan sebagai
derajat Kelvin
Termofilik (Thermophilic) istilah
diterapkan pada jasad renik, yang
menerangkan bahwa jasad
tersebut dapat tumbuh pada suhu
tinggi, misalnya antara 25 - 75°C,
dengan suhu optimum sekitar
55°C, tergantung pada strain-nya.
Risiko terjadinya kontaminasi oleh
jasad termofilik berlangsung bila
suatu produk telah dipanaskan
pada suhu tidak terlalu tinggi (60-
90°C) dan kemudian dibiarkan
menjadi dingin perlahan- lahan
sehingga jasad renik hidup dan
Glossary 460
tumbuh pada Suhu optimal
pertumbuhannya.
Ultrace mineral : mineral
diperlukan dalam jumlah yang
sangat kecil (yodium, selenium,
mangan, kromium, molibdenim,
boron, dan kobalt)
Yeast (yeast) : organisme bulat
bersel tunggal berukuran 1-10 0
umumnya berkembangbiak dengan
proses pernbentukan tonjolan
(budding). Kebutuhan nutrien yeast
sedikit yaitu nitrogen dalam bentuk
sederhana, berbagai stunber
karbon (heksosa, pentosa,
disakarida, alkana) dan beberapa
mineral kelumit. Pada kondisi
anaerobik yeast mampu memetabohsme
(memfermentasi) gula
menjadi alkohol dan pada kondisi
aerobik yeast menggunakan gula
ini untuk perturnbuhan. Pada
umumnya yeast tumbuh pada
medium asam (pH 3,5 - 7) dan
optimal pada suhu 20 sampai 30°C
dan dalam kelembaban antara
60% dan 90%. Ada dua familia
utama dari yeast yaitu (1)
Cryptococcaceae tang terdiri dari
Torulopsis (Torah) dan Candida,
(2) Ondom wetaceae vanc, meliputi
Kluyveamyces, Schizosaccharom,
Picia, dan hansenula. Beberapa
yeast seperti Candida spp. adalah
pathogenic.
Z value : suhu yang diperlukan
(OC) untuk menurunkan jumlah
mikroorganisme 1 log cycle.
Besarnya z value memberikan
informasi resistansi relatif
mikroorganisme terhadap
perlakuan panas yang berbeda
suhunya. Dengan memngetahui z
value ini, memungkinkan
dilakukan perhitungan kebutuhan
waktu pemanasan yang dapat
berakibat sama dalam mematikan
mikroorganisme.
Antioksidan : Suatu senyawa
yang akan mencegah radikal
bebas yang dihasilkan dari proses
oksidasi normal dalam tubuh.
Radikal bebas ini akan merusak
sel-sel tubuh sehingga berisiko
menimbulkan penyakit.
Bahan Tambahan Makanan
(BTM) : Bahan yang ditambahkan
dengan sengaja ke dalam
makanan dalam jumlah kecil,
dengan tujuan untuk memperbaiki
penampakan, cita rasa, tekstur,
flavor dan memperpanjang daya
simpan. Selain itu dapat
meningkatkan nilai gizi seperti
protein, mineral dan vitamin.
Klorofil : Pigmen hijau yang
terdapat dalam kloroplas bersamasama
dengan karoten dan xantofil
Flavonoid : Zat warna alam yang
mengandung dua cincin benzena
yang dihubungkan dengan 3 atom
karbon dan dirapatkan oleh sebuah
atom oksigen
Myoglobin : Pigmen berwarna
merah keunguan yang
menentukan warna daging segar.
Kafein : Kafein ialah senyawa
kimia yang dijumpai secara alami
di dalam makanan, contohya : biji
kopi, teh, biji kelapa, guarana, dan
maté. Ia terkenal dengan rasanya
Glossary 461
yang pahit dan berlaku sebagai
perangsang sistem saraf pusat,
jantung, dan pernafasan. Kafein
juga bersifat diuretik.
Flavor enhancer : Istilah untuk
bahan-bahan yang dapat
meningkatkan rasa enak yang
tidak diinginkan dari suatu
makanan. Sedangkan bahan
pembangkit itu sendiri tidak atau
sedikit mempunyai cita rasa.
Fermentasi : Reaksi oksidasireduksi,
di mana zat yang
dioksidasi (pemberi elektron)
maupun zat yang direduksi
(penerima elektron) adalah zat
organik dengan melibatkan
mikroorganisme (bakteri, kapang
dan ragi). Zat organik yang
digunakan umumnya glukosa yang
dipecah menjadi aldehida, alkohol
atau asam.
Irradiasi : Teknologi pengawetan
makanan menggunakan radiasi,
bertujuan untuk mengendalikan
mikroba patogen, mengurangi
infeksi serangga, menghambat
pertunasan, memperpanjang masa
simpan, dan memperlambat
pematangan buah. Menurut aturan
Codex 106-1983, Rev.1-2003, ada
tiga sumber radiasi ionisasi yang
dapat digunakan untuk pangan,
yaitu sinar gamma dari
radionuklida 60 Co or137Cs, sinar-
X yang dipancarkan dari sumber
yang dioperasikan pada atau di
bawah tingkat energi 5 MeV, dan
elektron yang dipancarkan dari
sumber yang dioperasikan pada
atau di bawah tingkat energi 10
MeV.
Anabolisme : penyusunan
senyawa sederhana menjadi
biomol dengan bantuan energi
yang dihasilkan pada katabolisme.
Asam absisik (abscissic acid):
hormon yang dapat merangsang
terjadinya proses absisi.
ATP (Adenosin trifosfat) :
suatu substansi yang tersusun dari
adenine, ribose, trifosfat yang
mengandung dua ikatan
fosfoanhidrida. Energi bebas
dalam jumah besar akan
dilepaskan pada hidrolisis masingmasing
ikatan itu. ATP merupakan
senyawa energi tinggi yang
berperan sebagai cadangan
energi yang dibutuhkan sel untuk
berbagai metabolisme.
Browning : Raksi maillard adalah
reaksi antara karbohidrat
khususnya gula pereduksi dengan
gugus amina primer. Hasil reaksi
ini berupa produk berwarna coklat
yang sering dikehendaki namun
kadang-kadang menjadi pertanda
penurunan mutu. Pada buah dan
sayur reaksi pencoklatan
disebabkan oleh aktivitas enzim
fenolase yang aktif karena adanya
oksigen yang kontak dengan
bahan
Enzim : suatu protein yang
berperan sebagai katalis biologi
(biokatalisator) yang akan
mengkatalisis setiap reaksi di
dalam sel hidup.
Fermentasi : suatu reaksi
metabolisme yang meliputi sederet
reaksi oksidasi reduksi, yang donor
akseptor elektronnya adalah
Glossary 462
senyawa-senyawa organik,
umumnya menghjasilkan energi.
Dilakukan oleh bakteri, fungi dan
yeast tertentu baik fakultatif
maupun obligat.
Haugh Unit: merupakan suatu unit
yang memberi korelasi antar tinggi
putih telur yang ketal dengan berat
telur.
Hormon : hasil sekresi kelenjar
endokrin tanpa pembuluh yang
mempunyai aktivitas dan pengaruh
katalis yang sangat spesifik dalam
mengendalikan fungsi tubuh.
Seperti faktor pertumbuhan
tanaman.
Ideks putih telur merupakan
perbandingan antara tinggi putih
telur (albumen) dengan rata-rata
lebar albumen terpendek dengan
terpanjang.
Indeks kuning telur merupakan
perbandingan antara tinggi dengan
garis tengah kuning telur.
Metabolisme : semua perubahan
dan energi yang terjadi di dalam
sel hidup atau karena kegiatannya
meliputi 1). mengekstrak energi
dari bahan makanan dengan
bantuan sinar matahari dan
mengubahnya jadi bentuk energi
lain. 2). Mengubah senyawa yang
terdapat dalam bahan makanan
menjadi senyawa yang diperluan ,
3). Mengurai dan membentuk
biomol yag diperlukan bagi sel.
Metabolisme dibagi menjadi 2 fase
yaitu katabolisme atau fase degratif
dan anabolisme atau fase
penyusunan.
Katabolieme: penguraian seyawa
komplek menjadi seyawa yang
lebih sederhana.
Klimaterik: suatu fase yang kritis
dalam kehidupan buah dan selama
terjadinya proses ini banyak sekali
perubahan yang berlangsung.
Merupakan suatu keadaan ”auto
stimulation” dari dalam buah
tersebut sehingga buah menjadi
matang yang disertai peningkatan
proses respirasi.
Oksidasi: reaksi kimia yang dapat
berupa pengikatan oksigen,
kehilangan hidrogen, atau
kehilangan satu elektron atau
lebih. Secara biokimiawi oksidasi
dapat terjadi secara aerobik
maupun anaerobik.
Sinescene: suatu tahap normal
yang selalu terjadi dalam siklus
kehidupan sayuran dan buahbuahan
menjadi layu.
Rigor mortis: keadaan karkas
menjadi kaku yang terjadi antara
24-48 jam setelah peyembelihan.
HET (Harga Eceran Tertinggi) Rp. 7.888,00
ISBN XXX-XXX-XXX-X
Buku ini telah dinilai oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) dan telah
dinyatakan layak sebagai buku teks pelajaran berdasarkan Peraturan Menteri
Pendidikan Nasional Nomor 46 Tahun 2007 tanggal 5 Desember 2007 tentang
Penetapan Buku Teks Pelajaran yang Memenuhi Syarat Kelayakan untuk Digunakan
dalam Proses Pembelajaran.